Bahan-bahan 1 porsi 3 bungkus kembang pepaya (biasa dijual di abang2 sdh dibungkus) 3 kepala ikan roa asap digoreng 15 buah cabe rawit hijau 4 siung bawang merah 1 ruas jahe merah 2 siung bawang putih kating 3 lembar daun jeruk 3 batang sereh 3 ikat kecil daun kemangi secukupnya garam secukupnya gula 1/2 bungkus royco sebaguna Langkah 30 menit Rebus kembang pepaya tanpa tangkai, kurang lebih 15 menit dengan air garam....
Bahan-bahan 4 porsi 200 gr bunga pepaya 2 ikat kangkung sesuai selera ikan cakalang/tude/tongkol suwir 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk (buang batangnya' 2 batang sereh geprek bumbu dihaluskan : 4 siung bawang merah 2 siung bawang putih 6 buah cabai rawit merah secukupnya garam Langkah 15 menit Cuci bunga pepaya, remas2 dengan garam sampai layu (supaya tidak...
Bahan-bahan 1/4 kg cumi segar yg ukuran besar Bumbu Rendaman: 3 siung bawang putih kating geprek sampai hancur secukupnya Garam himalaya Merica bubuk secukupnya (sesuai selera) Jeruk nipis peras seujung sendok makan Langkah Cuci bersih cumi & buang tintanya, serta tulangnya. Kerat-kerat cumi jgn sampai putus ya. Bakar cumi yang sudah direndam bumbu, dibolak balik hingga matang merata. Angkat dan beri sambel dabu-dabu RM yang menyediakan: P...
Di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, terdapat sebuah Desa bernama To Un Rano. Di Desa To Un Rano ini, tinggal seorang gadis bernama Lintang. Kecantikan Lintang begitu terkenal di seluruh pelosok desa. Suara Lintang sangat merdu. Banyak pemuda yang jatuh hati padanya. Tak sedikit yang bermaksud meminangnya untuk dijadikan sebagai istri. Tetapi, Lintang selalu menolak. Bahkan putra mahkota Raja Mongondow pun harus melupakan keinginannya memperistri Lintang. Padahal, putra mahkota itu telah menghadiahi Lintang sebuah seruling emas yang indah. Suatu hari, di acara pesta muda-mudi, seorang pemuda tampan dan gagah mencoba mendekati Lintang. “Wahai, Putri Lintang. Namaku Makasiga dari Desa Kelabat Atas,” ujar Makasiga memperkenalkan diri. Perkenalan itu sangat berkesan di hati keduanya. Hingga suatu hari, Makasiga memberanikan diri meminang Lintang. Gadis cantik itu pun menerima pinangan Makasiga dengan satu syarat. “Makasiga, tolong...
"Sungguh kau siap?" tanya Tonaas Utara pada putri semata wayangnya. "Demi rakyat kita, aku siap," jawab Marimbouw mantap. Mata sang ibu berkaca-kaca menatap putrinya. Opo Empung, tetua adat To Un Rano Utara, memimpin upacara pengambilan sumpah Marimbouw. Seluruh rakyat To Un Rano Utara ikut datang menyaksikannya. "Aku bersumpah tidak akan menikah sebelum siap diangkat menjadi Tonaas To Un Rano Utara," begitu bunyi sumpah Marimbouw. Bagi masyarakat To Un Rano, sumpah adat adalah sumpah tertinggi. Bila orang yang bersumpah melanggar sumpahnya sendiri, yang menjadi hakim bukan rakyat ataupun tetua adat, melainkan alam semesta. Tonaas Utara terpaksa meminta Marimbouw melakukan sumpah adat. Semua itu dilakukan untuk menjaga agar To Un Rano Utara memiliki penerus takhta. Apalagi Tonaas Utara hanya memiliki seorang anak, perempuan pula. Sejak hari itu, Marimbouw menanggalkan pakaian wanitanya. Ia berpakaian layaknya laki-laki. Ia juga berlatih bela diri dan menggunakan senjata. Marimbouw s...
Pulau Kabaruan, Sulawesi Utara, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Lawongo. Ia seorang pemburu babi hutan dan pemain suling yang mahir. Kemahirannya bermain suling sangat dikagumi oleh masyarakat sekitar. Banyak gadis cantik yang jatuh cinta kepadanya, namun tak seorang pun yang memikat hatinya. Untuk mencari gadis yang didambakannya, ia sering berkeliling di Pulau Kabaruan mempertunjukkan kemahirannya memainkan suling. Pada suatu hari, tibalah Lawongo di Desa Damau. Para warga desa pun berkumpul hendak menyaksikan pertunjukannya. Lawongo memainkan sulingnya dengan lincahnya sambil mengamati gadis-gadis yang ikut menonton pertunjukannya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba padangan matanya tertuju pada seorang gadis cantik yang berdiri di antara kerumunan penonton. Melihat kecantikan gadis itu, ia pun langsung terpikat. Dengan penuh semangat, ia pun mengeluarkan seluruh kemampuannya bermain suling untuk memikat hati gadis itu. Gadis itu pun terbuai menikmati permainan suling L...
Masyarakat Desa Poopo, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara menyebutnya Wolaiy. Bentuknya memang seram. Tapi topeng ini nggak dipakai untuk ritual atau tradisi yang berkaitan sama mistis. Wolaiy biasanya ditempatkan di ladang atau sawah untuk menakuti hama, terutama monyet hitam atau Yaki. Disana tak semua orang bisa membuat topeng Wolaiy, sebuah seni yang hamper punah bahkan. Saat saya kesana, saya bertemu Imanuel dan Jack. Mereka berdua pemuda yang sudah terlatih membuat topeng Wolaiy. Untuk membuatnya, dibutuhkan pelepah daun rumbai atau pohon Seho yang berukuran besar dan lebar. Lalu setelah didapat, pelepah rumbai lalu dibersihkan. Mereka pun menyiapkan pisau tajam untuk memahat muka Wolaiy. Tinggi topeng Wolaiy sekitar satu setengah meter, dan jika dihitung dengan pemakainya bisa sampai tiga meter! Jangankan Yaki, manusia juga dibuat seram olehnya. Wolaiy lalu diarak disekitar sawah dan ladang dengan menyanyikan lagu Wolaiy… &ldqu...
Napombalu adalah nama sebuah pulau karang yang terletak di sebelah selatan Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, Indonesia. Menurut cerita, pulau yang terkenal sebagai tonggak batas Kepulauan Talaud paling selatan ini merupakan penjelmaan dari seorang laki-laki yang dikubur hidup-hidup bernama Lawongo. Alkisah, di Pulau Kabaruan, Sulawesi Utara, hiduplah seorang pemuda tampan bernama LAWONGO . Ia seorang pemburu babi hutan dan pemain suling yang mahir. Kemahirannya bermain suling sangat dikagumi oleh masyarakat sekitar. Banyak gadis cantik yang jatuh cinta kepadanya, namun tak seorang pun yang memikat hatinya. Untuk mencari gadis yang didambakannya, ia sering berkeliling di Pulau Kabaruan mempertunjukkan kemahirannya memainkan suling. Pada suatu hari, tibalah Lawongo di Desa Damau. Para warga desa pun berkumpul hendak menyaksikan pertunjukannya. Lawongo memainkan sulingnya dengan lincahnya sambil mengamati gadis-gadis yang ikut meno...
A. Sejarah Kabasaran Tanah Minahasa zaman dahulu sering mendapat ancaman dari dua suku yang berdekatan yaitu suku Mangindano dan suku Mongondo. Leluhur orang Minahasa sering terlibat perang untuk mempertahankan diri. Maesaan mulai terbentuk ketika leluhur Minahasa mulai mengadakan perundingan, bagaimana cara menghalau suku Mangindanau yang menguasai perairan laut di sekitar Minahasa. Kemudian dikumpulkan orang-orang kuat dan berbadan besar. Dilatih cara berperang dengan menggunakan senjata berupa pedang dan tombak, mereka pergi berperang dengan keyakinan bahwa mereka harus menang. Dalam legenda sejarah leluhur Minahasa Assaran Tua Puhuna yang dikumpul dan ditulis oleh pendeta Reidel pada tahun 1870. Diceritakan tentang peperangan peperangan di Minahasa yang tidak berkeputusan dari zaman orang Minahasa mengenal tanaman padi hingga abad ke XVII, dan bentuk taria...