Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Asal Usul Kolintang - Sulawesi Utara - Sulawesi Utara
- 29 Maret 2018

Di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, terdapat sebuah Desa bernama To Un Rano. Di Desa To Un Rano ini, tinggal seorang gadis bernama Lintang. Kecantikan Lintang begitu terkenal di seluruh pelosok desa. Suara Lintang sangat merdu. Banyak pemuda yang jatuh hati padanya. Tak sedikit yang bermaksud meminangnya untuk dijadikan sebagai istri. Tetapi, Lintang selalu menolak. Bahkan putra mahkota Raja Mongondow pun harus melupakan keinginannya memperistri Lintang. Padahal, putra mahkota itu telah menghadiahi Lintang sebuah seruling emas yang indah.

Suatu hari, di acara pesta muda-mudi, seorang pemuda tampan dan gagah mencoba mendekati Lintang.

“Wahai, Putri Lintang. Namaku Makasiga dari Desa Kelabat Atas,” ujar Makasiga memperkenalkan diri.

Perkenalan itu sangat berkesan di hati keduanya. Hingga suatu hari, Makasiga memberanikan diri  meminang Lintang. Gadis cantik itu pun menerima pinangan Makasiga dengan satu syarat.

“Makasiga, tolong buatkan aku alat musik yang suaranya lebih merdu dari seruling emas milikku,” perintah Putri Lintang.

Makasiga segera mengangguk menyanggupinya. Dia yakin bisa segera menemukan alat musik yang dimaksud. Sayang, kenyataan tak terjadi semudah yang Makasiga bayangkan. Beberapa alat musik yang dia berikan ternyata tak dapat memuaskan hati Lintang.

Makasiga terpaksa berkelana keluar masuk hutan untuk menemukan alat musik yang tepat. Udara di hutan sangatlah dingin. Demi menjaga agar tubuhnya tetap hangat, Makasiga membelah kayu dan menjemurnya. Potongan-potongan kayu yang telah kering dia kumpulkan, lalu dilempar ke suatu tempat. Bunyi kayu yang beradu dengan tanah terdengar nyaring dan merdu.

Tong… Ting… Tang….

“Hei, kayu ini agaknya bisa kujadikan sebuah alat musik. Putri Lintang pasti menyukainya,” seru Makasiga bersemangat.

Makasiga lalu meletakkan kayu-kayu tersebut berjejer di kakinya. Ketika kayu-kayu itu dipukul, terdengar suara bernada rendah, tinggi, dan sedang. Tong… Ting… Tang.… Terdengar bergantian.

Siang dan malam, Makasiga memotong kayu dengan panjang yang berbeda-beda untuk  mencari suara yang pas.

“Putri Lintang pasti senang dengan alat musik ciptaanku,” gumam Makasiga sambil terus membunyikan alat musik barunya. Suara musik itu terdengar sangat nyaring memecah kesunyian hutan.

Dua orang pemburu mendengar suara itu dari kejauhan.

“Itu pasti suara makhluk halus penunggu hutan ini!” ujar salah seorang pemburu sambil gemetar ketakutan.

“Ah, tidak ada makhluk halus membuat suara senyaring dan semerdu itu,” kata pemburu lainnya tak percaya.

Akhirnya kedua pemburu itu mendekati asal suara untuk mencari tahu. Alangkah terkejutnya mereka. Ternyata si pembuat suara adalah seorang pemuda yang terlihat sangat lusuh. Mereka mengenalnya sebagai Makasiga, sang ahli ukiran dari Desa Kelabat Atas.

Ya. Makasiga telah menjadi kurus dan lemah karena berusaha begitu keras menciptakan alat musik bersuara merdu. Demi mengabulkan keinginan gadis pujaannya, Makasiga sering melupakan makan, minum, dan waktu istirahatnya.

“Mangemo kumolintang,” ucap Makasiga lirih. Dia limbung, lalu terjatuh.

Kedua pemburu itu segera menolong Makasiga dan membawanya ke Desa Kelabat Atas. Makasiga terlalu lemah. Dia tidak bisa disembuhkan dan akhirnya meninggal dunia.

Berita kematian Makasiga terdengar hingga ke telinga Lintang. Dia sangat sedih hingga jatuh sakit dan menyusul Makasiga ke alam baka.

Alat musik ciptaan Makasiga tetap dimainkan di Desa To un Rano, atau kini dikenal sebagai Tondano. Ucapan “mangemo kumolintang” berarti ajakan “mari kita ber tong, ting, dan tang”. Lambat laun, istilah ini berubah menjadi ajakan bermain kolintang.



 

Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/asal-usul-kolintang/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline