×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Pengetahuan

Provinsi

Sulawesi Utara

Asal Daerah

Minahasa

Simbol Verbal dan Nonverbal Tarian Kabasaran dalam Budaya Minahasa

Tanggal 14 Aug 2018 oleh OSKM2018_16518386_Muhammad Ziad Rahmatullah.

 A. Sejarah Kabasaran  

    Tanah Minahasa zaman dahulu sering mendapat ancaman dari dua suku
yang berdekatan yaitu suku Mangindano dan suku Mongondo. Leluhur orang
Minahasa sering terlibat perang untuk mempertahankan diri. Maesaan mulai
terbentuk ketika leluhur Minahasa mulai mengadakan perundingan, bagaimana
cara menghalau suku Mangindanau yang menguasai perairan laut di sekitar
Minahasa. Kemudian dikumpulkan orang-orang kuat dan berbadan besar. Dilatih
cara berperang dengan menggunakan senjata berupa pedang dan tombak, mereka
pergi berperang dengan keyakinan bahwa mereka harus menang.  
          Dalam legenda sejarah leluhur Minahasa Assaran Tua Puhuna yang
dikumpul dan ditulis oleh pendeta Reidel pada tahun 1870. Diceritakan tentang
peperangan peperangan di Minahasa yang tidak berkeputusan dari zaman orang
Minahasa mengenal tanaman padi hingga abad ke XVII, dan bentuk tarian dengan
wajah memohon belas kasihan sampai jenis tarian dengan mata melotot seperti
burung hantu. Karena itu para leluhur berusaha memperkuat pertanahan negeri
mereka.
          Ksatria-ksatria yang disebut tuama (bersifat jantan) atau wuaya  (berani)
meraka inilah militer pertama di Minahasa. Oleh sebab itu pemuda harus menjadi
penjaga walak atau desa, setiap desa harus menjadi desa waraney (militer).
          Gerakan-gerakan para prajurit ketika mereka sedang mempersiapkan diri
untuk berperang,  seperti lompatan,lompatan maju menyerang, mundur atau
menyampung untuk menghindari dan menangkis serangan musuh disertai jeritan
menakutkan. Itulah yang disebut cakalele atau dalam Minahasa tua sakalele.
Menyangkut kata cakalele terdapat beberapa versi. Ada yang mengatakan  
sakalele, kabasaran, dan kawasaran. (Djakaria: 22,23).

B. Deskripsi Kabasaran

   Dalam pemantauan sekarang ini beberapa desa di Minahasa yang masih
memiliki kelompok tari kabasaran dan sering dipertunjukkan antara lain: Tombulu
desa Kali, desa Warembungan, kota Tomohon; daerah Tonsea ada di desa
Sawangan, daerah kota Tondano dan Tontemboan ada di desa Tareran.
          Penelitian ini mengambil tempat di daerah Tombulu tepatnya di desa
Warembungan. Kabasaran dalam dialek Tombulu disebut kawasaran, asal kata
wasal (wasar) sebutan untuk ayam jantan yang dipotong mahkotanya agar lebih
galak ketika menyabung. Yang dinamakan kabasaran adalah: kaum pria yang
memakai topi bulu ayam atau buluh burung cenderawasi, memakai senjata tajam
tombak atau pedang, busananya dari lilitan dan gantungan kain tenun dan kain
patola serta memakai perisai.  
          Tari kabasaran memiliki tiga jenis tarian yakni simbolisasi perang yang
dinamakan cakalele, lalaya’an adalah simbolisasi bergembira karena menang
perang, dan kumoyak adalah menghormati roh musuh yang terbunuh dalam
peperangan.  Tarian cakalele adalah gabungan gerakan Sembilan jurus pedang dan
tiga jurus tombak, yang dibawakan dengan gerak tari irama 4/4.
Berikut ini gerakan sebilan jurus pedang dalam tarian cakalele:

1. wira’ yaitu gerakan menebas dengan menggunakan pedang.

2. Sambowen yaitu gerakan dengan menebas kea rah bahu dan sisi kiri leher lawan.

3. Sambiku, gerakan menebas dengan ayunan kiri ke kanan kea rah bahu kanan dan sisi leher kanan lawan 

4. Rampe’ren yaitu gerakan menebas dari kanan ke kiri kea rah sisi kiri pinggang lawan.

5. Rimperen yaitu gerakan menebas dari kiri ke kanan, kea rah sisi kanan pinggang lawan.

6. Parasen yaitu gerakan menebas dari kanan ke kiri, kea rah kaki kiri lawan

7. Rap-rapen menebas dari kiri ke kanan, kea rah kaki kanan lawan.

8. Tawasen yaitu menebas silang dari atas ke bawah. 9. Kiwilen yaitu gerakan mengayunkan pedang dari bawah ke atas.   

C. Simbol Verbal dan Non Verbal.  


Tarian kabasaran yaitu tarian perang yang memiliki spesifikasi sendiri,
berbeda dengan tari-tarian lainnya. Spesifikasi tarian kabasaran menampilkan
gerakan tubuh dengan perangkat-perangkatnya dan asesories yang unik dari
binatang dan tumbuhan, yang memiliki simbol-simbol dan makna budaya. Tarian
kabasaran menunjukkan pekikan atau ujaran dari pemimpin tari dan anggotanya. 
Kabasaran dalam dialek tombulu menyebutnya kawasdian asal kata wasar
sebutan untuk ayam jantan yang dipotong mahkota di atas kepalanya agar lebih
galak ketika menyabung, Tangkilisan M. dkk (2012: 35). Tarian kabasaran
memakai topi buluh ayam atau buluh burung cenderawasi, memakai senjata tajam
tombak atau pedang. Busana kabasaran dari lilitan dan gantungan kain tenun
bentenan dan kain patola, serta memakai perisai.  
Penelitian ini memaparkan hasil sebagai berikut: (l) bentuk, makna, dan
nilai simbol; dan (2) sistem simbol pada tarian perang kabasaran baik verbal
maupun nonverbal yang digunakan oleh 'tou' Minahasa Sulawesi Utara untuk
memaknai suatu 

1) Bentuk, Makna dan Nilai Simbol Verbal  Masuruan sebagai bentuk verbal yang dituturkan pemimpin tarian
kepada seluruh waraney (semua penari) saat tarian akan dimulai. Dalam
tarian  perang Kabasaran aba-aba dari Tonaas Wangko serta pekikan
semangat yang diteriakan oleh seluruh waraney dan Tonaas Wangko yaitu
tuama nyaku tuama 'saya laki-laki'. Pada saat tarian perang Kabasaran akan
dimulai, Tonaas Wangko akan memberi aba-aba masaruan artinya
berhadapan.  
Wangunan kelung wo santi yaitu bentuk verbal yang dituturkan tonaas
wangko kepada para waraney untuk segera mengangkat pedang dan perisai ke
atas .  
Makasampe sebagai bentuk verbal yang mengisyaratkan untuk saling
berdekatan, melompat sedikit dua langkah kedepan dan saling
mempertemukan perisai, sampai pada aba-aba ini penari perang Kabasaran
terbagi dalam dua barisan yang berhadapan dan saling mengangkat pedang
dan perisai. 
Tumbalan kelung yaitu bentuk verbal yang menisyaratkan untuk
segera menurunkan perisai, aba-aba ini biasanya disertai dengan sumiki
artinya menghormat, bentuk verbal ini memberikan penghormatan kepada
lawan, yang melambangkan kejantanan seorang waraney. Adapun hormat
yang diberikan kepada orang besar tetap memakai aba-aba sumiki.  
Berikut aba-aba rumenday artinya kembali pada posis semula. Retaan
kelung wo santi artinya menaruh perisai dan pedang, biasanya aba-aba ini,
pada bagian waraney akan menari tanpa pedang dan perisai. Timboyan
kelung wo santi artinya mengambil perisai dan pedang. Mareng tampa artinya
pulang atau kembali ketempat semula. Semua aba-aba di atas diiringi dengan
ketukan tambor dua kali.  
Tonaas Wangko akan mengeluarkan aba-aba cakalele untuk adanya
tarian perang saling berhadap-hadapan, saat aba-aba tersebut diteriakan maka
penari akan dengan garang menari mengunakan pedang dan perisai, seakan
saling menyerang. Tambor manari dan tambor maleyonda aba-aba ini akan
mengisyaratkan para waraney untuk melakukan tarian dengan tidak
mengunakan pedang dan perisai. Pada setiap aba-aba tersebut selain diikuti
dengan suara ketuakan tambor dua kali, diikuti juga dengan teriakan dari para
waraney.  
Saat sudah mulai menari Tonaas Wangko akan mengeluarkan teriakan
I Yayat U Santi sebanyak tiga kali, artinya angkat pedang untuk perang.  
Ujaran-ujaran yang terdapat pada komando dan pekikan akan
diklasifikasikan atas lima bentuk yakni: (a) kata; (b) frasa; (c) klausa; klausa;
(d) wacana; (e) para linguistik.  

2) Bentuk, Makna, dan Nilai Simbol Nonverbal  Bentuk simbol nonverbal yang terdapat dalam tarian kabasaran Minahasa
direalisasikan pada tarian perang kabasaran yang menjadi figurative dari
personil penari antara lain: (1) penutup kepala; (2) seragam; (3) gelang
tangan; (4) gelang kaki; (5) wengko 'tombak'; (6) lei-lei 'kalung-kalung
tengkorak kepala monyet' (7) buluh ayam (8) kain merah (9) tiwoho 'tangkai
bunga kano-kano' (10) wongkur 'penutup betis kaki' (11) rerenge'en 'giring
giring lonceng yang terbuat dari kuningan' (12) tambor (13) pedang dan
perisai (14) tengkorak kepala Empat belas simbol peradatan tersebut di atas
dapat diklasifikasikan atas: (a) aksesories; (b) busana; (c) perangkat (d)
gerakan (e) tempat, yang diungkapkan dalam penjalasan seperti di bawah ini.    

a) Aksesoris 

1. Penutup Kepala  Penutup kepala makna harafiahnya yakni kain atau sesuatu yang
berbentuk bulat melingkari bagian atas kepala, dihiasi dengan paroh
burung yang menjulang ke atas, yang dulunya paroh burung tersebut
adalah paroh burung taong, disertai dengan buluh-buluhnya atau juga
buluh burung elang dan buluh ayam jantan. Penutup kepala juga
menggunakan kain berwama merah Ini dicerminkan sebagai lambang
kebesaran. Penutup kepala merupakan salah satu syarat yang harus
ada dalam tarian perang kabasaran. 
Mengingat penutup kepala sebagai sarana dan merupakan syarat
dalam pelaksanaan tarian maka perlu dipaparkan fitur-fitur
semantiknya agar menjadi jelas referennya. Ciri semantis yang
melekat pada kata penutup kepala ialah mengacu ke suatu bentuk topi
yang terdiri atas fitur-fitur semantik sebagai berikut: (a) kain merah
yang melingkari atas kepala sehingga berbentuk topi; (b) paroh
burung yang menjulang ke atas; (c) buluh burung taongl elang atau
bahkan buluh ayam jantan (d) kepala tengkorak dilekatkan pada buluh
bagian kepala. 

2. Lei-Lei 'Kalung-Kalung Leher  Lei-Lei makna harafiahnya ialah 'kalung-kalung leher' merupakan
syarat dalam pelaksanaan tarian perang kabasaran. Lei-lei tergantung
melingkari leher dan memanjang ke arah dada.  
Ciri-ciri semantis yang terdapat pada lei-lei ialah kalung yang
memiliki buah kepala tengkorak, yang menandakan bahwa musuh
telah dibunuh dimedan perang hingga tengkorak membuktikan
kebenaran tersebut.

3. Rerenge'en 'Giring-giring Lonceng'  Rerenge'en makna harafiahnya yaitu gmng-gmng lonceng yang diikat
pada bagian yang mudah bergerak agar pada saat terjadi gerakan
hentakan lonceng tersebut terdengar ramai, irama dalam lonceng
tersebut akan mengikuti setiap hentakan.  
Ciri-ciri semantis dari rerenge'en yaitu (a) giring-giring lonceng yang
digunakan harus lebih dari satu agar terdengar ramai saat bergerak; (b)
rerenge 'en terbuat dari bahan kuningan supaya bila digunakan ring an
dan leluasa untuk dipakai oleh penari.

b) Busana  Busana makna harafiahnya yaitu pakaian yang dipakai para penari.
Pakaian. bagian atas berupa kameja tanpa lengan dan celana dengan
ukuran pendek. Ciri-ciri semantis yang terdapat pada busana yaitu
kemeja dan celana pendek berwama merah. Wama merah merupakan
simbol keberanian 

c) Perangkat 

a. Wengko'Tombak'  Wengko makna harafiahnya yaitu tombak yang menjadi syarat penari
untuk menggunakan senjata tajam seperti tombak. Wengko digunakan
sebagai alat untuk melawan musuh. Wengko digunakan saat musuh
berada jauh, sehingga digunakanlah wengko sebagai sentaja untuk
dilemparkan kea rah musuh. Dalam tarian perang para waraney
menggunakan tombak sebagai simbol senjata tajam untuk mematikan
musuh yang ada di depan. Ciri semantis dari wengko yaitu: (a) kayu
(tombak) hitam berukuran kurang lebih 2 meter yang dibuat runcing
hingga terkesan tajam (b) kain merah yang terikat di ujung tombak,
melambai-lambai saat waraney menggerakkannya. 

b. Pedang  Pedang makna harafiahnya peda (istilah melayu manado) yaitu
termasuk syarat dalam tarian kabasaran. Selain wengko penari
menggunakan senjata tajam berupa pedang. Bila musuh berada
didekat tentunya akan menggunakan senjata tajam seperti pedang
untuk membelah diri sehingga pedang sangat penting digunakan
dalam medan perang. Inilah yang disimbolkan penari perang
kabasaran dalam menggunakan pedang tersebut. 

d) Gerakan  Gerakan atau makna harafiahnya alunan-alunan bagian tubuh yang
memiliki arti. Arti semantisnya penari kabasaran menggerak-gerakkan
tangan sambil memegang perisai pedang dan tombak. Gerakan
mengangkat kaki kiri dan kanan seeara bergantian sambil melangkah. 

e) Tempat  Tempat atau posisi para penari berada. Tarian kabasaran biasanya berada
Di depan pada acara-acara di mana tarian kabasaran diikutsertakan.
Atraksi yang di tunjukkan menarik perhatian dan makna budaya dari
tarian kabasaran menjadi elm semantis posisi atau tempat dari penari. 

3) Sistem Simbol Verbal dan Nonverbal Yang Terdapat Pada Tarian Kabasaran.  Tarian kabasaran merupakan larnbang kehidupan orang Minahasa dimasa lampau. Tarian kabasaran memiliki sistem simbol yang secara integral
dan teratur yang saling berhubungan satu sama lain sehingga terwujudnya
kelompok penari dengan sarana yang unik dan narnpak menarik. Yang
dimaksud dengan sistem simbol ialah sistem yang tersususn dari berbagai
unsur baik yang bersifat verbal maupun nonverbal, yang digunakan oleh
personil penari yang diwariskan dari generasi mas a lampau. Sebagai suatu
sistem, pelaksanaan tari kabasaran memiliki tata cara atau aturan yang sudah
diketahui. Tahap-tahap pelaksanaan tarian ialah personil penari, bus ana,
asesoris, perangkat, gerakan, dan tempat pelaksanaan dan ujaran yang
disampaikan. Semua unsur dalam sistem tersebut saling berhubungan satu
dengan yang lain. Hasil temuan terdapat sistem simbol baik verbal maupun
nonverbal sebagai berikut: (1) bentuk-bentuk simbol; (2) makna simbol (3)
nilai simbol.  
Dilihat dari sistem bentuk, ditemukan dua bentuk simbol yakni simbol
verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal ialah bahasa yang diujarkan oleh
pernimpin penari. Bentuk-bentuk simbol verbal dapat dilihat dari asesoris
yang dipakai para penari dan perangkat - perangkat penari.  
Makna-makna yang tersirat pada tarian kabasaran berupa simbol
verbal dan nonverbal merupakan pola pikir dan tata krama orang Minahasa
masa lampau, yang masih dipertahankan sampai saat ini. Pola pikir yang
dimaksud antara lain: (i) hubungan manusia dengan Tuhan yang maha kuasa;
(ii) hubungan manusia dengan alam sekitar. Tata krama yang dimaksud antara
lain: (i) 'tau' Minahasa menghonnati aturan-aturan yang telah disepakati; (ii)
sopan santun 'tau' Minahasa dijunjung tinggi. 

(Vivi Nansy Tumuju, 2014: 17-26).

#OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

Bakso Titoti Wo...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bakso titoti wonogiri gitu gaes ya hahahahhahahahahah

Tempong khas Te...

Oleh Deni Andrian | 10 Jan 2025.
Makanan

Bahan-bahan 12 porsi 1 papan tempe besar 1 genggam daun kemangi Bumbu Halus: 3 siung bawang putih 5 buah bawang merah 5 buah cabai rawit merah (op...

Mpaa Sere (Tari...

Oleh Aji_permana | 07 Jan 2025.
Tradisi

Mpaa Sere adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...