Alalabang merupakan tradisi yang berasal dari Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Tradisi ini merupakan tradisi lisan berpantung dengan menggunakan sajian topeng dalang. Kesenian yang menyajikan sastra lisan dari satu rumah ke rumah yang lain. Bentuk keseniannya bermacam-macam ada yang menyanyi tanpa iring-iringan musik, ada juga melantunkan syair-syair agama dengan pukulan 3 buah gendhang rebana, dan ada berupa rombongan anak-anak kecil, 2 anak di depan berpakaian pengantin sedang yang lainnya bertindak sebagai penyanyi cilik. Masing-masing wilayah mempunyai bentuk alalabang yang berbeda. Lebih-lebih rombongan alalabang, akan banyak menyedot penonton, ketika para rombongan itu membawakan sebuah kesenian topeng dalang
Makanan ini dibuat dari kokot (kikil sapi) yang direbus dengan bumbu-bumbu dan ditambah dengan jeroan. Disajikan bersama lontong, tauge kecil yang sudah digoreng, sambal kacang, dan gorengan daun bawang. Biasanya soto ini disajikan pada saat Hari Raya Idul Fitri, pesta perkawinan, dan sunatan. Namun, saat ini dapat dijumpai di restoran dan warung-warung makan.
Grebeg Pancasila biasanya dimulai sejak tanggal 31 Mei dengan rangkaian acara seperti Bedhol Pusaka, Tirakatan, dan ditutup dengan Upacara Budaya. Kemudian pada tanggal 1 Juni pagi, acara dilanjutkan dengan Kirab Gunungan Lima dan Kenduri Pancasila. Namun, rundown acara bisa berubah tiap tahunnya, tergantung kondisi. Seperti tahun kemarin dan tahun ini, di mana hari Pancasila bertepatan dengan bulan suci Ramadan, sehingga dilaksanakan lebih awal. Prosesi Bedhol Pusaka dilakukan dari tanggal 31 Mei sore, dan kegiatan Kirab Gunung Lima diadakan pada malam harinya hingga dini hari. Bedhol Pusaka Ini merupakan prosesi memindahkan benda pusaka dari rumah dinas Wali Kota Blitar di Jl. Sudanco Supriyadi ke kantor Pemkot Blitar. Pusaka yang dibawa antara lain Teks Pancasila, Teks Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945, serta Bendera Merah Putih, yang masing-masing pusaka dimasukkan dalam sebuah peti. Selain tiga pusaka itu, ada pula ukiran kayu burung Garuda dan foto Bung Karno yang diarak be...
Alkisah dahulu kala terdapat sebuah desa yang terpencil jauh dari Negeri Majapahit. Di sana hidup seorang brahmana bernama Begawan Tunggulmanik. la tinggal bernama cucunya yang sangat tampan bernama Damarwulan. “Cucuku, pergilah engkau ke Kota Raja Majapahit,” kata Begawan Tunggulmanik kepada Damarwulan pada suatu pagi. Damarwulan menyambut permintaan kakeknya dengan penuh keraguan. Namun Begawan Tunggulmanik menyarankan supaya Damarwulan menemui pamannya yang bernama Logender yang menjabat sebagai patih di Kerajaan Majapahit. Damarwulan dengan berat hati meninggalkan desanya tercinta. Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya Ia tiba di Kota Raja Majapahit dan sampai di kediaman Patih Logender. “Hhm…, jadi kamu yang bernama Damarwulan?” tanya Patih Logender. “Ya, Paman,” jawab Damarwulan dengan hormat. Kemudian Ia menceritakan asal-usulnya dengan jelas. Kehadiran Damarwulan tidak disukai oleh kedua anak lakilaki Patih Logender yang bernama Layang Kumitir dan Layang Seta. N...
Terkisah, pada zaman dahulu kala ada seorang yang bernama Kebo kicak. Karena durhakanya, dia disabda menjadi manusia berkepala kerbau ( dalam bahasa jawa kebo ) oleh orang tuanya. Kemudian Kebo kicak berguru kepada seorang kyai yang sakti mandraguna hingga akhirnya ia menjadi seorang yang soleh, dia sadar atas segala kesalahanya dimasa lalu hingga memiliki kemampuan yang luar biasa baik dari segi agama maupun kesaktiannya. Pada suatu masa, Jombang diresahkan oleh seorang perampok sakti mandraguna yang benama Surontanu. Karena kesaktiaanya, tidak ada yang pernah bisa melawan dan menangkapnya. Alkisah, Kebo kicak turun gunung bermaksud hendak menangkap Surontanu. Kemudian mereka bertemu dan bertarung sangat lama sampai Surontanu kewalahan melawan Kebo Kicak dan dia melarikan diri. Kebo kicak pun mengejar Surontanu kemanapun dia pergi. Dan sampailah pelarian Surontanu kesebuah rawa yang terdapat rimbunan tanaman tebu. Dengan kesaktiaanya Surontanu masuk kedalam rawa tebu tersebut dan...
“Sebelum ayam berkokok dan fajar datang, bengawan harus sudah terbentang!” tegas Nararaja Wikrama Mahesa, penguasa gunung Renteng Utara. “Sendiko dawuh gusti!” jawab Rakryan Mahapatih Singoduto yang ditunjuk oleh Sang Nararaja untuk menjalankan misi. “Bawa satu kapal beserta armada terkuat kita, bengawan ini akan menjadi jalur rahasia kita menaklukkan negeri Ngatas Angin di lereng gunung selatan!” lanjut Nararaja. “Ingat Singoduto, jika misi ini tidak selesai sebelum fajar tiba, jangan harap kamu beserta pasukanmu bisa kembali ke kerajaan ini!” “Siap laksanakan titah paduka” Singoduto menyembah dan undur dari paseban agung. Tak berselang lama, ratusan prajurit digdaya dipimpin Rakryan Mahapatih Singoduto sudah berkumpul di halaman pendopo kerajaan. “Wahai prajurit gunung renteng nan gagah perkasa, siapkan kesaktian kalian, malam ini kita berangkat membentangkan bengawan dari gunung renteng menembus Widas” terdengar berapi-api Sang Rakryan menggelorakan semangat pasukannya...
Konon, kekeringan pernah melanda di wilayah sekitar Goa Ngerong. Warga kesulitan air karena sumber-sumbernya mengering. Seorang perempuan yang diketahui bernama Dewi Laras juga mengalami hal serupa. Dia sedang hamil tua, dan membutuhkan air untuk persalinan. Dewi Laras terus berusaha mencari air sampai dia harus naik turun bukit (bahasa jawa: Kerengkelan). Cerita dari usaha Dewi Laras menemukan sumber air inilah yang disebut-sebut sebagai awal mula wilayah itu. Bermula dari bahasa jawa: Kerengkelan, yang lama kelamaan disebut dengan Rengel (Desa Rengel). Usaha Dewi Laras itu didengar Ki Kumbang Jaya Kusuma dan Ki Jala Ijo, dua orang yang bertapa di depan goa. Mereka ingin menolong perempuan hamil itu mencarikan sumber air. Dengan izin Allah, setelah dua pertapa itu menancapkan tongkat dari dalam goa, keluar air sangat deras, disertai dengan hewan-hewan seperti ikan, kura-kura, dan kelelawar, yang sebagian masyarakat mempercayainya sebagai hewan keramat. Tercukupilah kebutuhan air De...
Sarip Tambak Oso ialah legenda yang masyhur di Sidoarjo dan kemudian juga Jawa Timur. Sarip merupakan pemuda kampung yang tinggal di wilayah sekitar sungai di Dusun Tambak Oso. Wilayah ini sekarang berada di sekitar Gedangan, Waru, dan Sedati Sidoarjo. Pada masa kehidupan Sarip, wilayah Tambak Oso dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian timur dan bagian barat. Bagian barat Tambak Oso dikuasai oleh seorang pesilat jago yang berprofesi sebagai kusir dokar. Pesilat itu bernama Paidi, yang kelak menjadi lawan tanding Sarip. Paidi dikenal dengan senjata andalannya yang bernama Jagang Baceman. Sementara bagian timur Tambak Oso menjadi wilayah kekuasaan Sarip. Ayah Sarip meninggal ketika Sarip masih kecil, tidak ada informasi pasti berapa usia Sarip saat itu. Menurut cerita yang beredar, ayah Sarip merupakan seorang pejuang dalam perang Diponegoro. Sejak kematian itu, Sarip kecil berada dalam pengasuhan ibunya yang penyayang. Sarip tumbuh menjadi anak yang sangat berbakti dan penuh kasih s...
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan laut yang sangat berlimpah. Sebagai wujud rasa syukur atas berkah laut yang tersedia, masyarakat disekitar pelabuhan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur mengadakan upacara adat Petik Laut secara turun temurun selama lebih dari 100 tahun. Jika biasanya upacara berlangsung sangat meriah dengan ratusan kapal yang mengiringi kapal utama berlayar menuju laut Plawangan di Semenanjung Sembulungan, kali ini hanya ada satu kapal yang membawa sesaji untuk dilarung di lautan lepas. Upacara dilakukan dengan sangat sederhana untuk menghidari kerumunan warga yang antusias menyaksikan acara tahunan ini, mengingat wabah covid-19 masih menghantui masyarakat. Ritual ini wajib diselenggarakan setiap tahunnya, konon jika tidak maka akan terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti bencana atau berkurangnya hasil tangkapan ikan warga.