Upacara Tiba Raki, merupakan bentuk upacara komunal. Upacara ini bersifat magis karena menyertakan roh alam gaib atau roh leluhur. Upacara ini memiliki dua tingkatan yakni upacara dalam tingkatan yang lebih sederhana yakni sebatas pada tahapan-tahapan tertentu dan ini tergantung dari biaya maupun tingkat urgensinya. Tingkatan upacara bagi seseorang ditentukan oleh seorang sandro. Sandro sangat berperan dalam ritual ini, dan sekaligus berfungsi sebagai pemimpin yang akan menjalankan semua ritual tersebut, dan dibantu oleh masyarakat khususnya dalam ingkungan kekerabatan. Sedangkan pada upacara tingkatan yang utama biasanya menggunakan tahapan-tahapan ritual yang lebih panjang dan kompleks. Upacara ini selalu dipimpin oleh seorang Sandro tiba raki. Sandro biasanya memberikan petunjuk kepada kelompok kekerabatan agar mereka tahu pada tahap upacara yang mana harus dilakukan. Biasanya, bila terjadi sesuatu dalam keluarga besar maka sandroakan menyarankan melakukan upacara tiba ra...
Mitos lahirnya Nua Ende dapat ditelusur melalui unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “ Iets Over Ende “ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende . Walaupun cerita ini tidak terperinci namun setidaknya dapat menjadi gambaran awal untuk mengkaji asal-usul orang Nua Ende di Flores, NTT. Diceritakan tahun 1872, kira-kira sepuluh turunan lalu, sudah turun dua orang dari langit yang bernama Ambu Roru (lelaki) dan Ambu Mo` do (wanita). Mereka kemudian kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dan dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi sementara empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do di Ende. Pada suatu hari, para nelayan asing yakni Borokanda, Rako Madange dan Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena untuk menangkap ikan. Mereka mendapat banyak ikan yang separuhnya mer...
Adalah sebuah cerita murah berharga satu, mahal berharga dua. Pada zaman dahulu di saat pada alam semesta ini belum terdapat apa-apa, pertama-tama. Tuhan menciptakan bumi dan langit. Demikianlah cerita orang tua-tua pada zaman dahulu. Lalu diceritakan pula, konon bumi ini di saat permulaan diciptakan oleh Tuhan, encer sebagai air. Lama kelamaan semakin padat sebagai bubur. Akhirnya semakin padat, masih lunak disana-sini. Setelah itu Tuhan hendak menurunkan manusia di bumi ini. Tetapi karena bumi ini masih lunak, belum padat benar, Tuhan belum berani menurunkan manusia. Agar jangan sampai tertimpa bencana permulaannya Tuhan merencanakan siasat. Untuk menurunkan manusia yang pertama, rambutnya dipelintir lalu dipegang, dan diturunkan perlahan-lahan ke atas bumi ini. Tetapi kalau ternyata bumi ini masih agak lunak belum dapat ditempati, diangkatnya kembali manusia itu, dinaikkan lagi ke sorga. Di saat bumi ini telah padat benar dapat ditinggali, lalu diturunkan Nya sepasang manusia...
Pada zaman dahulu kala, kabarnya ada sebuah kerajaan, yang bernama kerajaan Sekar Kunir. Di kerajaan tersebut memerintah seorang Raja yang gagah perkasa bernama Raja Tonjeng Beru, dengan permaisurinya bernama Dewi Serentung. Dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Raja Tonjeng Beru dibantu oleh dua orang Patih. Patih yang pertama bernama Patih Rangga Dundang dan sebagai Patih yang kedua ialah Patih Rangga Nyane. Pada waktu Raja Tonjeng Beru memerintah kerajaan Sekar Kuning, masyarakat seluruhnya dalam keadaan sejahtera, aman dan sentosa. Karen berkat lindungan Tuhan Yang Maha Esa, semua apa saja yang ditanam, tumbuh dengan suburnya, sehingga dapat menghasilkan sandang atau pun pangan yang banyak. Segala jenis buah-buahan berbuah dengan amat lebatnya, yang sudah barang tentu akan dapat menambah kemakmuran di dalam negeri.Para nelayan pun hidup dengan sejahtera, karena hasil yang diperolehnya sangat cukup. Begitu pula mengenai keamanan dalam negeri, selamanya mendapat pengawas...
Inilah sebuah ceritera yang berjudul Datu Jeleng. Dalam ceritera ini akan dikisahkan seorang raja yang miskin. Hal ini ganjil sekali bagi seorang yang mempunyai gelar Raja. Raja ini bergelar Raja Miskin, karena memang demikianlah keadaannya. Raja ini miskin dalam harta benda, iskin pula dalam rakyat dan hamba sahaya. Keadaan seperti ini jarang kita dapati. Pada umumnya seorang raja banyak mempunyai harta kekayaan. Dalam memerintah baginda selalu didampingi oleh seorang permaisuri yang cantik jelita, bertempat tinggal dalam sebuah istana yang megah, penuh bertatahkan emas, intan dan permata lainnya. Maka bagi Datu Jeleng semuanya itu tidak ada . Yang menjadi harta bagi Datu Jeleng, hanyalah seekor kuda yang bulunya belang, Kuda itu menjadi tunggangan tetap Datu Jeleng kemana pun baginda pergi. Selain dari itu Datu Jeleng menempati sebuah ruamah yang sudah bobrok, hampir-hampir tiada berdinding dan hampair hanya beratapkan langit saja. Sebagai tempat tinggal, Dat...
Nah, sekarang saya akan bercerita, dengarkan semua ya. Menceritakan cerita tentang buaya. Diceritakan di Song Gigi terdapat seekor Raja buaya yang bernama Yaja Sengara, mempunyai permaisuri brnama I Ratna si Anti. Diceritakan bahwa I Sri Anti Jaya Sengara mempunyai seekor putri yang sangat cantik bernama Dyah Song Gigi. Karena sudah lama dewasa, demikian diceritakan, ia dilamar oleh raja buaya dari Akar-akar yang bernama Demung Akar-akar. Karena yang melamar sudah tepat, maka lamaran diterima, Ni Dyah Song Gigi diserahkan kepada Demung Akar-akar. Tetapi masih harus menanti hari baik untuk mengambilnya. Sedang hari baik itu masih lama. Itulah sebabnya pernikahan belum dilaksanakan. Nah, biarkan dulu cerita itu. Diceritakan keadaan di Dodokan, dengan rajanya yang bernama I Demung Dodokan. Dialah yang menguasai seluruh buaya sampai ke Menanga Kelikit, Cemara tebel. Celuk Waru. Semua dikuasai oleh Demung Dodokan. Pada suatu malam. I Demung Dodokan tidur. kemudian bermimpi. Ia me...
Adalah sebuah cerita, murah berharga satu, mahal berharga dua. Yang diberitakan adalah tentang sepasang burung tuhu-tuhu.Mereka tinggal pada sebatang pohon yang tinggi dan rimbun ditepi sebuah hutan. Nasibnya selalu sial. Setiap si isteri bertelur, telurnya tak pernah selamat. Ada saja yang memakannya. Kadang-kadang sarangnya diobrak-abrik oleh pengacau. Kalau tidak oleh manusia, ular yang memakan telurnya. Oleh karena tahu, bahwa mereka tak mampu melawan manusia ataupun ular, maka ditinggalkannya telurnya di saat musuh mengorbrak-abrik sarangnya akan mancari telur. Sedih benar hatinya melihat telurnya diambil oleh manusia atau dimakan oleh ular. Tetapi apa hendak dikata. Nasib mereka memang sial diciptakan menjadi burung. Ingat pada diri sendiri, maka tak ada lain yang dijalankan selain dari menjalankan Dharma. Karena sudah sempurna benar dalam menjalankan Dharma, akhirnya mereka dianugerahi kemampuan yang disebut dibyacaksu. Mereka tahu apa yang sudah lewat, sekarang ...
Adalah sebuah cerita. Cerita ini bernama Tipuq- ipuq. Yang bernama Tipuq- Ipuq itu adalah seorang anak kecil. Anak ini dilahirkan oleh keluarga yang sangat miskin. Pekerjaan orang tuanya hanyalah pergi ke hutan. Diceritakan sebelum anak ini dilahirkan orang tuanya sengsara. Kadang-kadang dapat makan, kadang-kadang tidak. Sdih kita menyaksikan kisah orang tuanya itu. Ayahnya setiap hari pergi ke hutan mencari kayu. Kalau berhasil menual kayu, barulah ia dapat makan. Bila si ayah tidak pergi dan tidak menjual kayu keluarga itu tidak dapat makan. Nah, pada suatu ketika keluarga itu dikaruniai oleh Tuhan. Si ibu hamil. Setelah hamil, kian lama masa hamail cukup sembilan bulan, lahirlah anak itu. Setelah lahir, lama kelamaan besarlah ia. Ketika si anak sudah bisa duduk, belum juga diberi nama karena memang demikian tradisi lama. Pada zaman itu anak-anak sampai dewasa masih saja dipanggil dengan sebutan nuna. Diceritakan, setelah anak itu bisa duduk, ke dapur saja perginya, senang sek...
Alkisah ada sebuah cerita tentang orang-orang berani dan kuat di Sumbawa zaman dulu. Orang yang pertama bernama Ne Cantal Beta sedang orang yang kedua bernama Ne Bua' Lentuk. Ne Bua' Lentuk kalau tidak khilap berasal dari bagian timur, sedang Ne Cantal Beta berasal dari bagian barat. Konon Ne Cantal Beta ini setiap harinya tidak ada kerjanya selain berkelana ke sana kemari, sambil membawa peralatan/ perkakas untuk berkelahi, seperti parang, tombak, keris, sampai kepahatdan apa yang disebut di dalam bahasa Sumbawa "perku." Dia ke sana kemari mencari lawan, keluar desa masuk desa, mendaki gunung dan menuruni lembah dan ngarai, pergi mencari lawan untuk berkelahi. Di beberapa tempat memang ia bertemu dengan orang-orang yang berani mencoba melawan dia, tapi semua orang itu kalah. Karena beraninya, dia dijuluki dengan kata-kata "kebal gancang" artinya "kebal dan cekatan." Kalau ia bertemu dengan orang yang berani melawannya, ia malah menyuruh lawannya itu memilih se...