Keberagaman Budaya Indonesia itu memang terbilang unik dan semua berjalan sesuai dengan kondisi dan budaya yang telah turun-temurun belangsung sejak nenek moyang terdahulu. Adakalanya tradisi dan budaya itu biasa saja, ada yang luar biasa, ada yang aneh dan unik, dan ada yang diluar akal sehat manusia normal, namun jika itu sudah menjadi adat dan kebiasaan yang berkembang dimasyarakat, maka seperti apapun yang terjadi dianggap wajar oleh masyarakat setempat, walaupun orang diluaran budaya yang bersangkutan menganggap hal itu tidak wajar. Salah satu Tradisi yang ada di Indonesia itu adalah " Mesbes Bangke " atau dapat diartikan sebagai tradisi mencabik mayat, tradisi yang diluar kebiasaan masyarakat lain ini, menjadi ritual yang masih dipertahankan oleh masyarakat asli suku banjar buruan desa Tampak siring, Bali. Tradisi Mesbes Bangke ini dilakukan saat ada salah seorang warga meninggal, ketika mayat dibawa keluar dari rumah duka, maka sang mayat aka...
Ada sebuah tradisi unik yang ada di Desa Trunyan, yaitu meletakkan jenazah di atas pada alam terbuka, tradisi ini masih dilakukan secara turun-temurun sampai sekarang ini. Budaya serta tradisi unik orang Bali asli desa Trunya ini menjadi sangat menarik dan unik bagi wisatawan, bahkan bagi warga lokal Bali sekalipun, sehingga desa ini menjadi salh satu tujuan wisata unik di Bali.Penduduk Bali Aga ataupun Bali Asli, memang biasanya memiliki sejumlah keunikan yang tidak dimiliki desa lain pada umumnya di Bali, mereka memegang teguh berbagai budaya serta tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya. Selain desa Trunyan di Kabupaten Bangli sejumlah penduduk Bali Aga juga bisa ditemukan di desa Tenganan Karangasem dan yang paling banyak terdapat di Kabupaten Buleleng yaitu desa Julah, Sembiran, Tigawasa, Cempaga dan Pedawa.Desa Terunyan berasal dari 2 kata yaitu Taru & Menyan artinya kayu dan wangi jadi desa terunyan diambil dari nama pohon yang tumbuh disekitar desa,...
KALANGAN Ayodya di Taman Budaya Bali, malam itu begitu riuh. Gelak tawa dan tepuk tangan terus berganti. Penonton berjejalan. Duduk berdesak-desakan. Banyak yang akhirnya duduk lesehan di anak tangga. Tak sedikit yang memilih berdiri, atau bersandar di tembok pembatas jika sudah terlalu lelah berdiri. Malam itu, Jumat 19 Agustus 2016, ratusan penonton rela berdesak-desakan untuk menyaksikan pementasan dari Komunitas Seni Tugek, yang bermarkas di Desa Carangsari, Kecamatan Petang. Malam itu begitu istimewa, karena para pemain yang naik panggung adalah para sesepuh di Sekaa Topeng Tugek. Mereka adalah Gusti Ngurah Windia (pemeran topeng tugek), Dayu Sugi, Nyoman Kanda, dan Gusti Made Gempur. Komunitas Seni Tugek sebenarnya sudah kenyang dengan pengalaman jam terbang. Mereka pernah tampil pada Pesta Kesenian Bali 2015 dalam parade topeng panca, dan kembali hadir saat Pesta Kesenian Bali 2016 dalam lomba bondres. Namun kala itu para pemainnya adalah generasi muda, pewaris topen...
Seri penerbitan forum arkeologi no 1, Januari 1996 Astawa, A.A. Gde Oka and Yuliati, L. Kade Chita and Suastika, I Made and Ambarawati, Ayu and Bagus, A.A. Gde and Sunarya, I Nyoman and Suantika, I Wayan and Ratnawati, I Gst. Ag. Ayu Mas (1996) Seri penerbitan forum arkeologi no 1, Januari 1996. Balai Arkeologi Bali, Denpasar. ISBN 08543232 Text VOLUME 9, NO 1, JANUARI 1996.pdf Download (10MB) Official URL: http://forumarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/fa... Abstract Seri penerbitan forum arkeologi ini berisi pembahasan mengenai beberapa topik yaitu. Arca Ardhanariswari di Bali tinjauan tentang fungsi. Batu kukuk satu unsur tradisi megalitik. Alat-alat batu di Goa Sakai, Thailand. S...
Sejarah Singaraja sebagai ibu kota Soenda Ketjil: museum Soenda Ketjil Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (2017) Sejarah Singaraja sebagai ibu kota Soenda Ketjil: museum Soenda Ketjil. [Video] Video Sejarah Singaraja sebagai ibu kota Soenda Ketjil.mp4 Download (705MB) Abstract Soenda Ketjil adalah satu dari delapan provinsi yang dibentuk di awal kemerdekaan Indonesia. Provinsi yang terdiri dari Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali ini beribu kota di Singaraja sebuah kota pesisir di Bali Utara. Riwayat Singaraja tentu tidak lepas dari sejarah panjang kerajaan Buleleng. Item Type: Video Uncontrolled Keywords: Direktorat...
Pura Goa Lawah merupakan Pura Dang Kahyangan tempat sthana Linggih Sang Hyang Naga Basuki dan Bhatara Tengahing Segara. Pura menghadap laut biru yang membentang berikut deretan gubuk-gubuk kecil pembuatan garam rakyat di tepi pantai. Di depan goa pun dibangun sebuah pura suci tempat melakukan upacara Nyegara Gunung yang merupakan kegiatan keagamaan masyarakat Hindu sebagai penutup upacara Atma Wedana (Nyekah, Memukur atau Maligia). Keunikan dari Goa Lawah ialah terdapat ribuan kelelawar yang menggantung di dinding-dinding goa. Kelelawar yang tinggal berada di sisi sebelah utara pura. Suara riuh dan berisik kelelawar bukan merupakan gangguan bagi masyarakat Hindu di sana untuk bersembahyang. Keberadaan hewan malam ini juga disakralkan, bahkan jika ada yang mengganggu kehidupan mereka dipercaya akan terjadi bencana setelahnya. Keberadaan kelelawar penghuni goa ini menjadi penambah kesan mistis yang ada di Pura Goa Lawah. Sebagai lokasi religi yang suci, p...
Untuk melestarikan nilai-nilai budaya dilakukan penerbitan hasil-hasil penelitian yang kemudian disebarluaskan kepada masyarakat umum. Pencetakan naskah yang berjudul Senjata Tradisional Daerah Bali, adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sumber: Waluyo, Harry (1993) Senjata tradisional daerah Bali. Documentation. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta. http://repositori.kemdikbud.go.id/8270/
Naskah Puspakerma sasak yang dipilih sebagai obyek pengkajian ini merupakan salah satu dari beberapa naskah sasak yang disimpan Bapak Irwan Holmes pemilik Galery 50 B Ciputat. Nasih salah satu versi naskah Puspakerma ini kurang menguntungkan. Karena ia dipandang tidak lebih dari barang yang setiap waktu ditawarkan dengan sejumlah rupiah atau dolar kepada pembeli yang pada umumnya pembeli asing. Sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/7617/
Kidung Megat Kung merupakan salah satu bukti bagi masyarakat Bali dan sebagai cermin dari budaya tradisional Bali, walaupun kidung ini belum begitu terkenal bagi pecinta sastra Bali tetapi dari segi isi dan mutu tidak kalah bila dibandingkan dengan kidung atau geguritan yang lainnya. Di dalam Kidung Megat Kung ini tercermin tentang kehidupan pengarang yang menyatakan bahwa dirinya tiada arti di dunia ini karena hidup penuh dengan penderitaan. Disamping itu pula karya bukan saja ditujukan kepada dirinya sendiri melainkan juga untuk orang lain dari semenjak lahir. Bila hal ini kita simak betapa kehebatan pengawi pada waktu itu, dalam keadaan menderita mereka marnpu menciptakan sebuah karya sastra yang bernilai. Sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/7792/