Klenteng Hok Lay Kiong adalah klenteng tertua di Bekasi yang terletak di Jl. Kenari, Margahayu. Tidak ada yang tahu kapan pastinya klenteng ini dibangun, namun diperkirakan klenteng ini sudah ada sejak 300-400 tahun yang lalu. Tidak berbeda dengan klenteng yang lainnya, warna merah masih menjadi warna dominan dibangunan dan ornamen klenteng ini. Meskipun klenteng ini telah beberapa kali di renovasi, ornamen klenteng seperti pintu, patung dewa, altar dan tiang penyanggahnya masih asli. Klenteng Hok Lay Kiong memiliki luas 650 meter persegi, selain sebagai tampat sembahyang umat Kong Hu Cu, Budha dan Taoisme, klenteng ini juga menjadi salah satu tempat wisata favorit di Bekasi. Jika ingin menikmati suasana yang berbeda, cobalah datang di saat perayaan imlek. Saat imlek anda bisa melihat prosesi penyucian patung dewa dan karnaval barongsai, ada juga ritual tabur sial dengan melakukan pelarungan kertas berisi harapan ke sungai Bekasi dan pelepasan kura-kura. Tujuan dari pada berbenah d...
Gedung Juang 1945, yang saat ini menjadi tempat kawah candradimukanya Paskibraka kabupaten Bekasi, tempat Latihan awal Paskibraka kabupaten Bekasi sebelum berlatih di Plasa Pemba kabupaten Bekasi di kawasan Delta Mas Kembali tentang gedung Juang Bekasi, Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Bekasi yang letaknya berdampingan dengan Jakarta memiliki sejarah perjuangan melawan penjajah yang tak kalah heroik. Perjuangan rakyat Bekasi sempat diabadikan dalam puisi terkenal karya Chairil Anwar, Karawang-Bekasi. Yang menarik, Bekasi masih memiliki gedung bersejarah peninggalan pra masa kemerdekaan yang dikenal sebagai Gedung Tinggi yang terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Gedung Tinggi ini sekarang dikenal sebagai gedung juang 45. Bangunan berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun 1910. Gedung tinggi ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi s...
Jaipongan terlahir melalui proses kreatif dari tangan dingin H Suanda sekitar tahun 1976 di Karawang, jaipongan merupakan garapan yang menggabungkan beberapa elemen seni tradisi karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu dan lain-lain. Jaipongan di karawang pesat pertumbuhannya di mulai tahun 1976, di tandai dengan munculnya rekaman jaipongan SUANDA GROUP dengan instrument sederhana yang terdiri dari gendang, ketuk, kecrek, goong, rebab dan sinden atau juru kawih. Dengan media kaset rekaman tanpa label tersebut (indie label) jaipongan mulai didistribusikan secara swadaya oleh H Suanda di wilayah karawang dan sekitarnya. Tak disangka Jaipongan mendapat sambutan hangat, selanjutnya jaipongan menjadi sarana hiburan masyarakat karawang dan mendapatkan apresiasi yang cukup besar dari segenap masyarakat karawang dan menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat. Posisi Jaipongan pada saat itu menjadi seni pert...
Siapa pun yang melintasi jalan raya Bandung-Purwakarta belum merasa lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh peuyeum Bendul. Oleh-oleh tape khas Purwakarta itu memang menggiurkan. Sebab, tape yang diproduksi di Kampung Bendul, Purwakarta, itu tak punya kesamaan dengan peuyeum produk daerah lain. Tak sulit mencari peuyeum Bendul. Anda cukup melintas di jalan raya Bandung-Jakarta. Untuk memperoleh peuyeum Bendul tidaklah sulit. Hampir di setiap tempat peristirahatan kendaraan umum dan pribadi, mata wisatawan bakal tertumbuk pada makanan berbahan baku singkong atau ubi kayu itu yang digantung secara mencolok di setiap gerai. Yang pasti, kalau mau lebih afdol, silakan mampir di gerai-gerai peuyeum di Desa Bendul, Purwakarta. Kalau mau membeli di tempat lain pun tak masalah, karena memiliki cita rasa yang sama. Sebagai contoh di tempat peristirahatan (rest area) jalan tol Jakarta-Cikopo atau di ruas jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Begitu pula di jalur-jalur utam...
Siapa pun yang melintasi jalan raya Bandung-Purwakarta belum merasa lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh peuyeum Bendul. Oleh-oleh tape khas Purwakarta itu memang menggiurkan. Sebab, tape yang diproduksi di Kampung Bendul, Purwakarta, itu tak punya kesamaan dengan peuyeum produk daerah lain. Tak sulit mencari peuyeum Bendul. Anda cukup melintas di jalan raya Bandung-Jakarta. Untuk memperoleh peuyeum Bendul tidaklah sulit. Hampir di setiap tempat peristirahatan kendaraan umum dan pribadi, mata wisatawan bakal tertumbuk pada makanan berbahan baku singkong atau ubi kayu itu yang digantung secara mencolok di setiap gerai. Yang pasti, kalau mau lebih afdol, silakan mampir di gerai-gerai peuyeum di Desa Bendul, Purwakarta. Kalau mau membeli di tempat lain pun tak masalah, karena memiliki cita rasa yang sama. Sebagai contoh di tempat peristirahatan (rest area) jalan tol Jakarta-Cikopo atau di ruas jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Begitu pula di jalur-jalur utam...
Di Kampung Radio, Desa/Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terdapat bangunan tua yang sudah tidak dipakai. Dulunya bangunan tersebut merupakan kantor radio tertua di Indonesia. Ada dua bangunan yang saling berdampingan di sana. Satu gedung utama dan lainnya untuk tempat mesin perlengkapan radio. Luasnya bangunan utama sekira 18x12 meter persegi dan tinggi 8 meter, sedangkan bangunan satu lagi lebih kecil. Bangunan utama gedung itu kosong dan tidak terlihat lagi seperti sebuah kantor penyiaran. Tumpukan batang pohon pinus tampak di beberapa sudut. Sepeda motor warga terparkir di sana. Beberapa bagian temboknya sudah hancur. Namun, secara umum, gedung itu masih gagah. Sementara dinding gedung tempat menyimpan peralatan perlengkapan radio mayoritas terbuat dari batu-batu berukuran besar. Ada sejumlah pintu yang kini ditutupi oleh seng. Di bagian dalamnya terlihat banyak semak belukar dan pepohonan. Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Cililin, Ade Rat...
Asal Usul Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Losarang, Indramayu DaftarSB19 Kelompok masyarakat ini telah menunjukan eksistensinya sejak akhir tahun 90-an kepada masyarakat luas. Mereka membangun komunitas dengan berpegang teguh pada spiritualitas sebagai dasar pembentukan ajarannya. Tidak jarang pula mereka menyebut kepercayaannya sebagai agama Jawa. Melalui kepercayaan ini, mereka melakukan penggalian kembali kepercayaan dan nilai-nilai spiritualitas masyarakat Jawa masa lalu, terutama pada masa prapatrimonial[2]. Mereka berpikir bahwa agama-agama besar yang ada saat ini, termasuk agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia, telah terkontaminasi kepentingan-kepentingan individu yang sarat dengan keserakahan. Hal inilah yang menyebabkan kelompok kepercayaan ini menggali kembali nilai-nilai budaya masyarakat Jawa dan membangun ulang nilai-nilai komunal.[3] Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu tidak memiliki kaitan dengan Suku Dayak asli Kalimantan. Penamaan komunita...
Di Indonesia sangat banyak kerajaan-kerajaan baik yang bercorak Islam, Hindu ataupun Buddha. Khusus untuk di pulau Jawa ada sebuah kerajaan setelah runtuhnya kerajaan Tarumanegara yang terletak di Jawa Barat yaitu kerajaan Sunda Galuh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu terakhir di Tatar Sunda. Yang merupakan sebuah kerajaan kombinasi dari dua kerajaan besar disunda, yaitu kerajaan Sunda dan Galuh Raya. Kerajaan Sunda Galuh didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah. Berdirinya Kerajaan Sunda serta “merdekanya” Kerajaan Galuh, sekaligus pula merupakan pertanda berakhirnya era kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Berbeda dengan Kerajaan Galuh, Kerajaan Sunda pada masa awal berdirinya sama sekali tidak pernah menga...
Menurut naskah “Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara”, kerajaan di pulau Jawa adalah Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang , kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya "membuat perak"). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak , berdasarkan pengucapan kata "Salaka" dan kata "Salak" yang hampir sama. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat Iabadiou yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis ( Ptolemy ) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis...