Makanan Minuman
Makanan Minuman
Makanan khas Sunda Jawa Barat Purwakarta
Peyeum/Tape Bendul Purwakarta
- 16 Februari 2019

Siapa pun yang melintasi jalan raya Bandung-Purwakarta belum merasa lengkap kalau tidak membawa oleh-oleh peuyeum Bendul. Oleh-oleh tape khas Purwakarta itu memang menggiurkan. Sebab, tape yang diproduksi di Kampung Bendul, Purwakarta, itu tak punya kesamaan dengan peuyeum produk daerah lain.
Tak sulit mencari peuyeum Bendul. Anda cukup melintas di jalan raya Bandung-Jakarta. Untuk memperoleh peuyeum Bendul tidaklah sulit. Hampir di setiap tempat peristirahatan kendaraan umum dan pribadi, mata wisatawan bakal tertumbuk pada makanan berbahan baku singkong atau ubi kayu itu yang digantung secara mencolok di setiap gerai.
Yang pasti, kalau mau lebih afdol, silakan mampir di gerai-gerai peuyeum di Desa Bendul, Purwakarta. Kalau mau membeli di tempat lain pun tak masalah, karena memiliki cita rasa yang sama. Sebagai contoh di tempat peristirahatan (rest area) jalan tol Jakarta-Cikopo atau di ruas jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang).
Begitu pula di jalur-jalur utama keramaian sepanjang Pantura Karawang-Subang, Cikopo-Sadang, Kalijati-Subang, Padalarang-Cianjur. “Yang punya kios pasti orang-orang asal Desa Bendul,” kata Aja Saptja, pedagang peuyeum Bendul di Desa Bendul.
Karena pemiliknya warga Bendul, peuyeumnya pasti buatan produsen peuyeum Desa Bendul. Alhasil, soal keaslian, peuyeum Bendul masih terpelihara. “Perajin peuyeum dari luar masih belum bisa menirunya,” kata Aja.
Karena posisi peuyeum Bandul digantung saat dijajakan di gerai-gerai, para wisatawan kerap menyebutnya sebagai tape gantung. Menurut Hidayat, warga Jakarta yang dipergoki di kedai peuyeum Bendul milik Aja Saptja, selain bentuknya unik, rasanya sangat berbeda dengan jenis tape singkong lainnya.
“Kenyal dan lebih manis,” kata Hidayat, yang membeli peuyeum Bendul sebagai oleh-oleh mudiknya. Buah tangan itu sengaja ia beli untuk keluarga dan para tetangga. Ia bertutur, tetangga yang pertama kali dihadiahi peuyeum Bendul selalu berujar pendek, “Aneh!” Namun, setelah merasakan sekali, kali lainnya mereka ketagihan dan memesan lagi.
Menurut Siti Sofiah, pedagang peuyeum Bendul, pihaknya memberikan jaminan kualitas aroma, rasa, dan masa bertahan peuyeum Bendul. Harga jual peuyeumnya lebih murah di Bendul. Sementara di kios-kios luar Bendul peuyeum dibanderol Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram, di Bendul dijual dengan harga Rp 4.000 per kilogram.
Peuyeum Bendul memang sulit dilupakan. Alasannya, ia sudah melegenda sejak diproduksi dan diperkenalkan secara massal pada 1930-an. Berkat peuyeum Bendul, banyak warga Purwakarta jadi kaya raya dan bisa menyekolahkan anaknya sampai ke luar negeri.
Namun, sayang, mereka sempat terjerembap tatkala jalan tol Cipularang mulai dioperasikan empat tahun lalu. Pasalnya, sebagian besar pengendara atau wisatawan dari Jakarta yang hendak ke Bandung dan sebaliknya lebih memilih jalan bebas hambatan itu.
“Semua bisnis peuyeum Bendul ambles seambles-amblesnya,” kata Sofiah. Ratusan warung pamer peuyeum Bendul, yang biasanya ramai dikeroyok para wisatawan asal Jakarta yang pulang pelesir dari Bandung melalui jalur reguler Bendul, seakan kabur tak berbekas.
“Kami semua bangkrut,” Aja menambahkan. Peuyeum Bendul, yang biasanya laku sampai 5 kuintal sampai 1 ton pada hari-hari libur, setelah beroperasinya jalan tol Cipularang paling banter laku 20 kilogram. “Warung kami sempat tutup satu tahun,” Sofiah menimpali.
Makanya, para pedagang peuyeum Bendul yang tak tahan dengan “krisis ekonomi pedagang peuyeum” itu banyak yang memilih kabur dari Bendul dan mencari lokasi usaha baru.
Syukurlah, belakangan mereka mampu bangkit kembali mendagangkan peuyeum Bendul yang menjadi andalan usahanya itu. “Alhamdulillah, usaha peuyeum Bandul kami bisa bangkit lagi,” kata Eman, pedagang peuyeum di Jalan Pantura Kaliasin, Jatisari Karawang. Masa mudik dan balik Lebaran adalah ladang paling subur untuk menangguk untung.
Sekarang, kedai-kedai peuyeum khas Purwakarta yang masih bertahan berjualan di Bandul tinggal 50-an kios dari sebelumnya lebih dari 100 kios. Dan setelah adanya pelarangan bagi seluruh kendaraan truk besar masuk tol Cipularang akibat amblesnya jalan bebas hambatan itu di kilometer 91,600 tiga tahun lalu, mereka kembali lewat jalur reguler Bendul. Denyut perdagangan peuyeum Bendul pun mulai bergairah lagi.
Para wisatawan asal Jakarta yang rindu belanja dan merasakan peuyeum Bendul di lokasi pembuatan aslinya pun sudah banyak yang kembali menyambangi kedai-kedai di Bendul. Omzet penjualan peuyeum pun kembali bergairah. Aja mengaku, sekarang sudah bisa menjual lima kuintal pada saat hari libur. “Lumayanlah,” kata Aja seraya tersenyum.
Agar buah tangan khas Purwakarta tersebut tetap bertahan di tempat produksinya, Aja dan Sofiah mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Purwakarta supaya mengajak para “pendekar” peuyeum Bendul yang sudah bermigrasi ke tempat lain agar “balik kandang”. “Supaya kondisi Bendul ramai lagi,” kata Aja.
Mereka juga mendesak pemerintah setempat meminta PT Jasa Marga mempercepat pembangunan satu interchange (persimpangan) lagi di jalan tol Cipularang, di lokasi Sukatani. Kalau persimpangan itu terwujud, mereka yakin kejayaan peuyeum Bendul akan bangkit kembali. NANANG SUTISNA.
Supaya Enak, Diampelas Pakai Daun Ilalang
Meski bahan dasar peuyeum Bendul sama dengan berbagai jenis tape produk daerah lain, singkong atau ubi kayu, peuyeum Bendul yang pertama kali diciptakan oleh Murdi, warga Kampung Bendul, pada 1940-an itu memiliki perbedaan sangat mencolok, terutama dalam bentuknya.
Sementara tape singkong buatan daerah lain bentuknya dikerat-kerat, peuyeum Bendul yang terbuat dari singkong satuan ini bentuknya panjang-panjang.
Cara pembuatannya, setelah dikupas, satuan-satuan ubi singkong dilucuti kulitnya. Kemudian satu per satu diampelas pakai daun ilalang. Setelah halus, dicuci hingga bersih.
Proses berikutnya, singkong yang sudah dihaluskan itu direbus hingga matang. “Supaya permukaannya tidak pecah,” kata Aja Saptja, seorang penjual peuyeum Bendul.
Singkong rebus yang telah didinginkan kemudian ditaburi ragi dan dimasukkan ke keranjang yang terbuat dari anyaman bambu yang bagian dasarnya dilapisi daun pisang. “Tiga hari sudah pasti jadi peuyeum,” kata Aja.
Peuyeum kemudian dipajang di ruang-ruang pamer milik para pedagang yang terbuat dari kaca yang berjejer di “pasar” peuyeum Bendul di jalan raya Bendul, dalam posisi digantung dengan tali yang terbuat dari bambu. NANANG SUTISNA
Jangan Lupa Colenak, Dicocol Enak…
Buah tangan di pusat kedai peuyeum Bendul bukan cuma peuyeum. Ada juga colenak. Colenak merupakan akronim dari “dicocol enak”, dan salah satu diversifikasi usaha dari peuyeum Bendul.
Bahan dasarnya dari peuyeum Bendul. Peuyeum yang telah dikerat-kerat lalu digoreng atau dibakar. Setelah matang, langsung didinginkan, kemudian ditaburi gula aren yang sudah digodok dan dicampur dengan kelapa parut.
Rasanya dijamin ruarrrr biasa. Uenak, Cing! Sekali mencoba, diyakini pasti ingin mengulanginya lagi. Apalagi Anda yang suka penganan dengan rasa manis. Manis gula aren membawa cita rasa manis yang khas, dan parutan kelapa bikin kunyahan colenak jadi makin renyah.
Colenak diciptakan oleh Ojom pada 1970-an, seorang penjual peuyeum Bendul yang mendiversifikasi usaha supaya para pelanggan peuyeumnya tidak bosan. Kini, harga jualnya pun tak bikin kantong bolong. Satu kemasan dalam bentuk kotak plastik, colenak hanya dijual seharga Rp 5.000 hingga Rp 6.000 saja.
Neneng, generasi ketiga Ojom, bahkan sudah melakukan diversifikasi colenak. Ia tak hanya membuat colenak dari bahan dasar peuyeum Bendul, tapi juga dari pisang nangka. Untuk memperkenalkannya, “Kami menjajakan dari pintu ke pintu,” kata Neneng. Lambat-laun colenak Bendul ikut nyohor, senyohor peuyeum Bendul.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline