|
|
|
|
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Losarang, Indramayu #DaftarSB19 Tanggal 16 Feb 2019 oleh Abdulrojani . |
Asal Usul Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Losarang, Indramayu
Kelompok masyarakat ini telah menunjukan eksistensinya sejak akhir tahun 90-an kepada masyarakat luas. Mereka membangun komunitas dengan berpegang teguh pada spiritualitas sebagai dasar pembentukan ajarannya. Tidak jarang pula mereka menyebut kepercayaannya sebagai agama Jawa. Melalui kepercayaan ini, mereka melakukan penggalian kembali kepercayaan dan nilai-nilai spiritualitas masyarakat Jawa masa lalu, terutama pada masa prapatrimonial[2]. Mereka berpikir bahwa agama-agama besar yang ada saat ini, termasuk agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia, telah terkontaminasi kepentingan-kepentingan individu yang sarat dengan keserakahan. Hal inilah yang menyebabkan kelompok kepercayaan ini menggali kembali nilai-nilai budaya masyarakat Jawa dan membangun ulang nilai-nilai komunal.[3]
Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu tidak memiliki kaitan dengan Suku Dayak asli Kalimantan. Penamaan komunitas mereka yang panjang pun bukan tanpa alasan. Kata "Suku" diartikan sebagai kaki yang membantu manusia untuk berjalan ke tujuannya masing-masing sesuai dengan kepercayaan dan keyakinannya sendiri; "Dayak" berasal dari kata "ayak" atau "ngayak" yang berarti menyaring atau memilah. Maksud dari kata tersebut adalah manusia harus bisa memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang benar. Sementara itu, "Hindu" memiliki arti bahwa setiap manusia dilahirkan dari rahim seorang ibu (perempuan); kata "Budha" berasal dari kata "wuda" yang berarti telanjang. Seluruh manusia menurut kepercayaan mereka diartikan sebagai makhluk yang terlahir telanjang. Adapun kata "Indramayu", mengandung pengertian "In" berarti 'inti'; "Darma" artinya orang tua, dan "Ayu" bermakna perempuan. Makna filosofisnya adalah bahwa ibu (perempuan) merupakan sumber hidup, karena dari rahimnya lah semua manusia dilahirkan. Itulah sebabnya, menghormati kaum perempuan sangat dijunjung tinggi oleh komunitas kepercayaan ini. Hal itu tercermin dalam berbagai aktivitas keseharian mereka.[4]
Kelompok tersebut dianalogikan sebagai sekumpulan manusia terpilih karena tidak semua orang dapat menjalankan peraturan seperti yang telah disyaratkan oleh komunitas tersebut. Selain itu, makna "Hindu Budha" dalam pemahaman komunitas ini diartikan sebagai jiwa dan raga. Mereka yang tergabung diandaikan sebagai manusia yang baru saja dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan telanjang. Mereka yang telah menjadi Bodhisatvva sebagai wujud menyatunya diri mereka dengan makrokosmos, akan menanggalkan pakaian ala kehidupan era modern yang marak terjadi saat ini.[5] Anggota kelompok komunitas ini akan telanjang dengan hanya mengenakan celana pendek berwarna hitam-putih. Warna tersebut merupakan simbol dari kehidupan yang saling berpasangan. Selain itu, mereka juga akan mengenakan aksesoris terbuat dari kayu dan bambu sebagai bentuk kedekatan mereka dengan alam. Kemana pun anggota kelompok komunitas ini pergi, mereka akan selalu mengenakan pakaian dan aksesoris tersbut. Cara berpakaian yang demikian kemudian masyarakat "modern" sering memandang mereka sebagai kelompok orang gila.
Pendirian komunitas itu sendiri bebas dari campur tangan pemerintah. Adalah seorang Ta'mad yang memulai pembentukan komunitas ini dengan mendirikan sebuah padepokan yang bernama Padepokan Nyi Ratu Kembar di Desa Karimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tanah tempat dibangunnya padepokan tersebut sendiri adalah warisan dari mertua Ta'mad. Sejak perenungannya berhasil melahirkan sebuah 'aliran kepercayaan' baru, pengikutnya menjadi semakin banyak dan terbentuknya kelompok masyarakat Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.[6]
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |