Alat musik ini terbuat dari kayu dan kulit binatang. Dol dimainkan bersama alat musik tassa (sejenis rebana) saat perayaan tabot. Perayaan tabot di Sumatera dibawa oleh penganut Syi'ah dari Madras dan Bengali yang didatangkan oleh Inggris sebagai pekerja untuk membangun benteng Malborough. Seorang pekerja yaitu syeh Burhanuddin atau Iman Senggolo melaksanakan perayaan tabot yang pertama pada tahun 1685 yang kemudian menyebar ke Pidie, Meulaboh, Banda Aceh, Singkil, Sibolga, Barus, Padang, Pariaman (yang dikenal dengan perayaan tabuik). Pada perkembangannya, perayaan ini hanya dijumpai di Pariaman dan Bengkulu. Dol hanya dikeluarkan pada perayaan ritual tabot berlangsung, namun kini terjadi perubahan fungsi dol, yaitu bukan hanya dibunyikan pada saat ritual tabot saja namun untuk musik pengiring tarian.
Mendatangi Kota Rejang Lebong di Provinsi Bengkulu kurang afdol bila belum mencicipi hidangan Lema nya . Lema adalah makanan yang berbahan dasar rebung yang dicincang-cincang dan dicampur ikan air tawar seperti ikan mujair, sepat, maupun ikan-ikan kecil yang hidup di air tawar. Setelah cincangan rebung yang dicampur dengan ikan tersebut diaduk-aduk, maka adonan tersebut disimpan ke dalam wadah yang dilapisi dengan daun pisang dan ditutup rapat-rapat. Proses pengeraman ini bisanya minimal membutuhkan waktu tiga hari. Setelah itu, baru adonan tadi dapat dijadikan gulai sebagai lauk yang dimakan dengan nasi. Lema itu sendiri dimasak dengan cara yang tidak berbeda dengan tempoyak. Lema beraroma agak tidak sedap baunya. Itu merupakan efek dari pembusukan dari ikan yang dicampur dengan rebung. Meskipun baunya yang tidak sedap, tapi banyak yang menyukainya karena itu merupakn keunikan dari aroma dan cita rasa yang dihasilkan lema . Lema memiliki rasa as...
Selain layang-layang, permainan tradisional yang sampai saat ini masih banyak dimainkan oleh baik anak-anak maupun orang dewasa adalah gasing. Gasing sendiri adalah sebuah mainan yang cara memainkannya adalah dengan cara Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali. Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing. lilit kuat dan lempar ke tanah maka gasing akan berputar. Putaran gasing pada poros dengan letak keseimbangan di suatu titik pada tanah ini bekerja berdasarkan efek giroskopik yakni berputar terhuyung-huyung untuk sepersekian detik setelah terlempar ke tanah untuk kemudian setelah kaki gasing (paksi) berinteraksi dengan tanah maka gasing pun akan berputar dengan tegak. Permainan ini dimainkan dengan dua cara yaitu perorngan dan beregu. Bahan-bahan untuk membuat gasing sendiri bermacam-macam mulai dari batu, kayu hingga bambu. Sedangkan untuk tali penariknya sendiri pada masa itu (gasing tradisional) bias...
Tari Penyambutan di Inspirasi Tari Kejai yang sakral dan Agung di Tanah Rejang Tari Penyambutan adalah Tari Kreasi Baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejai. Terinspirasi oleh tari Kejai karena Suku Rejang sendiri jaman dahulu tidak mempunyai Tari Penyambutan, di jaman dahulu penyambutan tamu dilakukan dengan upacara adat. Tari Kejai adalah tarian sakral dan agung, sehingga sangat pantas untuk di persembahkan untuk Penyambutan Tamu, seperti Pejabat Tinggi Negara, Menteri, Bupati yang berkunjung ke Tanah Rejang, atau pada even-even lain yang bersifat ceremonial, seperti pada acara penyambutan piala Adipura yang tiba di Kota Curup tanggal 7 juni lalu.
Permainan kucing rabun sering dilakukan pada saat ada perayaan-perayaan pernikahan dan pada sore hari pada saat anak-anak pulang sekolah. Tempat melakukan permainan ini adalah di halaman rumah dan lapangan terbuka. Peserta permainan kucing rabun adalah anak laki-laki atau anak perempuan ataupun campuran keduanya yang berusia antara 6 tahun – 13 tahun dengan jumlah minimal 3 orang. Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dibuat lingkaran dengan ukuran jari-jari 1,5 m – 2 m kain penutup mata warna hitam berukuran 50 x 100 cm. Untuk menentukan siapa yang pertama kali menjadi kucing rabun lebih dulu diadakan ansum atau suit. Pemain yang menjadi kucing rabun, matanya ditutup oleh pemain yang lain dengan kain berwarna hitam yang dikaitkan pada bagian belakang kepala. Setelah matanya ditutup, kucing rabun menjauh dari tempat tersebut dan pemain yang lain siap untuk dicari. Apabila seorang pemain tertangkap dia tidak boleh lari, kucing rabun boleh me...
Cerita rakyat daerah Bengkulu, Bujang Awang Tabuang, menceritakan tentang seorang pemuda tampan lagi sakti mandraguna yang merupakan anak Raja Kramo Kratu Agung dan permaisurinya Putri Rimas Bangesu. Karena dianggap tidak mampu memberikan keturunan, Putri Rimas Bangesu diasingkan ke tengah hutan oleh suaminya sendiri atas nasehat penasehat kerajaan. Pada dahulu kala di daerah Bengkulu, terdapat sebuah kerajaan bernama Peremban Panas yang dipimpin oleh Raja Kramo Kratu Agung yang memiliki permaisuri bernama Putri Rimas Bangesu. Sang Raja memerintah dengan adil bijaksana. Rakyat Kerajaan Peremban Panas sangat menghormati dan mencintai raja mereka. Namun kebahagiaan Raja Kramo Kratu Agung sedikit terganggu, karena setelah menikah selama enam tahun dengan Permasuri Putri Rimas Bangesu, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Sang Raja merasa khawatir, siapa yang akan meneruskan tahta kerajaannya nanti. Kerabat kerajaan kemudian berembug untuk membicarakan masalah ini. Se...
Kata ingkau dalam bahasa daerah Begkulu artinya sepatu bambu. Pada waktu melaksanakan permainan ini, setiap pemain diharuskan berjalan di atas dua potong bambu yang dibuat sedemikian rupa. Permainan ini dilakukan di halaman rumah atau di lapangan terbuka, dilaksanakan pada siang hari akan tetapi lebih baik pada malam hari. Pelaku permainan ini berusia antara 8 – 20 tahun, terdiri dari kaum laki-laki, dilakukan secara perorangan ataupun beregu. Permainan ini bertujuan untuk memupuk rasa keberanian anak dan melatih keseimbangan badan. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah 2 potong bambu yang sama besarnya dengan ukuran sebesar lengan terdiri dari 4 sampai 8 ruas untuk satu orang. Bambu dilubangi, diberi papan sepanjang tapak kaki untuk tempat berpijak. Pemain berdiri di atas tapak, memegang ujung bambu bagian atas baru melangkah ke arah yang sudah ditentukan. Pemain yang baik atau jika diperlombakan dikatakan sebagai pemain yang menang adalh pema...
Ado la apo Fatimah merah kukunyo Ngapo mengapo kakinyo be inai pulo Itu tandonyo semalam be inai curi ... Siapo bujangnyo pengantin Fatimah kito Tudin melebro Anak Pak Uncu Samsuri Nyo tukang sado Nang di pasar baru koto Tudin malebro Fatimah pasar Bengkulu duduk bersanding Di pelaminan bimbang gedang elok nian ... elok nian 4X
Masjid terletak di Desa Padang Betua, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Berdasarkan sejarah, kata Padang Betua berasal dari bahasa Minangkabau yakni Padang Batuah yang berarti Pedang Sakti. Nama Padang Batuah berubah menjadi Padang Batua menurut lisan Melayu Bengkulu. Menurut Tambo Bengkulu serta keterangan tokoh masyarakat disebutkan bahwa nama tersebut dipilih untuk mengenang peristiwa Datuk Bagindo Maharajo Sakti utusan Raja Pagarayung dan rombongan dalam mengambil pedang saktinya ketika sedang mencari daerah baru untuk memperluas wilayah kekuasaan di daerah sepanjang barat pesisir selatan. Masjid dibangun pada tahun 1823 dipimpin oleh seorang ulama dan tokoh masyarakat setempat, yakni Haji Mansyur. Pada awal pembangunan, atap masjid berbentuk sederhana seperti gudang, terbuat dari dari daun rumbia dan hampir seluruh bahan bangunannya mempergunakan kayu. Kemudian pada tahun 1920 atapnya diganti dengan seng serta berubah menjadi tumpang bersusun t...