Di suatu daerah terpencil di Kalimantan Barat, hidup seorang ibu tua bersama anak gadisnya yang cantik bernama Darmi. Semenjak suaminya meninggal, sang ibu terpaksa bekerja menjadi buruh sawah dengan upah harian kecil. Darmi, anak ibu tersebut adalah anak cantik tapi sangat manja. Meskipun kehidupan mereka susah, namun Darmi tetap saja senang bersolek. Ia senang memamerkan kecantikannya ke seantero kampung. Setiap hari Darmi kerjanya hanya menghabiskan uang ibunya dengan membeli perhiasan dan alat-alat kecantikan. Sering ibunya menasehati Darmi agar mau hidup sederhana sesuai kemampuan, namun Darmi tak menggubrisnya. Darmi justru malah membentak ibunya agar bekerja lebih keras lagi. Darmi tak pernah mau membantu ibunya bekerja di sawah. Selalu saja ada alasan agar tidak ikut ke sawah. Pada saat ibunya bekerja, Darmi akan mulai bersolek kemudian berjalan-jalan di desa untuk memamerkan kecantikannya. Banyak pemuda desa mengagumi kecantikan Darmi. Suatu ketika, saat ibunya hendak p...
Permainan Keriang Bandong merupakan salah satu dari sekian banyak permainan rakyat yang unik dan mempunyai kekhasan tersendiri yang berasal dari Kalimantan Barat. Pada mulanya permainan rakyat yang satu ini menggunakan media obor atau bamboo namun pada perkembangannya permainan keriang banding ini mengalami perubahan. Permainan keriang bandong awalnya hanya mempergunakan obor bambu kemudian berubah menjadi lampion-lampion yang berbentuk unik dan menarik. Perubahan ini terjadi karena mungkin menggunakan media obor bambu sangat tidak praktis sama sekali dibandingkan dengan lampion. Lampion sendiri terbuat dari bilah bambu atau lidi daun kelapa yang dibentuk berupa rangka binatang. Anak-anak kecil atau remaja yang bermain keriang bandong ini biasanya mengarak keriang bandongnya disekitar lingkungan rumah atau di dalam gang dimana mereka tinggal. Keriang bandong ini hanya dimainkan di bulan Ramadhan saja yang dimulai pada hari ke 21 hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Budaya perm...
zaman dahulu di daerah Sambas seorang ibu dengan tiga anaknya. Hidupnya sangat miskin. Untuk menghidupi ketiga anaknya ibunya tak putus asa dalam bekerja keras. Pada suatu hari ibunya berpamitan akan mencari ikan biasanya banyak ikan tembakul yang sangat disukai anak-anaknya ternyata usaha yang susah poayah didapatlah ikan tembakul dan meminta anak yang sulung untuk memasak sementara ibunya pergi mandi ke sungai tetapi sebelum itu ibunya memesan bahwa telur ikan tembakul itu supaya disisakan untuk ibunya. Adiknya makan dengan lahap sehingga lupa untuk meninggalkan telur tembakul sehingga ibunya kesal dan amat kecewa lalu berlari pergi ke tepi sungai, disana lalu naik di atas batu besar yang menganga lebar sepoerti mulut tanpa disadari ia terjepit di batu tersebut. Menurut orang pandai bahwa ibunya telah ditelan batu besar yang angker di tepi sungai. Konon batu tersebut dinamakan Batu Ballah. referensi: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=81
Di gunung Pelajau Sambas, dahulu kala hidup sebuah keluarga dengan seorang anak dan menantunya serta satu orang cucunya. Nek Jaga nama kepala keluarga sedangkan pekerjaan mereka adalah berburu di hutan. Pada suatu hari Nek Jage berburu di hutan langkahnya terhenti ketika melihat cahaya bersinar begitu terang. Kemudian dengan cepatnya cahaya aneh itu lalu menempel di kening Nek Jage. Dengan cahaya itu Nek Jage dengan mudah berjalan di dalam hutan dan memperoleh hewan buruan. Setelah cukup Nek Jage pulang tetapi rumahnya sepi, tiba-tiba Nek Jage mendengar suara cucunya dari dalam lumbung padi tetapi karena rapat dilubangi dindingnya supaya bisa melihat cucunya namun secepat kilat cahaya keningnya mengenai tubuh cucunya dan langsung meninggal. Nek Jage sangat marah dengan cahaya dikeningnya, kemudian ia mengamuk rumah dan lumbung padinya roboh. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya dan terjadilah banjir. Setelah bencana itu usai yang terlihat hanya bongkahan batu dan Nek Jage ikut men...
Konon pada zaman dahulu di daerah Kabupaten Sambas, tepatnya di pedalaman benua Bantahan sebelah Timur Kota Sekura Ibukota Kecamatan Teluk Keramat yang dihuni oleh Suku Dayak, telah terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan untuk diketahui dan menarik untuk dikaji, sehingga peristiwa itu diangkat ke permukaan. Menurut informasi orang bahwa di daerah tersebut terdapat sebuah kerajaan yang kecil, letaknya tidak jauh dari Gunung Bawang yang berdampingan dengan Gunung Ruai. Tidak jauh dari kedua gunung dimaksud terdapatlah sebuah gua yang bernama ”Gua Batu”, di dalamnya terdapat banyak aliran sungai kecil yang di dalamnya terdapat banyak ikan dan gua tersebut dihuni oleh seorang kakek tua renta yang boleh dikatakan ”sakti. Cerita dimulai dengan seorang raja yang memerintah pada kerajaan di atas dan mempunyai tujuh orang putri, raja itu tidak mempunyai istri lagi sejak meninggalnya permaisuri atau ibu dari ketujuh orang putrinya. Di antara ketujuh orang putri tersebut ada satu orang pu...
Alkisah di sebuah desa kecil di Kalimantan Barat, hiduplah seorang gadis cantik bersama dengan ibunya yang lembut dan bijaksana. Kecantikan si gadis tidak ada bandingannya. Matanya indah dan bersinar. Rambutnya hitam, panjang, dan berkilau bagai mutiara hitam. Kulitnya putih dan lembut bagaikan sutera. Parasnya cantik menawan. Semua orang mengakui dan mengagumi kecantikan si gadis. Gadis itu tidak bosan-bosannya memandangi cermin. Dalam hati, gadis itu berkata, "Betapa cantiknya diriku. Semua orang yang melihatku pasti mengagumi kecantikanku. Tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan kecantikanku." Mengetahui keangkuhan anaknya, si ibu berulang kali berusaha menasihatinya. "Anakku, wajahmu yang rupawan janganlah menjadikanmu angkuh dan congkak. Jadikan karunia Tuhan itu sebagai sesuatu yang harus disyukuri dengan kerendahan hati." Tapi, nasihat ibunya dianggap seperti angin lalu. Ia masih tetap angkuh dan sombong. Setiap hari, kerja gadis itu hanya bersole...
Pada suatu ketika, di daerah Sambas ad kisah tentang seorang saudagr yang kaya raya. Kekayaannya meliputi tanah berupa ladang, rumah mewah, dan harta benda yang mahal harganya. Semua penduduk kampung hormat padanya. Saudagar kaya itu memiliki dua orang anak laki-laki. Si sulung bernama Muzakir, sedangkan si bungsu bernama Dermawan. Meskipun mereka lahir dari rahim ibu yang sama, namun sifat keduanya sangat jauh berbeda. Si sulung memiliki sifat serakah dan kikir, sedangkan si bungsu memiliki sifat baik hati dan suka menolong. Suatu hari, saudagar itu jatuh sakit. Ia merasa usianya tidak lama lagi. Karenanya, ia memanggil kedua anaknya. Tidak berapa lama datanglah keduanya ke kamar sang ayah. “Anakku, sepertinya penyakitku ini sudah semakin parah. Kurasa usiaku tidak panjang lagi. Badanku pun sudah terlalu tua untuk bertahan. Oleh karena itu aku berpesan agar kalian selalu rukun dalam menjalani hidup,” ucap saudagar itu lemah. “Ayah, janganlah berkata seperti itu. Ayah pasti akan...
Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kelam merupakan salah satu obyek wisata alam yang eksotis di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia. Bukit yang memiliki panorama alam yang mempesona, yaitu berupa pemandangan air terjun, gua alam yang dihuni oleh ribuan kelelawar, dan sebuah tebing terjal setinggi kurang lebih 600 meter yang ditumbuhi pepohonan di kaki dan puncaknya. Dibalik pesona dan eksotisme Bukit Kelam, tersimpan sebuah cerita yang cukup menarik. Konon, Bukit Kelam dulunya merupakan sebuah rantau. Namun, karena terjadi suatu peristiwa, maka kemudian rantau itu menjelma menjadi Bukit Kelam. Bagaimana kisahnya sehingga rantau itu menjelma menjadi bukit yang indah dan memesona? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Legenda Bukit Kelam berikut ini : Alkisah, di Negeri Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia, hiduplah dua orang pemimpin dari keturunan dewa yang memiliki kesaktian tinggi, namun keduanya memiliki sifat yang berbeda. Yang pertama bernama Sebeji atau dikenal dengan B...
Cerita ini merupakan cerita khas dari suku Dayak di Kalimantan Braat yang sudah turun menurun diceritakan kepda anak cucu dan hingga kini, cerita ini masih terus disampaikan oleh para orang tua kepda anak-anaknya sebagai cerita pengantar tidur. Tentu saja cerita ini hanyalah fiksi belaka, dan bisa dibilang perepisode emoticon-Big Grin (bukan banyak versi ya). Kenapa hal tersebut terjadi, hal itu karena cerita " Pak Alui " ini memiliki inti cerita yang sama, namun dikembangkan terus oleh orang-orang yang menceritakannya, hal ini bertujuan agar cerita dapat diterima oleh anak-anak mereka ataupun orang yang mendengar tidak akan merasa bosa, namun cerita yang beragam mengenai pak Alui ini tetap mimiliki inti dan akhir yang sama, yaitu " sifat pak Alui yang senang mengerjakan hal-hal aneh dan mengerjakan satu hal di ulang terus " saya mengetahui cerita ini melalui ayah saya sendiri yang asli suku Dayak hibun " Krubinus K Mobin " sewaktu saya masih kecil. Baikl...