tahun baru islam
197 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Sasi
Ritual Ritual
Papua

Dua anak busur sengaja dipanah ke timur dan barat. Ini sebagai simbol semua marga yang ada di kampung turut serta menjaga sumber daya alam. Dua anak busur dipanahkan oleh Ketua Adat Kanume Kampung Rawa Biru, Patrisius Sangra dengan iringan nyanyian dan hentakan kaki, serta gemulai tangan penari sebagai tanda ritual adat dimulai. Warga Kampung Rawa Biru merupakan salah satu daerah yang ada di dalam Kawasan Taman Nasional Wasur, Merauke. Kampung Rawa Biru kebanyakan dihuni Suku Marin Kanume. Suku Marin Kanume banyak menempati daerah pedalaman perbatasan Merauke dan Negara Papua Nugini. "Kami lebih memilih tinggal di hutan. Ini cara kami tetap melindungi alam," kata Patrisius. Patrisius menyebutkan, dua anak busur yang dipanah ke dua arah yang berbeda, sebagai wujud penghormatan kepada tiga marga lainya, sekaligus mengajak ketiga suku itu untuk menjaga alam. Panah ke depan yang berarti penghormatan kepada marga Sangra. Lalu panah ke belakang untuk menghormati marga Ma...

avatar
Hamzahmutaqinf
Gambar Entri
Masjid Hidayatullah Saonek
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Papua

Masjid ini terletak di Jl Hi Rafana, memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan mencapai 1.512 meter persegi. Masjid ini dapat menampung 200 jamaah. Ciri khas masjid ini adalah terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini memiliki satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau. Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang kini diabadikan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bersama istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya Sumber : https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/12/05/p0hdzj313-3-masjid-bersejarah-di-tanah-papua

avatar
Roro
Gambar Entri
Fort Du Bus
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Papua

Fort Du Bus merupakan benteng pertama pasukan Hindia Belanda yang berdiri di Papua. Berdiri pada 24 Agustus 1828. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di Papua. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Meskipun daerah Papua sudah sejak tahun 1823 dianggap oleh pemerintah Belanda sebagai bagian dan tanah jajahan Belanda di Kepulauan Nusantara, kekuasaan pemerintah jajahan itu baru sungguh-sungguh terwujud di Papua pada akhir abad ke-l9. Segera setelah pendirian benteng pertama ini, hubungan antara pihak Belanda dan penduduk pribumi ditentukan dalam surat-surat perjanjian. Surat perjanjian ini ditandatangani oleh Raja Namatote, Kasa (Raja Lokajihia), Lutu (Orang Kaya di Lobo, Mewara dan Sendawan). Mereka diangkat sebagai kepala di daerah masing-masing oleh Belanda dengan diberi surat pengangkatan sebagai kepala daerah, berikut tongkat kekuasaan berkepala perak. S...

avatar
Roro
Gambar Entri
Kisah Apeya dan Takumemyau
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Papua

Sungai Ipa sedang surut airnya. Saat yang tepat untuk pergi mencari makan di muara sungai. Muara sungai menyediakan segalanya untuk mereka, mulai dari gurita, ikan, dan keraka. Apeya membayangkan banyaknya ikan dan gurita yang bisa mereka tangkap. Apeya dan anaknya dengan tenang mendayung perahu menuju muara sungai. Tidak lama kemudian terdengar suara aneh. ‘Ibu, suara apa itu?” Tanya anaknya. “Ai, benar, suara apa itu?’ Kata Apeya sambil mengarahkan pandangan ke langit, asal suara itu. Akhirnya, di batas langit, nampaklah sumber suara itu. Ternyata Takumemyau. Buaya bersayap. Orang-orang takut sekaligus hormat kepada mahkluk yang satu itu. Ada dua jenis Takumemyau, yang baik dan yang jahat. Apeya tidak tahu, Takumemyau mana yang sedang terbang di atas mereka. “Dia terbang di atas kita, Ibu. Mau apa dia?” “Tidak tahu, kita terus jalan saja.” Takumemyau berbalik arah. Dari cakrawala dia menukik ke bawa...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Awies dan Gete
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Papua

Cerita Rakyat – Alkisah, Pada suatu masa hiduplah dua orang kakak beradik,mereka hidup sebagai anak yatim piatu yang hidup di suatu kampung bernama Sewatolo, terletak di Tanjung Libla. Sekalipun sudah hidup papa tanpa orang tua, Awies dan adiknya Gete hidup saling mengasihi. Hingga tibalah saat mereka beranjak dewasa dan berpisah. Awies menikah dan memilih bermukim di kampung istrinya, sementara Gete tetap tinggal di Tanjung Libla. “Adikku, kita semua telah dewasa dan memiliki keluarga. Kau tetaplah tinggal disini, menjaga rumah ini bersama suamimu,” pesan Awies sebelum berpisah dengan adiknya. Gete hanya diam, tidak menjawab pesan kakaknya. Ia hanya memandang sang kakak dengan air mata berlinang. Hatinya sangat sedih, sekian tahun hidup bersama Awies tetapi akhirnya harus berpisah. Bertahun-tahun lamanya mereka tidak bersua, hingga suatu hari Awies merasa sangat rindu kepada adiknya. Ia berniat mengunjungi Gete di Tanjung Libla. “ Saya ingi...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Mumi Jiwika
Ritual Ritual
Papua

Selain kaya akan sumber daya dan keindahan alam, Papua juga mempunyai ragam cerita budaya unik. Salah satunya apa yang mereka lakukan pada orang yang telah meninggal. Jika sebagian orang mengubur atau melakukan pembakaran terhadap orang yang sudah meninggal, namun ada juga suku yang mengawetkan jenazah atau yang dikenal dengan sebutan mumi. Salah satu mumi yang terkenal ada di Kampung Jiwika, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya. Di tempat ini juga, masyarakat menjual cenderamata seperti gelang, koteka, noken, dan kalung dari taring babi. Berbeda dengan mumi dari Mesir, mumi Papua diawetkan dalam posisi jongkok dengan lutut ditekuk. Di bagian kepala masih lengkap dengan ciri khas adat. Mumi di sini usianya 320 tahun yang merupakan kepala suku zaman nenek moyang masyrakat kampung Jiwika. Untuk bisa bertahan lama maka mumi diawetkan dengan cara tradisional, yaitu melalui pengasapan dan dilumuri minyak babi. Tidak semua jenazah warga dibuat menjadi mumi, melainkan h...

avatar
Aze
Gambar Entri
Asal Mula Kerang di Nimboran
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Papua

Alkisah, di Desa Congwei, di daerah pantai utara Papua, hiduplah seorang pemuda bernama Wei. Masyarakat sekitar memanggilnya Tangi, yaitu seekor ular jadi-jadian. Jika siang hari ia berwujud ular besar, dan pada malam harinya berwujud manusia. Ia dapat berbicara serta makan dan minum layaknya manusia biasa. Menurut cerita, Wei datang dari langit menuju ke bumi melalui sebuah pohon yang disebut Ganemu, yaitu sejenis pohon yang buahnya enak dimakan. Ia tinggal di dalam sebuah gua yang menghadap ke laut dan membelakangi bukit di dekat pohon Ganemu tersebut. Ia memilih tinggal di gua itu agar mudah mencari ikan dan terlindung dari udara dingin pada malam hari. Di samping itu, ia juga tidak terganggu oleh orang lain. Di dalam gua itu, ia tinggal bersama seorang nenek yang senantiasa membantu mengurus segala keperluan hidupnya. Ketika turun dari langit, Wei membawa bibit tanaman seperti kelapa, pisang, dan biji sagu untuk dikembangbiakkkan di bumi. Selain itu, ia juga memba...

avatar
Roro
Gambar Entri
Meraksamana
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Papua

Meraksamana adalah seorang pemuda yang tinggal di pedalaman Papua. Ia mempunyai saudara bernama Siraiman. Ke mana pun pergi, mereka selalu bersama dan selalu saling membantu. Suatu ketika, Meraksamana memperistri seorang bidadari dari kahyangan. Namun, tidak berapa lama setelah mereka menikah, istrinya diculik oleh seorang raja yang tinggal di seberang laut bernama Raja Koranobini. Mampukah Meraksamana merebut kembali istrinya dari tangan Koranobini? Ikuti kisahnya dalam cerita Meraksamana berikut ini!     Dahulu, di sebuah kampung di pedalaman Papua, hiduplah dua pemuda yang bernama Meraksamana dan Siraiman. Sehari-hari mereka mencari kayu, berburu, dan mencari ikan di rawa maupun di sungai. Mereka, dan juga penduduk kampung lainnya melakoni pekerjaan tersebut karena memang daerah di sekitar mereka memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.   Suatu malam, Meraksamana terlihat sedang berbaring berbaring di lantai rumahnya yang beralaskan dau...

avatar
Roro
Gambar Entri
Mapega
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Papua

Kreativitas pembuatan senjata tradisional Ukaa dan Mapegaa digolongkan dalam seni rupah. Imanjinasi orang Mee dengan penuh inspirasi membuat macam-macam busur dan panah, sudah di kenal leluhur Mee, busur dan anak panah merupakan senjata tradisional bagi orang Mee dan beberapa suku ditanah Papua. Senjata tradisional Ukaa dan Mapegaa tetap dipakai terus oleh masyarakat Mee.Dan juga senjata tradisional pun tidak akan pernah hilang tetap eksis dalam internal maupun eksternal. Sebelum adanya pengaruh dari luar, perang antara marga bukanlah hal baru,karena sejantra tradisional diakui sebagi budaya orang Mee dan beberapa suku ditanah Papua. Senjata tradisional Ukaa dan Mapegaa di buat oleh orang Mee itu sendiri melalui talenta atau bakat yang di berikan oleh Mee Pooyame kepada orang Mee untuk membuat senjata tradisonal.Pengalaman penulis bahan untuk pembuatan senjata tradisional busur dan panah. Sepertinya, busur dapat dibuat dari beberapa kayu diantanya; Kepopa, Obeigi Tedega, Botee, pudii....

avatar
Roro