Menu sayur ini sudah menjadi menu sehari-hari bagi warga Bima. Rasanya asam-asam pedas dan sangat pas disuguhkan dengan nasi panas dan empal daging Rusa. Ya… sayur Saronco Wua Parongge atau dikenal dengan sayur asam klentang. Bahan utama sayur ini adalah buah kelor. Karena pohon kelor banyak terdapat di wilayah Bima. Disamping daun, buah kelor juga bisa diramu menjadi sayur. Bagi masyarakat Bima, sayur buah kelor bisa dibuat sayur santan dengan daging Rusa, tulang Rusa maupun diramu dalam bentuk sayur asam yang dikenal dengan Saronco Wua Parongge. Dalam bahasa Jawa buah kelor disebut klentang. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.Buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat merangsang pencernaan makanan. Buah kelor ini biasanya disayur asam sebagai sayur yang lezat bagi orang Bima.Bahan-bah...
Menu sayur ini sudah menjadi menu sehari-hari bagi warga Bima. Rasanya asam-asam pedas dan sangat pas disuguhkan dengan nasi panas dan empal daging Rusa. Ya… sayur Saronco Wua Parongge atau dikenal dengan sayur asam klentang. Bahan utama sayur ini adalah buah kelor. Karena pohon kelor banyak terdapat di wilayah Bima. Disamping daun, buah kelor juga bisa diramu menjadi sayur. Bagi masyarakat Bima, sayur buah kelor bisa dibuat sayur santan dengan daging Rusa, tulang Rusa maupun diramu dalam bentuk sayur asam yang dikenal dengan Saronco Wua Parongge. Dalam bahasa Jawa buah kelor disebut klentang. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa). Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.Buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat merangsang pencernaan makanan. Buah kelor ini biasanya disayur asam sebagai sayur yang lezat bagi orang Bima.Bahan-bah...
Pada suatu hari Sangaji (Raja Bima) pergi berburu di hutan sebelah utara. Ia pergi tanpa sepengetahuan para pengawalnya. Ia ke sana menggunakan kuda kesayangannya. Manggila Nama kuda itu. Manggila sangat kuat, cepat larinya, serta patuh. Sementara itu hari sudah beranjak sore. Tak satupun rusa yang didapatkan. Tiba-tiba ia mendengar suara canda tawa dari arah telaga yang tidak jauh dari tempat ia berburu. tujuh orang bidadari yang sedang mandi di sebuah telaga di tengah hutan itu. Sangaji mengintip dan mengambil selendang salah seorang yang paling bungsu di antara mereka. Lalu Sangaji menyembunyikan selendang itu. Tak lama kemudian bidadari-bidadari itu terbang ke khayangan. Tinggallah seorang yang bungsu di antara mereka. Ia menangis tersedu-sedu karena selendangnya tidak ada. Sangaji datang menghampiri dan membujuk gadis itu. Nama gadis itu adalah Puteri Indah. Akhirnya gadis itupun menerima tawaran Sangaji. Mereka berdua pergi ke istana Bima dan melangsungkan perkawinan....
Nontogama adalah Alquran tulis tangan yang diperkirakan ditulis pada masa awal kesultanan Bima 1640 -1700 M pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahir I dan dilanjutkan oleh puteranya Sultan Abil Khair Sirajuddin. Nonto berarti jembatan penuntun. Gama adalah Agama. Jadi Nontogama adalah Kitab penuntun agama. Alquran ini berukuran 39 x 25,5 Cm dengan jumlah 715 halaman. Menurut Hj.Siti Maryam M.Salahuddin, kertas kitab ini dipesan khusus dari Eropa dan penulisannya menggunakan tinta tradisional saat itu yaitu dari Nanah pohon kinca yang dicampur arang. Pada surat Al Fatihah dan al-baqarah dipinggirnya dihiasi ornamen Bunga Satako (Bunga setangkai) . Ide penulisan Alquran ini sebagai upaya penyiaran Islam pada masa-masa awal masuknya Islam di tanah Bima. Sehingga ayat-ayat suci itu bisa disebarluaskan ke seluruh masyarakat. Hanya inilah Alquran yang ada di Bima pada saat itu dan stategi penyebarluasannya dengan cara menghadirkan rakyat di Asi Mbojo untuk sama-sama mendengarkan lantunan...
Berdasarkan ketentuan adat, setiap wanita yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan Muna ro Medi , yang merupakan kegiatan kaum ibu guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Perintah adat tersebut dipatuhi oleh seluruh wanita Mbojo sampai Tahun 1960-an. Sejak usia dini anak-anak perempuan dibimbing dan dilatih menjadi penenun “ Ma Loa Ro Tingi ” (terampil dan berjiwa seni). Bila kelak sudh menjadi ibu rumah tangga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Keberhasilan kaum wanita dalam meningkatkan mutu dan jumlah hasil tenunannya, memikat hati para pedagang dari berbagai penjuru Nusantara. Mereka datang ke Bima dan Dompu selain membeli hasil alam dan bumi, juga untuk membeli hasil tenunan Mbojo seperti Tembe (Sarung), Sambolo (Destar) dan Weri (Ikat pinggang). Sebagai masyarakat Maritim, pada waktu yang bersamaan para pedagang Mbojo, berlayar ke seluruh Nusantara guna menjual barang dagangannya, termasuk hasil tenunan seperti T...
Parang atau dalam bahasa Bima-Dompu disebut Cila adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama semak belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian. Parang juga merupakan senjata khas orang Melayu di kampung-kampung pada zaman dahulu. Sedangkan masyarakat Melayu di Jawa dan Sumatera menjadikan parang sebagai salah satu senjata pertempuran. Ada beberapa jenis Cila yang dikenal oleh masyarakat Bima – Dompu yaitu Cila Mboko, Cila Gowa, Cila Golo, dan ada satu lagi yang menjadi koleksi Museum Asi Mbojo peninggalan zaman kerajaan dan kesultanan Bima yaitu Cila La Nggunti Rante. 1. Cila Mboko 2. Cila Gowa 3. Cila Mbolo 4. Cila Golo 5. Cila La Nggunti Rante
Konon kisahnya, putera Mahkota Raja Bima ingin melakukan petualangan. Diawali dari arah barat, menuju ke arah selatan dan berakhir di arah utara. Namun ia belum berhenti sampai di situ. Sekembalinya di istana, ia memohon restu kepada ayahandanya. “ Anakda ingin berpetualangan lagi.” Katanya “ Berikanlah restu kepada anakda untuk yang terakhir kali.” “ Aku restui permintaanmu anakda, tetapi kamu harus berhati-hati dan bawalah bekal serta pengawal yang agak banyak.” “ Terima kasih ayahanda. Segala titah akan anakda laksanakan.” “ Ke arah mana lagi yang ingin kau telusuri?” Sang Raja ingin tahu. “ Ke arah timur ayahanda. Saya ingin melihat matahari terbit, setelah di barat saya sudah melihat matahari terbenam.” Jawabnya sambil berpamitan pada ayahandanya. Pada suatu pagi yang cerah, rombongan putera Mahkota mulai melakukan petualangan. Rombongan itu kelihatannya lebih banyak dari...
La Bango adalah seorang pemuda dari sebuah perkampungan di dekat kaki pegunungan. Dia ingin melamar seorang gadis kaya yang tinggal di kampung tengah. Setelah lamarannya di terima oleh kedua orang tua si gadis, La Bango harus mengabdi (ngge’e nuru) sebagai persyaratan meminang si gadis. Setelah lima hari La Bango tinggal di rumah si gadis, tiba-tiba hujan lebat turun, kemudian ayah si gadis menyuruh La Bango untuk menambal alang-alang atap rumah yang bocor. La Bango pun naik ke atap rumah untuk menambal atap tersebut, tanpa sengaja La Bango menengok ke bawah, tanpa sengaja ia melihat calon kekasihnya sedang mengoles lulur ke seluruh tubuhnya, semua tubuhnya kelihatan, termasuk buah dadanya. La bango langsung turun dari atap dan berlari pulang kerumahnya untuk menemui ibunya. Sesampainya di rumah ia memarahi ibunya mengapa tak memberitahunya tentang dua buah bisul sebesar cangkir yang dimiliki oleh calon kekasihnya tersebut....
Di Kerajaan Sanggar, hidup seorang putri cantik. Namanya Dae La Minga. Aura kecantikannya tergambar dari julukannya “ Oha ra ngaha ninu oi nono “, maksudnya tenggorokannya bening, sehingga makanan dan minuman yang ditelan terlihat dengan jelas. Tiap hari sang putri mandi di Sori Sabu atau Sungai Sabu dekat istana. Rupanya kesempatan sang putri pergi mandi dimanfaatkan oleh banyak pangeran yang berebut ingin melihatnya. Sampai suatu ketika muncul tragedi, perkelahian antar pangeran yang berusaha menatap wajah sang putri. Salah satu pangeran terbunuh. Putri sangat terpukul. Oleh orang tuanya, dia disembunyikan di lumbung padi, untuk menghindari fitnah. Rupanya perang tanding antar pangeran berlanjut. Mereka bahkan membuat kesepakatan, siapa yang menang akan menikahi sang putri. Sampai ada satu pangeran yang keluar sebagai juara duel Sori Sabu . Dia datang menemui putri dan melamarnya. Raja dan permaisuri menerima pemuda itu dengan baik namun...