Memasuki tahun ajaran baru, ribuan siswa baru yang diterima di SMP, SMA dan SMK se-Kabupaten Karangasem berkumpul di Taman Budaya Candra Buana untuk mengikuti prosesi pembersihan diri yang disebut "Pewintenan Sisya Upanayana" Tujuan dari upacara pawintenan Sisya Upanayana ini secara simbolis memiliki dua tujuan yaitu untuk membersihkan dan mempertajam pikiran. Pertama, dengan pikiran yang tajam siswa akan mampu kebih cepat menyerap ilmu pengetahuan atau proses aguron-guron di sekolah. Upacara pawintenan massal ini dipuput oleh sembilan sulinggih diantaranya, Pedanda Gede Darma Putra Manuaba dari Gria Kecicang, Ida Pedanda Gede Putu Cau dari Gria Cau Banuarta Karangasem, Ida Pedanda Gede Pidada Punia dari Geria Pidada, Ida Pedanda Gede Kemenuh dari Geria Katon Kemenuh, Pedande Istri Jelantik dari Geria Kemenuh Subagan, Ida Pedanda Jelantik Padang dari Geria Taman Tanjung Budakeling dan Ida Pedanda Gede Jelantik Wanasari dari Geria Jelantik Subagan, Ida Pedande Gede...
Yadnya dalam budaya Bali pada dasarnya memiliki makna sebagai aktivitas pelestarian alam. Semua itu dilestarikan dan diteruskan berabad-abad karena adanya kesadaran hukum penciptaan, pemeliharaan dan pelestarian atau yang dikenal dengan konsep Tri Murti. Secara umum yadnya adalah bentuk penghormatan terhadap kekuatan alam atau Panca Maha Butha. Umat Hindu di Bali selalu berupaya untuk hidup bersama alam. manusia harus memiliki kesadaran dan keyakinan serta memahami hukum penciptaan sehingga manusia mampu hidup selaras dengan alam. Namun dalam mengartikulasikannya secara budaya disesuaikan dengan iksa atau kekuatan alam di suatu tempat, sakti atau pengetahuan yang dimiliki, desa atau wilayah tempat penerapannya, kala atau waktu yang tepat dan tattwa atau sastra suci. yadnya menggunakan buah lokal di alam sekitar adalah bentuk pelestarian dari yang ada. Jadi unsur tumbuhan tersebut akan selalu digunakan dalam membuat sarana upakara dan upacara oleh umat Hindu di Bali....
Tradisi Matekap atau membajak lahan pertanian dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau hingga kini masih bisa di jumpai di beberapa wilayah pedesaan di Bali. Walaupun perkembangan teknologi telah menghadirkan sebuah mesin traktor, namun siapa sangka tradisi matekap merupakan bagian dari kearifan lokal dalam merawat ibu pertiwi. matekap terdiri dari beberapa tahapan dan masing-masing tahapan memiliki sebutan berbeda yaitu: makal, mungkahin, ngelampit dan ngasahan. “Tahapan matekap menyesuaikan dengan kondisi lahan, kecepatan, waktu, minat dan kenyamanan kerja sehingga pola tanam bisa selaras dengan siklus sosial budaya masyarakat di wilayah setempat: matekap dengan teknis dan tahapan yang benar akan berdampak pada pelestarian ekosistem dan sumber daya air yang ada di sebuah kawasan persawahan. Dimana matekap membutuhkan volume air lebih sedikit dibandingkan menggunakan traktor. Sementara dengan traktor membutuhkan air lebih banyak sehingga petani pemilik la...
Tari Gambuh Tari Gambuh merupakan sebuah drama tari warisan budaya Bali yang memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur. Sebuah drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa lampau dan masih dilestarikan diberbagai daerah di Bali. https://www.silontong.com/2018/09/18/tarian-adat-tradisional-daerah-bali/
Tari Telek Tari Telek termasuk budaya tari dari daerah Bali dan sampai saat ini masih sering dipentaskan secara teratur oleh sejumlah banjar atau desa adat di Bumi Serombotan, Klungkung. Seperti di desa Adat Pancoran Geigel dan di Desa Adat Jumpai. Merupakan warisan leluhur, Tari Telek termasuk jenis tari yang pantang untuk tidak dipentaskan. Bagi masyarakat Bali, pementasan tari Telek ini sebagai sarana untuk meminang keselamatan dunia, khususnya di wilayah banjar atau desa adat mereka. Jika nekat tidak mementaskan tarian ini, maka diartikan dengan mengundang kehadiran sasab (penyakit pada manusia), merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak) dan marabahaya lainnya yang mengacaukan harmonisasi di dunia. Keyakinan tersebut diatas begitu kuat dihati krama Banjar Adat Pancoran, Gelgel dan juga Desa Adat Jumpai. Tarian ini dilestarikan dari tahun ke tahun dan dari generasi ke generasi sampai tidak tergerus arus zaman. Begitu kuatnya mereka menjaga kesenian ini. Sampai-sa...
Sajak bebeke putih jambul (itik berjambul putih) tidak asing bagi orang Bali. Sajak ini bahkan dinyanyikan oleh rare atau anak kecil Bali dalam setiap permainan maupun pelajaran sekolah. Namun apa makna sesungguhnya sajak ini? Secara lengkap, berikut sajak tersebut: Bebeke putih jambul - makeber ngaja-kanginan Teked di kaja kangin - trus ditu ya menceg Terjemahan dalam Bahasa Indonesia yakni: Itik berjambul putih terbang ke arah timur-laut Sampai di timur-laut, di sana mereka mendarat Terlintas sajak ini begitu sederhana. Namun, sajak ini ternyata memiliki makna tersirat. Thomas A. Reuter (2005) dalam bukunya Custodians of The Sacred Mountains menyatakan sajak tersebut menggambarkan bagaimana Desa-Desa Bali Aga di Bali yang begitu banyak, walau memiliki perbedaan satu sama lain namun tetap berkumpul dan satu menjadi aso...
Wayang Wong masuk dalam tiga genre tari tradisi di Bali ( Three Genre of Traditional Dance in Bali ) yang terdiri dari sembilan tari tradisional Bali resmi dimasukkan ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity , atau Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan,. Usia Wayang Wong diperkirakan sudah mencapai lebih dari tiga abad namun tetap lestari sampai kini. Dari sisi kesakralan, Wayang Wong ini hanya bisa ditarikan oleh orang-orang tertentu warga Desa Tejakula. Jangan heran, sekalipun seseorang tidak mempunyai latar belakang sebagai penari, namun jika sudah “ditunjuk” secara niskala maka Dia adakan dengan sendirinya bisa menarikan tarian Wayang Wong. Wayang Wong ini diperkirakan pada abad ke-17 di Desa Tejakula. Berbagai mitos memang hidup dalam perjalanan sejarah seni Wayang Wong sehingga sampai kini bisa lestari dan masih ditarikan secara sakral. Konon, beberapa seniman cukup punya peran penting dalam...
Setiap setahun sekali di Desa Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem dilaksanakan sebuah tradisi yang sangat unik yaitu Tarian sakral Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran Gading. Tari Sakral Sanghyang Dedari yang ada di Geriana Kauh merupakan satu-satunya tari Sanghyang yang masih rutin dipentaskan setahun sekali, tari sakral Sangyang Dedari sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang hampir punah. Tarian sakral ini dipentaskan menjelang Embud Padi “Mase” (red: padi yang ditanam setahun sekali tanpa didahului oleh tanaman apapun) jenis padi yang ditanam pun berbeda yakni jenis Padi “Taun” yang sangat langka memiliki ciri-ciri khusus sperti bijinya lebih besar . Menjelang dilaksanakannya tradisi Tari sangyang Dedari dan Sanghyang Jaran Gading ini terlebih dahulu dilakukan prosesi “matur piuning” di 10 pura yang ada dalam lingkungan desa seperti, Pura Puseh, Pure Pejenengan, Pura Bal...
Mewinten atau Pewintenan adalah Upacara Yadnya yang bertujuan untuk pembersihan diri secara lahir dan batin. Kata Mawinten sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki makna “bersinar” dan “kemilau”. Dan bila diuraikan Mawinten memiliki pengertian sifat yang mulia, yang bersinar dan berkilauan yang mengindikasikan bahwa orang yang melaksanakan upacara ini secara lahir dan bathin akan disucikan, berkilauan dan bersinar bagaikan permata yang juga bisa bermanfaat bagi kehidupan banyak orang. Umat Hindu di Bali meyakini, wajib hukumnya melaksanakan upacara Mawinten ini yang berguna untuk penyucian diri secara lahir batin dan sarat dengan nilai nilai kerohanian yang tinggi dan mendalam. Upacara Mawinten bisa dilaksanakan oleh siapa saja. Tingkatan Upacara Mawinten Dalam Mawinten ada 3 tingkatan upacara dan itu tergantung dari keadaan orang yang akan menjalankannya : Mawinten dengan ayaban pawintenan saraswati sederhana adalah upacar...