Ritual
Ritual
Ritual Adat Bali Bali
Matekap
- 25 Desember 2018

Tradisi Matekap atau membajak lahan pertanian dengan menggunakan tenaga sapi atau kerbau hingga kini masih bisa di jumpai di beberapa wilayah pedesaan di Bali. Walaupun perkembangan teknologi telah menghadirkan sebuah mesin traktor, namun siapa sangka tradisi matekap merupakan bagian dari kearifan lokal dalam merawat ibu pertiwi.

matekap terdiri dari  beberapa tahapan dan masing-masing tahapan memiliki sebutan berbeda yaitu: makal, mungkahin, ngelampit dan ngasahan. “Tahapan matekap menyesuaikan dengan kondisi lahan, kecepatan, waktu, minat dan kenyamanan kerja sehingga pola tanam bisa selaras dengan siklus sosial budaya masyarakat di wilayah setempat:

matekap dengan teknis dan tahapan yang benar akan berdampak pada pelestarian ekosistem dan sumber daya air yang ada di sebuah kawasan persawahan. Dimana matekap membutuhkan volume air lebih sedikit dibandingkan menggunakan traktor. Sementara dengan traktor membutuhkan air lebih banyak sehingga petani pemilik lahan harus melakukannya secara bergantian karena terbatasnya air. Petani bisa melakukannya dengan serempak dengan perbandingan 10 : 1 dibandingkan dengan traktor.

Begitu juga waktu yang dibutuhkan untuk matekap sekitar 5-6 jam. Petani juga lebih leluasa menyesuaikan dengan aktivitas lainnya. Petani memiliki waktu untuk mengurus hal lainnya termasuk aktivitas budaya di desanya. Agar bisa menyelesaikan pengolahan tanah secara keseluruhan dan tepat waktu berdasarkan perhitungan kertamasa di sebuah kawasan, traktor harus dioperasikan 10-12 jam. Dengan sendirinya hal ini akan berdampak pada kelembagaan, kenyamanan kerja serta SDM.

Sapi adalah simbul kehidupan. Matekap juga merupakan sebuah kegiatan manusia dalam mempelajari atau mendekatkan diri dengan alam terutama dengan tanah sebagai simbul Ibu Pertiwi. Begitu juga secara alami sapi memang salah satu binatang yang suka hidup di alam terbuka untuk bergerak bebas, menyetuh air dan tanah (mekipu). Sapi akan membuang kotoran dan kencing di alam terbuka, dimana kotoran dan kencing sapi di areal sawah berguna sebagai pupuk alami.

Prilaku dan manfaat sapi yang digunakan matekap akan berbeda dibandingkan dengan yang di kandang. Sapi yang dikandang cendrung hanya untuk penggemukan dan produksi kotoran untuk pupuk. Sedangkan sapi yang digunakan untuk matekap memiliki manfaat lingkungan, ekonomi, social dan budaya yang sangat luas. “Sawah dengan luasan dan kemiringan tertentu, secara teknis pengunaan sapi jauh lebih unggul dan lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan traktor.

matekap merupakan salah satu sarana untuk pendidikan dan regenerasi petani. Saat ngelampit misalnya, anak-anak petani banyak yang suka duduk di tengala. Disamping sebagai pemberat tambahan juga sebagai atraksi dan hiburan yang menyenangkan. Biasanya sambil bekerja di sawah anak dan orang tua berdialog tentang banyak hal. Selama proses inilah terjadi alih generasi dan pengenalan budaya pertanian dari orang tua ke anak-anaknya. Hal itu tentu sebuah proses pembelajaran alami yang menyenangkan bagi anak-anak. “Adanya rasa nau (senang) ke sawah salah satu faktor pendukung terjadinya regenerasi petani. Jadi sawah ibarat media pendidikan yang lengkap baik secara pandang, dengar dan rasa. Berbeda jika menggunakan traktor, anak-anak tidak bisa duduk diatas traktor, disamping bising juga berbahaya.

Matekap menjadi bukti bahwa petani bekerja selaras dengan alam, karena mengendalikan laju dan gerak sapi membutuhkan perhitungan, kecermatan dan konsentrasi. Hasil olah lahan akan lebih optimal jika antara petani dengan sapinya ada keakraban. Konon tekanan, kecepatan dan energi positif yang keluar dari si petani dan sapi akan berdampak pada peningkatan kualitas dan kesuburan tanah.

Uniknya saat matekap petani memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan sapi menggunakan bahasa khusus. Dengan bahasa khusus tersebut petani  mengendalikan sapinya saat matekap. Hal ini sekaligus sebagai kode etik, seperti “Aiss”-sapi akan jalan. Kalau “ Yen” sapi akan berhenti. “Kek” Sapi akan belok kiri, “Cis” Sapi akan belok kanan dan lain sebagainya sambil mengerakan tali kunali.

Sapi ibarat binatang budaya, karena memberi dampak lingkungan dan membantu terciptanya harmoni pada ekosistem. Budaya pertanian dengan spirit subak ternyata sudah mempraktekan apa yang sering disebut dengan istilah “Bio Dinamik”-yaitu sebuah aktivitas pertanian yang dapat mengumpulkan energi positif dari seluruh aktivitas dan makluk hidup lainnya yang ada di areal sawah.

Energi positif tersebut nantinya diserap oleh tanaman padi dan terkumpul dalam bulir padi. Kelak jika berasnya di masak menjadi nasi atau makanan bisa memberi khasiat positif dan penyembuhan beragam penyakit. Bulir padi yang sehat untuk makanan, benih, keseimbangan ekosistem, kemartabatan budaya dan sebagainya disebut dengan “manik galih”.

Proses pengolahan lahan dengan penggunaan sapi atau traktor jelas memiliki dampak yang berbeda. Pola produksi dan pola konsumsi petani pun akan berbeda  pula.   Perubahan pola produksi dan konsumi akan berdampak pula pada pola pasar dan keyakinan budaya.

sumber : https://www.beritabali.com/read/2018/02/17/201802170006/Matekap-Merawat-Ibu-Pertiwi-Dengan-Hati.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline