Piso Gaja Dompak itu sendiri adalah satu keris yang panjangnya sekitar 60-70 cm dengan pegangan yang menyerupai patung gajah. Piso, artinya pisau. Runcing dan tajam, mengarit dan memotong. Ada juga yang mengartikan berbeda, piso dapat juga disebutkan untuk wajah yang agak runcing, mata yang tajam. Runcing adalah benda yang dengan mudah untuk melakukan tusukan. Dalam bahasa Batak disebut rantos. Rantos adalah ketajamannya. Dalam masyarakat Rantos adalah ketajaman berpikir, kecerdasan intelektual hingga kejeniusan seseorang diartikan sebagai ketajaman melihat sesuatu permasalahan, peluang dan kecerdasan mengambi kesimpulan dan tindakan. Pemimpin Batak diharapkan memiliki kecerdasan intelektual untuk handal melakukan tindakan bermanfaat untuk semua kalangan. Dalam berstruktur, kecerdasan berpikir individu dapat dihimpun dengan kesepakatan akhir. Kesepakatan yang menjadi keputusan itu disebut tampakna. Marnatampak artinya duduk bersama, bermusyawarah. Hasil keputusan bersama...
Tunggal Panaluan merupakan tongkat yang digunakan oleh suku Batak yang diyakini mempunyai kekuatan gaib untuk meminta hujan, menahan hujan, menolak bala, wabah, mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri, serta membantu dalam peperangan. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/06/senjata-tradisional-sumatera-utara/
Pisau Karo ini dibuat sekitar Abad 19 dengan dimensi panjang sekitar 31-55 cm. Pegangan pisau ini terbuat dari kayu, rotan dan gading. Sarungnya ditutupi perak dan suasa. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/06/senjata-tradisional-sumatera-utara/
Si Luncal hidup sengsara karena ia seorang yatim piatu. Beberapa kali ia mohon kepada penjaga istana untuk menghadap Maharaja Isin yang bertahta di negeri Indra Pati, tetapi permintaannya selalu ditolak, Suatu hari dikenakannya pakaian yang bagus menurut dia, dengan memakai topi berjambul. Sebenarnya pakaian itu sudah robek dan kotor, tetapi menurut Luncai pakaian itulah yang terbagus. Kebetulan ia diizinkan raja untuk menemuinya, dan diterimalah ia oleh raja sambil berpangkas rambut. Ketika ditanya raja apa keperluannya, ia menjawab bahwa ia sekadar ingin bertemu dan melihat raja saja, tidak untuk apa-apa. Tiba-tiba Luncai menangis tersedu-sedu, sehingga raja heran karenanya. Ketika ditanya mengapa ia menangis, ia menjawab bahwa ia merasa sedih melihat dogol (tengkuk= kuduk) raja. Melihat dogol raja ia teringat kepada dogol almarhum ayahnya. Mendengar itu raja sangat murka karena ia disamakan dengan almarhum ayah Luncai. Luncai ditangkap dan disuruh benamkan di sungai. Ia d...
Alkisah, jauh di tengah hutan di tepi sebuah sungai hidup sepasang suami istri. Sudah bertahun-tahun lamanya mereka menikah, tetapi belum juga mempunyai seorang anak. Bilamana mereka sedang berbincang-bincang, sering kali terdengar mereka berucap, “Kalau saja kita mempunyai seorang anak, tentu kita tidak kesepian.” Akan tetapi, mereka tidak putus asa. Setiap hari, kedua suami istri ini terus berdoa kepada Allah mohon dikaruniai seorang anak. Seperti biasanya setiap pagi sang istri pergi mencuci kain. Tetapi kali ini, ketika ia melewati jalan kecil yang biasa dilaluinya, tampak sekuntum bunga melur yang sedang mekar. Bunga ini terlihat indah sekali di antara semak-semak yang mengelilinginya. Seketika terpikir olehnya, “Bila saja aku mempunyai seorang anak perempuan secantik bunga melur ini, alangkah bahagiaku.” Kemudian perempuan itu meneruskan perjalanannya menuju tepi sungai yang dangkal airnya untuk mencuci. Beberapa hari kemudian, ia berm...
Home / SUMATERA / Sumatera Utara / Cerita Rakyat Sumatera Utara - Si Boru Sangkar Sodalahi, Sebuah Legenda Srikandi Batak Cerita Rakyat Sumatera Utara - Si Boru Sangkar Sodalahi, Sebuah Legenda Srikandi Batak jhoe wain 3 months ago SUMATERA , Sumatera Utara Cerita Rakyat Sumatera Utara - Si Boru Sangkar Sodalahi, Sebuah Legenda Srikandi Batak Kisah tentang keturunan Si Marsaitan adalah kisah paling tragis sekaligus heroik dari Tanah Batak. Yaitu kisah tentang seorang anak yang tidak diinginkan oleh ibunya, yang lahir dari cinta palsu, karena sang ibu, perempuan yang hebat itu, berpura-pura cinta dan menjadi istri musuhnya karena ingin membalas dendam atas kematian suami yang sungguh dia cintai. Di Negeri Urat, Pulau Samosir, berbahagialah Tuan Sipallat dengan istri junjungan jiwanya, Si Boru Sangkar Sodalahi, asal klan Manu...
Nantinjo adalah putri bungsu dari Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon dari sepuluh bersaudara, anak yang pertama adalah Raja Uti, ke dua Saribu Raja, ke tiga Limbong Mulana, ke empat Sagala Raja, ke lima Lau Raja sedangkan perempuan yang pertama adalah Biding Laut, ke dua Boru Pareme, ke tiga Anting Haumasan, ke empat Sinta Haumasan dan ke lima Nantinjo. Kita dapat berbicara langsung dengan Nantinjo melalui Nai Hotni Boru Sagala yang tinggal di Cianjur Jawa Barat yang menjadi tempat masuknya Roh Nantinjo (Hasorangan). Tujuan Nantinjo kembali kedunia adalah untuk mengobati, membantu orang yang meminta pertolongan terlebih keturunan dari Bapak dan Ibunya serta meluruskan sejarah asal mula keturunan dari keluarganya dan mempersatukan kembali keturunan Bapaknya Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon. Semasa hidupnya, Nantinjo mengalami penderitaan yang cukup berat, sebab ketika lahir kedunia ini saja dia tidak sempuma, dikatakan wanita bukan, pria juga bukan. Pada saat umurnya sepuluh tahun kedua...
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang tua di suatu kampung. Ia tinggal di kebunnya yang luas dan tanaman jagung. Tetapi sekalipun tak pernah ternikmati buah jagungnya itu karena selalu habis dimakan monyet. Oleh karenanya, dia selalu susah karena habis tenaga dan modal tak sekali jua pernah menikmati hasil kebun jagung tersebut. Tahun berikutnya, tiba masa menanam, jagung pula yang ditanamnya. Ketika masa panen hampir tiba, dilihatnya pula ada tanda bekas datang monyet. Akhirnya orang tua itu berpikir, “Baiklah kucari akal untuk menangkap monyet itu.” Lalu ia pergi ke hutan mengambil ijuk untuk dipintalnya menjadi tali, tak lupa diambilnya pula bahan getah. Tali – tali ijuk itu kemudian dibentuk menjadi boneka yang mirip manusia. “Tentu monyet itu akan takut melihat orang – orangan ini. Jika ia takut, tentu tak akan berani lagi mengambil buah jagungku ini,” pikirnya. Kemudian semua getah tadi dibubuhkannya ke orang – orangan itu sehing...
Di Tanah Karo Sumatera Utara terdapat satu kampung yang bernama Kandibata. Dahulu kampung tersebut dikenal oleh semua orang dari segala penjuru karena di kampung tersebut hidup seorang Guru Mbelin (Dukun Sakti) bernama Guru Kandibata. Ia beristrikan seorang Guru Mbelin juga yang menghasilkan dua keturunan yaitu Beru Tandang Karo dan Beru Tandang Meriah. Kesaktian Guru Kandibata tersebut tersiar hingga ke negeri – negeri di luar Tanah Karo Simalem. Beliau bisa meramal hari (Niktik Wari), mengobati segala sakit penyakit, bahkan menghidupkan kembali orang mati, asal jenazah orang tersebut masih utuh dan belum mencapai 4 hari kematian. Pada suatu hari, timbullah penyakit cacar yang menjangkiti Tanah Alas di daerah Aceh. Penyakit yang mewabah tersebut mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit, sehingga timbullah kepanikan yang luar biasa. Keresahan rakyat Tanah Alas menyebabkan Raja Alas menjadi was – was. Raja Alas adalah seorang Raja yang kekayaan beli...