Nteke Hilit Beet : ( sumber: E-book Permainan Anak-Anak Daerah Irian Jaya. 2013. Papua.)
Tuna Bewa Raruko : ( sumber: E-book Permainan Anak-Anak Daerah Irian Jaya. 2013. Papua.)
Wali-Wali Wosa : ( sumber: E-book Permainan Anak-Anak Daerah Irian Jaya. 2013. Papua.)
Wamhelo : ( sumber: E-book Permainan Anak-Anak Daerah Irian Jaya. 2013. Papua.)
Yedepiuw : ( sumber: E-book Permainan Anak-Anak Daerah Irian Jaya. 2013. Papua.)
Wamena merupakan surga dan mutiara di pedalaman pegunungan tengah Papua. Kota yang terletak di lembah Baliem dan dialiri oleh sungai Baliem serta diapit pegunungan Jayawijaya di sebelah selatannya memiliki ketinggian sekitar 1.800 meter di atas permukaan laut. Kota Wamena masih memiliki udara yang segar dan jauh dari polusi udara seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia. Dari ceritera rakyat yang berkembang di tanah Papua, nama Wamena seperti yang dikenal seperti sekarang ini dahulu bernama Ahumpua, namun kedatangan bangsa berkulit putih telah mengubah nama Ahumpua menjadi Wamena. Berikut Asal Muasal Wamena seperti diunggah di web dongengceritarakyat . com . Dahulu, ada sebuah daerah bernama Ahumpua. Saat itu, warga Ahumpua belum mengenal ilmu pengetahuan. Mereka tidak mengenal Tuhan. Kepercayaan mereka tertuju pada benda-benda gaib. Setiap hari, anak-anak gadis di Ahumpua mempunyai kewajiban menjaga anak babi dari pagi sampai siang di pinggir Kali Baliem....
Dua anak busur sengaja dipanah ke timur dan barat. Ini sebagai simbol semua marga yang ada di kampung turut serta menjaga sumber daya alam. Dua anak busur dipanahkan oleh Ketua Adat Kanume Kampung Rawa Biru, Patrisius Sangra dengan iringan nyanyian dan hentakan kaki, serta gemulai tangan penari sebagai tanda ritual adat dimulai. Warga Kampung Rawa Biru merupakan salah satu daerah yang ada di dalam Kawasan Taman Nasional Wasur, Merauke. Kampung Rawa Biru kebanyakan dihuni Suku Marin Kanume. Suku Marin Kanume banyak menempati daerah pedalaman perbatasan Merauke dan Negara Papua Nugini. "Kami lebih memilih tinggal di hutan. Ini cara kami tetap melindungi alam," kata Patrisius. Patrisius menyebutkan, dua anak busur yang dipanah ke dua arah yang berbeda, sebagai wujud penghormatan kepada tiga marga lainya, sekaligus mengajak ketiga suku itu untuk menjaga alam. Panah ke depan yang berarti penghormatan kepada marga Sangra. Lalu panah ke belakang untuk menghormati marga Ma...
Gerabah ditemukan di situs-situs arkeologi di sekitar Danau Sentani. Situs-situs itu antara lain, Situs Marweri Urang, Situs Pulau Mantai, Situs ceruk Ifeli-feli, situs Pulau Asei, Situs Yomokho, Situs Gua Rukhabulu Awabu, Situs Ceruk Reugable Kampung Ayapo, Situs Phulende dan Situs Kampung Tua Abar. Tradisi membuat gerabah ini sudah ada sejak jaman prasejarah. Ada beberapa penelitian tentang gerabah di Kampung Abar. Salah satu oleh Rini Maryone dari Balai Arkeologi Papua. Hasil penelitian dimuat dalam jurnal Berjudul Perkembangan Tradisi Pembuatan Gerabah Abar Sentani. Disebutkan, kerajinan gerabah ini diperkenalkan nenek moyang Marga Felle yang bermigrasi dari timur. Mereka berlayar hingga tiba di Papua. Mereka datang membawa tanah liat (kenda) yang diikat dalam bai (wadah dari pelepah nibun) dari negeri asalnya. Ketika bermigrasi, nenek moyang Marga Felle tiba di Kampung Kayu Batu di Teluk Humbold, Kota Jayapura. Mereka tinggal di sana beberapa waktu lalu perjalanan...
Sungai Ipa sedang surut airnya. Saat yang tepat untuk pergi mencari makan di muara sungai. Muara sungai menyediakan segalanya untuk mereka, mulai dari gurita, ikan, dan keraka. Apeya membayangkan banyaknya ikan dan gurita yang bisa mereka tangkap. Apeya dan anaknya dengan tenang mendayung perahu menuju muara sungai. Tidak lama kemudian terdengar suara aneh. ‘Ibu, suara apa itu?” Tanya anaknya. “Ai, benar, suara apa itu?’ Kata Apeya sambil mengarahkan pandangan ke langit, asal suara itu. Akhirnya, di batas langit, nampaklah sumber suara itu. Ternyata Takumemyau. Buaya bersayap. Orang-orang takut sekaligus hormat kepada mahkluk yang satu itu. Ada dua jenis Takumemyau, yang baik dan yang jahat. Apeya tidak tahu, Takumemyau mana yang sedang terbang di atas mereka. “Dia terbang di atas kita, Ibu. Mau apa dia?” “Tidak tahu, kita terus jalan saja.” Takumemyau berbalik arah. Dari cakrawala dia menukik ke bawa...