Upacara Ruwatan merupakan sarana masyarakat Jawa untuk membersihkan hal-hal negatif dalam diri. Upacara ini tidak boleh dilakukan sembarangan orang, ada urutan aturan dan sarana yang wajib disiapkan. Orang yang harus diruwat adalah orang yang tergolong anak-anak Sukerta . Yang dimaksud Sukerta adalah mereka yang dipercaya sebagai makanan Bethara Kala atau membawa hal-hal negatif dalam dirinya. Mereka yang disebut Sukerta adalah yang dilahirkan: 1. Anak 1 laki-laki atau perempuan 2. Anak 2 Laki-laki semua, perempuan semua atau laki-laki dan perempuan 3. Anak 3 Laki-laki semua, perempuan semua, laki-laki di tengah atau perempuan di tengah 4. Anak 5 Laki-laki semua atau perempuan semua Yang boleh meruwat anak-anak Sukerta adalah seorang dalang, dalang yang sudah senior dan diakui mampu memenuhi syarat untuk meruwat. Berbagai macam sesaji juga harus disiapkan sebagai contoh macam-macam tumpeng, Pisang Sanggan, binatang berpasang...
Beksan Guntur segara merupakan salah satu Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang masih hidup hingga sekarang. Tarian in merupakan karya dari Sri Sultan Hamengkubuana I sekitar tahun 1700an. Beliau yang merupakan seorang militer dan pencinta seni menggunakan media seni tari sebagia sarana latihan kedisiplinan untuk para prajurit Kraton. Karakter pada Beksan Guntur Segara sangat menggambarkan karakter yang kuat, disiplin dan lugas. Beksan Guntur sega menceritakan kisah Raden Joyoseno dari kerajaan Jenggala dalam misinya membuktikan diri bahwa dia adalah pangeran kerajaan Jenggala. Akhirnya Joyoseno harus membuktikan dir dengan bertarung dengan pangeran Jenggala yang lain bernama Raden Guntur Segara. Pertarungan terjadi namun kedua pihak tidak ada yang menang ataupun kalah dan akhirnya Raden Joyoseno diakui sebagai pangeran Jenggala. Yang menjadi ciri khas dari tarian ini adalah ragam gerak yang disebut "Kambeng" dimana ragam tersebut merupakan bentuk gerakan...
Tari Klana Topeng Alus adalah tari tunggal putra yang merupakan salah satu jenis tari Klasik gaya Yogyakarta. Sesuai namanya tarian ini menggunakan topeng sebagai properti utama. Karater yang ditampilkan adalah tokoh Raden Panji Gunungsari, diambil dari cerita Panji atau Wayang Gedog. Karekter yang ditunjukan merupakan tokoh pangeran yang halus dan gerakanya hati-hati namun sesekali dinamis. dikisahkan dalam tarian ini yaitu Raden Panji Gunungsari yang sedang jatuh cinta kepada Putri Ragil Kuning. Sesuai dengan karakter tari topeng gaya Yogyakarta ada gerakan menjadi ciri khas yaitu ogek lambung dan Nyepak Wiron. M eski terkesan agak kasar namun dua gerakan itu yang membedalkan tari topeng dengan tari klasik gaya Yogyakarta yang lainnya. Kostum yang dipakai adalah: 1. Irah-irahan tekes 2. Kulitan: Sumping, Kelat bahu, kalung 3. Celana Panji 4. Kain Jarik parang gendreh 5. sampur cindhe dan sampur nglana 6. ker...
Menurut saya pribadi, kata Nusantara lebih mantap di ucap, jadi merasa lebih bangga gitu, lebih mengena di hati dan juga rasa persaudaraan kita ini dari Sabang sampai Merauke terasa banget. Ini hanya pendapat saya yang tidak sempurna ini, jadi jangan di ambil hati ya. Yang namanya masakan tidak bisa di pisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, manusia tiap harinya butuh yang namanya makan. Di era digital saat ini yang namanya resep masakan sudah banyak sekali yang membahas di internet ini. Situs resep masakan mulai bermunculan, seperti yang paling merajai di google saat ini adalah cokkpad. Website tersebut berisi kumpulan resep masakan dari berbagai negara-negara. Mereka membuat resep berdasarkan pengalaman pribadi ketika memasak di dapur sendiri. Untuk pencarian masakan paling banyak di google saat ini adalah cara membuat nasi goreng. Mungkin karena masakan ini dalam pembuatannya sangat cepat dan bahan yang di gunakan relatif mudah untuk di peroleh...
Dahulu kala, hiduplah seorang raksasa bernama Kyai Bakuh, di sebuah hutan belantara. Sesuai dengan namanya, Bakuh, yang dalam bahasa Jawa berarti kuat dan kokoh, maka raksasa itu bertubuh kokoh dan kekar. Perawakannya tinggi besar. Kalau berdiri tegak, seakan-akan kepalanya menjulang hingga menjangkau langit. Lengan dan kakinya besar-besar. Kedua matanya memancarkan sinar menyilaukan. Bila dia membelalakkan matanya, orang akan silau memandangnya. Mulutnya lebar dan besar, dipagari gigi-gigi dan taring yang tajam. Suaranya keras menggelegar bagai guntur di langit. Setiap kali suara dahsyat itu terdengar, orang-orang dari tempat yang jauh pun tahu, bahwa suara itu asalnya tidak lain ialah dari Kyai Bakuh. Kyai Bakuh banyak memangsa binatang yang ada di dalam hutan, sehingga jumlahnya semakin hari semakin berkurang. Binatang apapun yang terlihat oleh Kyai Bakuh tak akan mampu menghindar atau melarikan diri, karena akan langsung disambar dan dimakannya. Akan melarikan diri, tak mung...
Pada masa Mataram diperintah oleh Gusti Sultan Agung, negeri Mataram terbagi atas beberapa daerah. Masing-masing daerah itu diketuai oleh seorang “rangga” atau penguasa daerah. Salah satu diantara daerah itu ialah daerah Blimbing, dan ketuanya disebut Rangga Blimbing. Sudah menjadi tradisi di negeri Mataram bahwa pada saat-saat tertentu secara rutin mengadakan “pisowanan pasok bulu bekti”, yaitu persembahan semacam upeti kepada raja sebagai tanda takluk. Pada kesempatan ini semua rangga yang ada di wilayah Mataram harus hadir. Jika berhalangan, harus memberi kabar. Apabila ada yang tidak hadir tanpa memberi kabar sama sekali, maka pihak keraton lalu mengirimkan utusan untuk menyelidiki, karena dikhawatirkan kalau rangga tersebut mulai membangkang, atau memberontak. Rangga Blimbing adalah seorang rangga yang setia terhadap Gusti Sultan Agung. Ia tidak pernah absen mendatangi pisowanan. Bahkan tidak jarang ia membawa anak laki-lakinya yang bernama Jaya...
Pada zaman dahulu, di tanah Jawa ada sebuah kerajaan besar yang bernama Majapahit. Salah seorang diantara raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Majapahit itu bernama Prabu Brawijaya V. Sang Prabu Brawijaya V atau Brawijaya Pungkasan (terakhir), mempunyai seorang permaisuri dan beberapa orang selir. Salah seorang diantara para selir sang Prabu ialah Ratu Mayangsari. Suatu hari, pada saat Ratu Mayangsari mulai menampakkan gejala-gejala mengandung, sang Prabu Brawijaya menitipkannya kepada salah seorang saudaranya yang tinggal di desa dan hidup sebagai petani. Nama saudara sang Prabu yang diserahi tugas untuk menjaga Ratu Mayangsari itu ialah Ki Juru Sawah. Beberapa bulan kemudian, tibalah saatnya Ratu Mayangsari melahirkan seorang putera yang diberinya nama Raden Patah. Suatu ketika, saat Raden Patah sudah mulai beranjak remaja, ia melihat Ki Juru Sawah akan pergi ke kerajaan untuk posok glondong pangareng-areng atau mempersembahkan upeti berupa sebagian dari hasil sawahnya ke...
Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat. Kerajaan itu bernama Mataram. Wilayah kekuasaan kerajaan Mataram meliputi seluruh tanah Jawa, bahkan pengaruhnya meluas sampai ke berbagai negeri di seberang lautan. Raja yang bertahta di Kerajaan Mataram itu bergelar Kanjeng Panembahan Senopati. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram dengan pesat berkembang menjadi sebuah kerajaan yang besar. Sejak sebelum menjadi raja, Kanjeng Panembahan Senopati adalah seorang prajurit yang tangguh dan perkasa. Sikapnya yang satria memperkuat kedudukannya sebagai senopati yang sangat dicintai oleh para bawahannya, dan sangat disegani, baik oleh kawan maupun lawan. Kanjeng Panembahan Senopati terkenal memiliki kesaktian yang luar biasa dan sangat pintar dalam menyusun siasat perang. Itulah sebabnya, maka banyak raja dari negeri lain menyatakan takluk di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram. Kesaktian Kanjeng Panembahan Senopati tidak hanya membuat kerajaan-kerajaan manusia m...
Pada zaman dahulu, ada seorang wali yang terkenal sangat sakti, namanya ialah Kanjeng Sunan Kalijaga. Dalam usahanya untuk menyiarkan agama Islam, Kanjeng Sunan Kalijaga senantiasa berkelana ke berbagai tempat di seluruh tanah Jawa. Pada suatu hari, perjalanan Kanjeng Sunan Kalijaga sampai di wilayah Bagelen*. Waktu itu, sebagian besar penduduk Bagelen bermatapencaharian sebagai tukang “nderes” (penyadap aren). Saat Kanjeng Sunan Kalijaga tiba di Bagelen, ia menjumpai seseorang yang akan nderes. Orang itu membawa tabung bambu sebagai wadah legen (nira) yang diikatkan pada punggungnya. Pada saat akan memanjat pohon kelapa, orang itu mengucapkan mantra: “Klonthang-klanthung, wong nderes buntute bumbung” (klontang-klanthung, orang nderes ekornya bumbung). Mendengar itu, bertanyalah Kanjeng Sunan Kalijaga: “Ki sanak, mengapa waktu akan kamu memanjat mengucapkan kalimat itu?” “Yang saya ucapkan itu bukan kalimat sembarangan,&rdquo...