Wa’a Masa Nika merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Bima dan merupakan rangkaian ke-7. Sesuai keputusan dalam Mbolo ro dampa , maka beberapa hari menjelang lafa (akad nikah), akan dilangsungkan upacara wa’a masa nika (pengantaran emas nikah) atau wa’a co’I (pengantaran mahar). Upacara dilaksakan sore hari sesudah sholat ashar, diikuti oleh keluarga, ompu panati, ulama, tokoh adat dan para kerabat. Para peserta akan berangkat dari rumah orang tua penganten laki – laki, berbusana adat yang sesuai dengan status sosial masing – masing. Rombongan pengantar mahar (dende wa’a co’i) akan dimeriahkan dengan atrasi kesenian Jiki Hadra (jikir hadrah) diiringi musik Arubana (rebana). Setibanya di rumah calon penganten putri akan disambut dengan tarian wura bongi monca (tari menabur beras kuning) dan atrasi mpa’a sila, gantao dan buja kadanda.
Kalondo Wei merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Bima dan merupakan rangkaian ke-8. Kalondo Wei merupakan upacara pengantaran calon penganten putri dari rumah orang tuanya menuju uma ruka (rumah untuk penganten). Dilaksakan pada bulan purnama sesuai sholat Isya. Calon penganten putri diturunkan ( kalondo ) dari atas rumah orang tuanya dan diusung ke uma ruka ( rumah penganten). Diantar oleh sanak keluarga dan kerabat dengan berbusana adat yang beraneka ragam sesuai dengan status sosial dan usia pemakai. Dimeriahkan dengan atrasi jiki hadra (jikir hadra) diiringi musik rebana.Pada waktu yang bersamaan di uma ruka sedang berlangsung “Ngaji kapanca” (tadarusan pada upacara kapanca). Ngaji kapanca akan berakhir bersamaan dengan setibanya rombongan calon penganten putri di uma ruka. Setibanya di uma ruka, rombongan penganten disambut dengan tari wura bongi monca dan dimeriahkan dengan atraksi mpa’a sila, gantao dan buja kadanda.
Dalam seni Tari Bima, semua jenis tari rakyat, disebut “mpa’a ari mai ba asi” atau tari di luar pagar istana (ASI). Hal ini berarti bahwa atraksi kesenian ini tumbuh dan berkembang di luar lingkungan istana, yang lazim disebut dengan Tari Rakyat. Biarpun tari rakyat tumbuh dan berkembang di luar istana, namun sultan melalui para seniman istana, tetap mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tarian rakyat, dengan demikian mutu tari tetap terpelihara dan terpacu pada nilai dan norma agama dan adat yang islami. Mpa’a Gantao adalah salah satu tarian rakyat yang telah tumbuh sejak zaman kesultanan Bima. Atraksi keseniaan ini diperkirakan ada sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin( 1648-1685).Atraksi kesenian ini cukup popular bagi masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih tetap eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hajatan baik di lingkup Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao dipertunjukkan pada...
Pada masa kesultanan Bima dan Dompu, seni budaya islam berkembang pesat di daerah Bima dan Dompu. Jenis seni musik islam yang sangat digemari oleh masyarakat ialah “Jiki” (jikir), terdiri dari : Jiki molu (jikir maulud), dinyanyikan pada upacara perayaan maulud (ndiha molu) yang bersamaan dengan upacara UA PUA. Di nyanyikan oleh penyanyi laki – laki tanpa diiringi dengan musik. Pada masa kesultanan, upacara perayaan Islam antara lain aru raja to’I (hari raya idul fitri), aru raja na’e (hari raya idul adha) dan upacar UA PUA (upacara sirih puan), selalu dimeriahkan dengan pergelaran seni islam antara lain jiki marhaba (jikir asrakal. Syair lagu tiga jenis jiki, berisi pujian terhadap kebesaran dan keagungan Allah dan Muhammad Rasulullah, tanpa diiringi oleh musik. Jiki rati (jikir ratih), dinyanyikan pada upacara pernikahan, khitanan dan khataman Al- Qur’an, tanpa diiringi musik. Jiki kapanca (ji...
Tarian kalero berasal dari Donggo suatu Desa yang terletak di atas gunung Salunga yang masuk di wilayah Kabupaten Bima, tarian Kalero merupakan tarian klasik yang masih tetap dipelajari oleh masyarakat Donggo. Tarian ini termasuk tarian yang mempunyai nilai original yang kental dengan adat setempat karena sejak dulu hingga sekarang gerakan tarian Kalero tetap sama dan tidak ada modifikasi. Di percaya tarian Kalero tercipta sejak abad ke 7 saat tanah Bima (dana Mbojo) masih di kepalai oleh para Ncuhi (sejenis kepala suku) dan dimana masih menganut kepercayaan makamba-makimbi (aninisme dan dinamisme). Tarian Kalero ini merupakan tarian spiritual masyarakat Donggo yang berhubungan dengan kepercayaan orang Donggo zaman dulu untuk menghormati yang meninggal, yang setiap gerakannya mempunyai makna dalam meratapi kerabat yang telah meninggal atau berkabung, arti dari setiap gerakan Kalero ini yaitu kesedihan, harapan, dan penghormatan kepada yang meninggal, Ceritanya orang Donggo z...
Salah satu tradisi masyarakat warisan Bima adalah Ntumbu Tuta atau adu kepala. Tarian ini diiringi dengan musik tradisional. Tidak hanya pengunjung lokal yang takjub. Namun, tamu dari Jakarta. Bahkan, tim dokumentasi Kementerian Pariwisata, meminta prosesi dari awal, sebelum Ntumbu Tuta dilakukan. Ritual yang dilakukan, seperti memberikan air atau menyapi air yang sudah dibacakan doa pada bagian sensitif kepala. Bagi yang sudah diusap dan diajak terlibat bermain, harus beradu kepala. Jika tidak, maka akan mengalami gatal-gatal hingga sepekan, kecuali sang guru mengusapkan lagi air di kepalanya. Saat Ntumbu Tuta dilakukan, satu sama lain saling membenturkan kepala. Semua menari-nari diiringi musik tradisional. Setelah itu, dua orang menyiapkan diri mengadu kepala. Posisi menunduk dan memasang kuda-kuda sementara penari Ntumbu Tuta lainnya masih terus mengikuti irama musik, sampai ada aba-aba siap membenturkan kepalanya. Usia pemain Ntumbu Tuta tidak dibatasi, s...
Ngaha Kawiri adalah tradisi yang dilakukan sebagai ekspresi kesyukuran, mendekatkan diri kepada Allah, dan harapan dijauhkan dari musibah. Tradisi itu kini terus dilestarikan oleh warga Lingkungan Swete Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu. Selain sebagai bentuk kesyukuran, Ngaha Kawiri juga diperuntukkan guna berharap rahmat dari Allah. Momentum Ngaha Kawiri juga meminta kepada Allah agar musim kemarau yang panjang cepat berakhir. Ngaha Kawiri didominasi anak-anak, ada pembacaan ayat suci Al-Quran, dan doa yang dipimpin tokoh agama. Ngaha Kawiri silam kerap dilakukan warga puluhan tahun bila terjadi musibah gagal panen atau bencana lainnya. Prosesi Ngaha Kawiri dulu melibatkan semua warga suatu dusun atau desa. Namun, seiring perjalanan waktu prosesi itu sedikit demi sedikit berkurang. Kalaupun sekarang ada, sebatas dilakukan dari rumah ke rumah. Momentum Ngaha Kawiri juga dirangkai bagi-...
Dalam Bahasa Bima, Mbaju berarti menumbuk padi. Sedangkan Rasa berarti kampung. Hal ini berarti bahwa kegiatan Mbaju Rasa adalah prosesi menumbuk padi secara massal yang dilakukan oleh masyarakat khususnya kaum perempuan Dana Mbojo pada masa lalu. Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak masyarakat Bima-Dompu mengenal cara bercocok tanam dengan sistim pertanian menetap, yaitu tepatnya pada era Ncuhi, dimana pada masa ini sudah ada sistim paguyuban masyarakat yang dipimpin para Ncuhi. Masa Ncuhi itu sendiri berlangsung jauh sebelum Bima memasuki masa kerajaan sekitar abad 14 M. Pada Masa Lalu, tradisi Mbaju Rasa dilakukan usai panen padi atau menjelang hajatan-hajatan di masyarakat seperti pernikahan, khitanan, khatam Alqur’an dan lain-lain kegiatan di kampung. Dilandasi semangat kebersamaan dan gotong royong, Mbaju Rasa dilakukan pada suatu tempat yang telah ditentukan dengan cara, kaum ibu membawa padi dari lumbung masing-masing diserta Alu dalam bahasa Bima di...
Tarian Soka adalah tarian para kesatria. Tarian ini berasal dari desa Sari kecamatan Sape. Sultan Bima ke 2 Abdul Khair Sirajuddin(1640-1682) mengangkat tarian ini menjadi tarian resmi Istana Bima yang dinainkan oleh para Lasykar Kesultanan Bima. Secara turun temurun tarian soka dimainkan oleh keturunan penari Soka di desa Sari kecamaran Sape. Tarian Soka menjadi tarian pengiring dan pengawal di barisan depan setiap upacara di kesultanan Bima, salah satunya adalah Upacara Hanta UA Pua. Tari Soka dimainkan oleh dua orang prajurit dengan senjata Tombak dan Tameng. Diiringi tabuhan 2 gendang dan Sarone atau Serunai. Iringan tarian soka tidak disertai gong,karena biasanya tarian soka sering digelar sambil berjalan. Soka selalu menjadi atraksi pengawal di barisan depan pada setiap upacara kerajaan Bima. Kostum penari Soka berwarna merah yang melambangkan kegagahan dan keberanian para parajurit kesultanan Bima di medan perang. Senjata tombak selalu di depan yang menunjukkan jiwa k...