ASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKATUH Masih tentang Melayu, dimana kemarin saya menulis artikel tentang pantun dan gurindam melayu, kali ini saya akan menulis tentang kebudayaan melayu yang lebih menarik lagi yaitu seni theater dari ranah melayu yang bernama Makyong . Jika Jawa punya ketoprak, ludruk ,dan wayang orang , melayu juga tidak kalah kreatif nya melayu mempunyai seni theater yang bernama makyong, makyong adalah seni theater tradisonal melayu yang sampai sekarang kadang di pentaskan di acara-acara besar di ranah melayu, makyong sendiri mengkombinasikan seni melayu lain seperti pantun, syair, gurindam, tarian, dan lagu lagu, tidak jauh berbeda dengan seni theater lain yang ada di Indonesia, Makyong juga mempunyai bagian-bagian dimana terdapat pelawak yang keluar sebagai candaan agar penonton tidak jenuh, kadang dalam dialog-dialog dalam pementasan makyong juga berisi tentang nasehat-nasehat dan kritikan untuk pemerintah, yang membuat unik dalam seni the...
Menurut Henry Chambert-loir yang di kutip oleh raja Hamzah Yunus , Mendu kemungkinan besar berasal dari Asia Tenggara karena memiliki kemiripan dengan teater mendura yang berkembang di Siam, kamboja , Vietnam dan Yunan. Sedangkan menurut B.M syamsudin(1987) bahwa Mendu berasal dari wayang persi yang berkembang di penang sekitar tahun 1780-1880, masih menurut B.M Syamsudin bahwa mendu dulu hanya di mainkan oleh kaum laki-laki saja , namun di tahun 1970-an kaum wanita pun sudah bisa ikut dalam mementaskan teater khas melayu ini. Seperti teater Makyong dan Bangsawan , dalam teater Mendu juga menyuguhkan seni tari, musik,instrument dan Drama , dialog-dialog yang di sampaikan banyak lewat nyanyian dan tarian.
Tuju lubang adalah permainan rakyat yang terdapat di Sedanau Kecamatan Bunguran Baiat Kepulauan Riau. Permainan tuju lubang biasanya dimainkan oleh anak- anak tanggung yang bertempat tinggal di pantai ataupun yang berdekatan dengan laut. Dimainkan oleh sesama anak laki-laki atau sesama anak perempuan yang berusia 6 sampai 20 tahun dengan jumlah 2 sampai 5 orang secara perorangan. Permainan tuju lubang dimainkan untuk mengisi kekosongan waktu bermain-main di pantai Di sana mereka hersuka ria sambil memungut kulit kerang dan siput untuk dijadikan benda permainan. Lapangan tempat bermain disebut jembang yaitu tanah datar 3 x 1 meter dan dibuat lubang lebih kurang sebesar telur ayam sedalam 2 ruas jari telunjuk. Dari arah tempat menikam dibuat sebuah garis yang disehut garis batas tikam. Dari situlah pemain menikam buah permainannya. Sebagai alat penikam dibuat dari benda yang lebih bagus dari benda permainan seperti kulit kerang yang mengkilap dan bagus, pecahan kaca atau uang ring...
Main congkak merupakan permainan rakyat yang digemari masyarakat Tanjungpinang dan sekitarnya oleh perempuan khususnya kaum ibu-ibu untuk mengisi waktu-waktu senggang mereka pada malam hari. Permainan congkak pada mulanya dimainkan oleh puteri-puteri kaum bangsawan, tetapi lambat laun permainan ini memasyarakat sampai ke semua lapisan golongan. Main congkak biasanya dimainkan perempuan saja walaupun tidak ada larangan untuk kaum lelaki untuk memainkannya, tetapi menurut kaum lelaki main congkak adalah permainan yang membosankan sehingga pada umumnya tidak digemari oleh kaum lelaki. Jumlah pemain terdiri dari 2 orang dengan usia 18 sampai 50 tahun. Permainan congkak membutuhkan peralatan yang disebut dengan papan congkak dan buah congkak yang terdiri dari batu-batu kecil sebesar kelingking, kulil remis, kulit siput sebanyak 49 buah per orang (setiap lubang pemain yang di hadapannya diisi dengan 7 buah congkak). Papan congkak dibuat dari kayu sedemikian rupa sehingga berbenluk p...
Pada suatu masa, hiduplah sepuluh orang putri raja yang sangat cantik-cantik. Ibu mereka sudah lama meninggal dan ayah mereka, sang raja, begitu sibuk dengan urusan kerajaannya sehingga mereka hampir tidak punya waktu untuk berkumpul bersama. Akibatnya putri-putri ini menjadi nakal dan manja, kecuali sang putri bungsu, putri Kuning. Ya, mereka memang diberi nama dengan nama warna. Ada putri Jambon, putri Hijau, putri merah merona, putri nila dan lain-lain. Barangkali dulu sang ibu berharap anak-anaknya akan memberi banyak warna di kehidupan ini. Sayang, sang ibu keburu meninggal sehingga tidak sempat mendidik mereka sengan baik. Kesepuluh putri ini selalu memakai pakaian dan perhiasan yang sewarna dengan nama mereka. Putri Merah selalu memakai warna merah, demikian juga putri-putri lainnya. Sementara kakak-kakaknyabermalas-malasan dan membuat keonaran, putri Kuning menghabiskan waktu dengan membantu inang-inangnya, atau membaca buku, dan atua merawat kebun bunga kesayanganny...
Perkembangan Tenun Siak bermula ketika Siak diperintah Sultan Said Syarif Ali, sekitar tahun 1800, ketika usaha kerajinan tenun ini mulai dikenal luas. Pada masa lalu ada seorang bernama Encik Siti binti E. Wan Karim yang berasal dari Trengganu, yang tenunannya menggunakan benang sutera, katun dan emas. Tenunan itu sangat disenangi oleh kalangan istana. Ia mengembangkan motif tradisional dan ciptaan baru sehingga dikenal dan disukai kembali setelah agak terlupakan. Hingga kini, penenun Siak dianggap lebih teguh mengembangkan corak asli Melayu, yaitu pucuk rebung, awan larat, bunga cengkih, tampuk manggis, semut beriring, siku keluang, dan itik pulang petang.
Ghazal adalah semacam musik orkestra tradisi Melayu yang berkembang di Kepulauan Riau. Asal Ghazalini dapat ditelusuri dari irama padang pasir atau Timur Tengah yang menyebar ke Johor Malaysia dan kemudian terus menyebar dan berkembang di Kepulauan Riau yaitu; Penyengat, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, dan Batam. Kesenian musik ghazal ini mulai dikenal dan dikembangkan sejak zaman Kerajaan Melayu dan pada wakt itu tampil musik ghazal ini untuk mengisi acara-acara Permbesar Kerajaan. Pendiri pertama musik ghazal ini adalah Bapak Haji Kenal Muse atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Lomak yang berasal dari Johor Baru.
Asal mula nama kota Bengkalis diambil dari kata ”Mengkal” yang berarti sedih atau sebak dan “Kalis” yang berarti tabah, sabar dan tahan ujian kata ini di ambil dari ungkapan raja kecil kepada pembantu dan pengikutnya sewaktu baginda sampai di Pulau Bengkalis ketika ingin merebut tahta Kerajaan Johor.Dengan ungkapan “Mengkal” rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih ”Kalis” dalam menerima keadaan ini. Sehingga hal itu menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis akhirnya ungkapan itu menjadi perkataan, “oh baginda sedang Mengkalis “. Dari kisah ini timbullah kata ”Mengkalis”, dan seiring perjalanan waktu berubah menjadi kata Bengkalis. Sejarah Bengkalis bermula ketika Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mendarat di Bengkalis pada tahun 1722. Beliau disambut oleh Batin...
Konon, kesenian yang bernama Bangsawan ini pada masa lalu bernama Wayang Parsi. Menurut Ediruslan dan Hasan Junus (t.t), kedatangan rombongan seniman wayang parsi ke Pulau Penang (1870) bukanlah dari Persia (Iran), melainkan dari orang-orang Majusi yang melarikan diri ke India karena tidak mau di-Islam-kan. Keturunan orang-orang Majusi yang banyak bermukim di Mumbay inilah yang akhirnya membawa wayang parsi ke Pulau Penang. Dari Penang, wayang parsi kemudian menyebar ke seluruh semenanjung Malaysia, dan juga ke kesultanan-kesultanan Melayu di Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Barat. Wayang parsi yang telah berubah menjadi Bangsawan diperkirakan masuk Penyengat tahun 1906. Dari Pulau Penyengat[1], akhirnya menyebar pula ke berbagai daerah di wilayah Kepulauan Riau. Walaupun demikian, kesenian ini tidak tumbuh subur di Penyengat, tetapi justeru di tempat lain, seperti Daik-Lingga dan Dabo-Singkep. Malahan, sekarang seolah-olah yang “memilikinya” a...