Kata ingkau dalam bahasa daerah Begkulu artinya sepatu bambu. Pada waktu melaksanakan permainan ini, setiap pemain diharuskan berjalan di atas dua potong bambu yang dibuat sedemikian rupa. Permainan ini dilakukan di halaman rumah atau di lapangan terbuka, dilaksanakan pada siang hari akan tetapi lebih baik pada malam hari. Pelaku permainan ini berusia antara 8 – 20 tahun, terdiri dari kaum laki-laki, dilakukan secara perorangan ataupun beregu. Permainan ini bertujuan untuk memupuk rasa keberanian anak dan melatih keseimbangan badan. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah 2 potong bambu yang sama besarnya dengan ukuran sebesar lengan terdiri dari 4 sampai 8 ruas untuk satu orang. Bambu dilubangi, diberi papan sepanjang tapak kaki untuk tempat berpijak. Pemain berdiri di atas tapak, memegang ujung bambu bagian atas baru melangkah ke arah yang sudah ditentukan. Pemain yang baik atau jika diperlombakan dikatakan sebagai pemain yang menang adalh pema...
Permainan kepala babi biasanya dimainkan diwaktu senggang atau sedang keluar main di sekolah. Dapat dilakukan di halaman atau lapangan terbuka. Pemainnya terdiri dari anak laki-laki berumur 10 tahun - 15 tahun terdiri dari 5 orang atau 6 orang atau boleh juga beregu. Alat yang dipergunakan dalam permainan ini adalah : dua potong rotan sebesar ibu jair kaki (sebagai pemukul) panjang 55,5 cm, dan sebagai anak panjangnya 15 cm, dm, 2 cm. Satu lobang di tanah lebar 20 cm, dalamnya kurang lebih 15 cm. Para pemain membuat kesepakatan sebelum permainan dimulai misalnya satu kali permainan (game set) nilai angka 3500, nilai satu pukulan, penjaga dapat menangkap rotan dan menghitung jarak nilainya 100. Permainan ini mempunyai 4 tahap : Cuil Pemain yang menang dalam undian (Bengkulu : Sit) mendapat giliran pertama main sedangkan pemain yang nomor dua menjaga. Anak rotan ditaruh melintang di lubang, kemudian dicongkel dan ditolak sejauh-jauhnya dengan pemuk...
Di daerah Bengkulu terdapat sebuah permainan yang disebut cabur atau totor gala. Permainan ini biasanya dilakukan ketika malam terang bulan atau pada saat bulan puasa sambil menunggu beduk taraweh berbunyi. Umumnya permainan cabur atau totor gala dimainkan oleh anak laki-laki berusia 10 tahun – 16 tahun. Jumlah pemainnya tidak terbatas hanya disesuaikan dengan kondisi lapangnya. Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah : sebuah lapangan yang datar dan bersih kapur tulis untuk menggambar garis-garis dan kotak tempat bermain. Sebelum permainan dimulai, lebih dulu dihitung jumlah pesertanya untuk menentukan jumlah garis yang akan dibuat kemudian jumlah pemain dibagi 2 kelmpok dan diundi untuk menentukan siapa saja yang menang, dan yang kalah masuk ke dalam garis. Bila aba-aba sudah dimulai, maka pemain yang menang akan menyerbu dipimpin oleh kepala regunya untuk masuk garis. Tiap garis dijaga oleh seorang anak dan...
Salah satu permainan tradisional Bengkuli adalah Bicau. Nama lain dari bicau yakni Capicau atau seletak . Permainan bicau dapat dilakukan oleh lelaki dan perempuan atau sejenis saja, dengan batas usia antara 7 tahun - 30 tahun. Dilaksanakan untuk mengisi waktu senggang, jadi dapat dilaksanakan kapan saja bila mau dengan jumlah pemain 2 orang. Permainan dapat dilakukan di atas tanah, lantai, kertas, atau papan dengan membuat garis-garis permainan. Masing-masing pemain menyiapkan biji buah sebanyak 6 biji, jadi bila pemainnya 2 orang maka jumlah bijinya 12 biji terdiri dari 2 jenis warna.
Permainan ini dikatakan kucing-kucing atau bekel karena dalam permainan ini dibutuhkan kucing-kucing (sebangsa siput laut yang elah diambil isinya) sebanyak 6 buah dan bola karet kecil atau bola tenis. Dilaksanakan untuk mengisi waktu senggang, atau ketika anak-anak kecil atau bola tenis. Dilaksanakan untuk mengisi waktu senggang, atau ketika anak-anak tidak dapat bermain diluar rumah karena hujan. Permainan kucing-kucing atau bekel dilakukan oleh anak perempuan berusia 6 tahun – 14 tahun. Sebelum permainan dimulai lebih dulu diadakan suit untuk menentukan siapa yang lebih dulu main. Dalam permainan ini, ada 3 tahap yang harus dilalui, yakni : 1. Buah basing Bola dilantunkan ke lamtai dan kucing-kucing dibaurkan, kemudian diambil satu pwersatu, dua-dua demikian seterusnya sampai kucin-kucing ada di tangan kanan. Basing artinya kucing-kucing ditaburkan/dilepaskan dari tangan ada yang telentang dan ada yang telungkup. 2. Buah putih Buah put...
Eket Pun Pisang Eket Pun Pisang merupakan permainan tradisional anak-anak suku Rejang. “Eket Pun Pisang” dapat diartikan juga menjadi “rakit pohon pisang”. Permainan ini dimainkan di sungai kecil yang berada di sekitar tempat tinggal anak-anak suku tersebut. Cara bermain permainan ini adalah dengan berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama mencapai garis finish atau tujuan yang telah di tentukan . Eket Pun Pisang terbuat dari batang pohon pisang yang telah dipotong sehingga memiliki panjang yang sama, lalu batang-batang tersebut dapat diikat menggunakan tali atau dengan cara ditusuk dengan kayu maupun bambu agar batang tersebut menyatu. Setelah batang pohon pisang tersebut sudah terikat / disatukan maka anak anak dapat memainkan permainan tersebut. 1 buah Eket Pun Pisang dapat di naiki 1 sampai 4 orang anak. #OSKMITB2018
Delapan orang berpakaian serba hitam berbaris dua di atas sebuah panggung pertunjukkan, satu bubu sejenis alat perangkap ikan yang terbuat dari rautan bambu dijalin rotan tampak diselubungi pakaian berwarna hitam. Setelah memberi hormat kepada penonton, delapan pria ini duduk, satu orang memegang alat tangkap ikan itu, satu lagi memegang jalinan lidi kelapa yang dipukul ke sebuah triplik berukuran kecil dan menghasilkan bebunyian. Si pemukul tersebut selain memukulkan lidi kelapa ke triplek menghasilkan bunyi tampak bernyanyi dengan bahasa "suku lembak delapan". Menakjubkan, saat triplek dipukul menghasilkan bunyi, alat tangkap ikan tersebut mendadak seperti menari melompat-lompat, seperti ada sesuatu yang tak terlihat mata menggerakkan bubu itu melompat-lompat. Si pemegang bubu tampak berusaha memegang alat tangkap ikan itu, semakin keras lidi yang dijalin sedemikian rupa dengan benang tiga warna yakni, hitam, merah dan putih, memukul triplek menghasilkan bebunyian, maka se...
Permainan pencak juga sering sikenal dengan bentuk seni bela diri dari Kabupaten Mukomuko, Bengulu. Permainan seni ini biasa dimainkan pada acara-acara keramaian bernuansa adat di Mukomuko. Permaianan pencak menggunakan beberapa alat yaitu, dua buah gendang, satu buah serunai, dua buah pedang yang dalam permaianan berfungsi sebagai sebagai senjata pemain. Permaianan ini melibatkan dua orang pemain ditambah satu orang jenang yang bertugas memoderatori permaianan.
Yahauk adalah perdamaian adat untuk menyelesaikan bila terjadi sengketa antara warga suku suku yang bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan dan gangguan barang barang dalam kehidupan material maupun non material atau merupakan pranata adat dalam memelihara ketertiban.