Alat-Alat Pertanian Tradisional Nias 1. Söu Bagoa (Kerudung pelindung kepala) 2. Daga (Keranjang) 3. Balu-Balu Hulu (Pelindung punggung dari terik matahari) Naha Danömö (Tempat bibit tanaman) 2 Lou (Tabung tempat hasil pertanian) 3. Töwa (Karung tempat hasil pertanian) 4. Sölu (Tabung tempat menyimpan daging yang diasapi atau digarami) 5. Rumbi (Guci tempat menyimpan daging yang digarami) Fogo'o Gowi (Alata untuk mencungkil ubi dar tanah) 2. Naha Danömö (Tempat bibit) 3. Sundru Dambu (Tembilang-Alat untuk menggali tanah) Narasumber : http://fonasolaolinias.blogspot.co.id/2011/07/budaya-nias-dan-pariwisata.html?m=1
Pengantar Nenek moyang kita banyak memberikan ajaran-ajaran luhur yang tidak hanya diwariskan dalam tradisi lisan seperti ungkapan dan dongeng, tetapi ada pula yang dituangkan dalam karya tulis berbentuk tembang macapat. Ajaran-ajaran luhur tersebut pada zamannya banyak dikaji, dihayati, dan diamalkan sebagai pedoman hidup. Salah satu dari karya tulis yang dituangkan dalam bentuk tembang macapat adalah Serat Darmo Wasito yang dikarang pada tahun 1878 M oleh KGPAA Mangku Negara IV. Serat Darmo Wasito terdiri dari: 12 pada (bait) Dhandhanggula, 10 pada Kinanthi, dan 20 pada Mijil. Sebagai catatan, serat ini pernah diterbitkan dalam huruf Jawa oleh Nurhopkelop, Jakarta, pada 1953. Isi Serat Darmo Wasito Secara ringkas isi Serat Darmo Wasito dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: Ajaran agar Hidup Sukses Dalam Serat Darmo Wasito, apabila orang ingin hidup sukses, maka ia harus: (a) menikah, sebagai sarana untuk melestarikan kehidupan; (b) melaksanakan asthagina, yait...
Naskah Serat Dewabuda terdaftar sebagai khazanah Perpustakaan Nasional dengan nomor register Kropak 638 atau Br. 638 karena merupakan koleksi Brandes. Naskah ini disebut juga Sewakadarma Jawa Kuno. Dalam khazanah naskah Sunda, ada tiga buah naskah yang bernama Sewakadarma sebagai koleksi Perpusnas, yakni: Sewaka Darma (Kropak atau Br. 408), Serat Sewakadarma (Kropak atau Br. 637), dan Serat Dewabuda (Kropak atau Br. 638)--semua koleksi Brandes. Serat Dewabuda yang berbahasa Jawa Kuno ini ditulis di atas daun nipah. Naskah ini terdiri atas 129 lempir, halamannya berjumlah 255 karena lempir pertama hanya ditulis satu muka, sedangkan lempir terakhir kosong dan lempir sebelumnya ditulisi satu muka saja. Meski berbahasa Jawa namun naskah ini ditulis di Jawa barat, maka dari itu termasuk dalam khazanah naskah Sunda Kuno. Dari kolofon pada lempir 129-130 diperoleh gambaran bahwa proses penulisan naskah ini berlangsung selama dua bulan, dimulai dari hari Selasa Kliwon bulan ketujuh, se...
Para cendekiawan pada zaman dahulu menyadari bahwa seorang pemimpin, mulai dari tataran yang terendah sampai yang tertinggi, harus memiliki kemampuan memimpin yang baik. Di antara para cendekiawan pada waktu itu yang memperhatikan masalah kepemimpinan ini ialah Pangeran Buminata dari Keraton Yogyakarta. Ia berhasil membuat kitab yang diberi judul Serat Makutha Raja, untuk memberi tuntunan kepada para pemimpin, terutama raja agar dapat menjadi pemimpin yang baik dan disenangi oleh rakyatnya. Isi Serat Secara ringkas Serat Makutha Raja berisi tentang bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin/raja. Dalam serat ini seseorang yang sedang memegang kendali kepemimpinan diibaratkan sebagai orang yang sedang mengendalikan kuda. Kuda, walau pun hanya seekor binatang, ternyata harus didekati dengan cara-cara tertentu agar dapat dengan mudah dinaiki dan dikendalikan. Karena kekhasan sifat yang dimiliki oleh seekor kuda ini, maka Pangeran Buminata mengibaratkannya l...
Serat Pararaton merupakan sebuah historiografi tradisi yang menjadi rujukan utama para sejarawan dalam mempelajari sejarah Singasari dan Majapahit. Posisi serat ini pun mampu menandingi kitab Nagarakretagama dan prasasti-prasasti yang ditinggalkan oleh peradaban Singasari dan Majapahit. Padahal kitab Nagarakretagama dan prasasti-prasasti ini lebih jelas asal-usulnya daripada Serat Pararaton itu sendiri. Seperti yang telah diketahui, historiografi tradisi adalah historiografi di mana bercampurnya antara fakta sejarah dengan mitos-mitos yang ada. Dengan bercampurnya antara fakta dan mitos ini tidak serta merta membuat historiografi tradisi diragukan kebenarannya. Sejarawan sendiri lebih banyak mengambil dari Serat Pararaton ketika membicarakan tentang sejarah Singasari dan Majapahit. Dan apa yang mereka dapat dari serat itu mereka bandingkan dengan Nagarakretagama dan prasasti-prasasti yang telah ditemukan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Serat Pararaton adalah inti cerita...
Hawya pegat n gudiya ronging budyayu Margane suk a basuki Dimen luwar kang kinayun Kalising panggawe sisip ngkang taberi prihatos Jangan berhenti selalulah berusaha berbuat kebajikan, agar mendapat kegembiraan serta keselamatan serta tercapai segala cita-cita, terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin. Ulatna kang nganti bisane kepangguh Galedehan kan g sayekti Talitinen awya kleru Larasen sajroning ati Tumanggap dimen tumanggon Dalam hidup keprihatinan ini pandanglah dengan seksama, intropeksi, telitilah jangan sampai salah, endapkan di dalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu. Pamanggone aneng pangesthi rahayu Angayomi ing tyas wening Eninging ati kang suwung Nanging sejatining isi Isine cipta sayektos Dapatnya demikian kalau senantiasa mendambakan kebaikan, mengendapkan pikiran, dalam mawas diri sehingga seolah-olah hati ini kosong, namun sebenarnya akan menemukan cipta yang sejati. Lakonana klawan sabaraning kalbu Lamun obah niniwasi Kas...
Ajaran Luhur dalam Serat Salokatama Naskah Serat Salokatama dikarang oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ariya Mangku Nagara IV pada 1799 Jawa atau 1870 M. Serat Salokatama dikarang dalam bentuk tembang mijil, seluruhnya ada 31 "pada" (bait), sudah pernah diterbitkan oleh Nurhipkolep, Jakarta, 1953, dengan huruf Jawa. Saloka berarti perumpamaan atau cerita, sedang tama berarti utama atau baik. Salokatama berarti perumpamaan atau cerita yang utama atau yang baik. Ini terungkap pada bait terakhir dari tembang tersebut yang berbunyi: Itij panawunging ruwiyadi (telah selesai uraian cerita yang baik). Ada pun intisari isi Serat Salokatama selengkapnya berikut ini. Yang dilihat oleh pengarang adalah sesuatu yang tidak pada tempatnya dan selalu mengganggu pikirannya. Umumnya orang yang punya kemauan sering tidak mawas diri, berbuat tak terkendali dan akhirnya mendapatkan "nistha". Orang muda suka menonjolkan dirinya agar orang lain takut dan menghargai. Mereka tidak tahu bahwa perb...
Monumen Bajra Sandhi, Monumen Perjuangan Rakyat Bali Di tengah-tengah ruas Jalan Raya Niti Mandala, Renon, berdiri sebuah monumen megah yang bernama Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau yang disebut juga dengan Monumen Bajra Sandhi. Monumen Bajra Sandhi menyimpan serangkaian diorama yang menggambarkan heroisme masyarakat Bali didalam menegakkan kedaulatan dan juga ikut memperjuangkan berdirinya Republik Indonesia. Dibalik kemegahannya, monumen ini menyimpan sejumlah kisah menarik dan juga fakta unik yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Pendirian dari monumen ini berawal terpilihnya rancangan arsitektur karya dari Ir. Ida Bagus Gede Yadnya ditahun 1981. Pada sebuah kompetisi yang diadakan oleh pihak pemerintah Bali tersebut, Gede Yadnya pun kemudian mengajukan sebuah rancangan monumen guna mengenang sebuah perjuangan rakyat Bali. Melalui sebuah proses yang sangat panjang, akhirnya rancangan ini mulai direalisasikan ditahun 1987 atas prakarsa mantan Gubernur Bali, yaitu...
PUPUH I Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah. Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya. Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar. Maka...