Serat Nawawi merupakan karya yang ditulis pada tahun 1884. Berisi kumpulan 3 (tiga) bagian tulisan tentang sejarah Islam, Ilmu Kenegaraan, dan Bahasa Jawa terutama tentang hakikat huruf. Bagian pertama menceritakan tentang etika Islam yang diajarkan oleh tokoh sufi bernama Ibrahim bin Adham (dalam karya sastra ini ia disebut sebagai seorang Sultan). Juga berisi ajaran untuk para pemimpin, kisah-kisah Nabi dan orang-orang shalih. Bagian kedua dari kitab ini berisi tentang nitipraja yaitu ilmu kenegaraan. Bagian ini ditulis dengan menggunakan metrum tembang Macapat. Sedangkan bagian ketiga berisi mengenai carakabasa berupa penjelasan tentang makna dan hakikat yang terkandung dalam huruf Jawa. Sumber : http://susiyanto.com/delapan-pustaka-jawa-bernuansa-islam-di-museum-radya-pustaka/
Karya tulis ini merupakan kumpulan dari 29 suluk yang berisi pengajaran tasawuf dari tradisi tarekat syattariyah. Tarekat Syattariyah ini merupakan aliran tarekat yang biasa diamalkan oleh anggota istana Kasunanan Surakarta. Naskah ini ditulis oleh Radyan Panji Jayaasmara pada tahun 1864. Naskah ini dibuat atas perintah K.G.P.H. Cakraningrat yang merupakan menantu Sunan Pakubuwana VI dan sekaligus murid R. Ng. Ranggawarsita. Naskah ini terdiri dari 472 halaman dengan ukuran 32Ã--20 cm. Berisi mengenai ajaran, tradisi, dan silsilah tarekat Syattariyah. Ditulis dengan menggunakan aksara Jawa (carakan) dan beberapa bagian ditulis menggunakan aksara Arab Pegon (Aksara Jawi). Tarekat Syattariyah yang biasa dianut oleh kalangan bangsawan Kraton Surakarta ini merupakan sebuah aliran tarekat yang telah lama tumbuh di Iran dan Turki dengan nama tarekat Isqiyah. Konon, tarekat ini memiliki ajaran yang mudah beradaptasi dengan kebudayaan yang menjadi tempat persebarannya. Seiring pe...
Dunia kejawen memang sering memberi kejutan-kejutan yang unik dan mengesankan. Kitab bernama "Cariyos Dajal utawi Kadis Kawandasa" (artinya:"Cerita tentang Dajjal atau Hadits empat puluh") ini salah satu contohnya. Karya keagamaan ini ditulis dengan menggunakan huruf Jawa carakan (hanacaraka), namun uniknya menggunakan Bahasa Arab. Jadi, bisa dikatakan berbahasa Arab namun ditulis dengan menggunakan aksara Jawa. Di bawah setiap baris tulisan berbahasa Arab, disisipkan terjemahan dalam Bahasa Jawa menggunakan huruf Jawa yang ukurannya lebih kecil. Terjemahan ini berfungsi sebagai penjelasan bagi masyarakat Jawa yang tidak mampu mengakses Bahasa Arab. Kitab yang ditulis pada tahun 1845 dalam 45 halaman ini, menceritakan kepada masyarakat Jawa tentang fitnah akhir jaman berupa kedatangan dajjal-laknat. Selain itu karya berukuran 31Ã--20 cm ini juga mendiskusikan 40 (empat puluh) tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi dilengkapi dengan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Sumber :...
Kur'an Kajawekaken atau juga disebut Kur'an Jawi merupakan kitab yang berisi terjemahan Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Tulisan yang digunakan tentu saja adalah tulisan Jawa. Proses penerjemahan ini dilakukan oleh Bagus Ngarpah, seorang ulama abdi dalem Kraton Kasunanan Surakarta. Karya Bagus Ngarpah ini kemudian diedit untuk merampingkan kalimat-kalimatnya oleh Ngabèi Wirapustaka, seorang abdi dalêm mantri Radyapustaka di Surakarta pada tahun 1835 hingga 1905. Penulisannya menggunakan aksara Jawa dimulai pada 30 Juni 1905 oleh Suwonda. Penulisan juga dilakukan oleh Ki Ranasubaya, abdi dalêm jajar nirbaya kaparak têngên, yang bekerja di kantor Radyapustaka. Terjemahan Al Quran ke dalam Bahasa Jawa ini telah diselesaikan sebanyak 30 Juz. Perlu dipahami, karya monumental ini hanya berupa penerjemahan saja. Sementara teks Al Quran-nya tidak dicantumkan. Babad Wedyadiningratan, sebuah karya sastra yang menceritakan perja...
Serat Centhini adalah buku kesusastraan Jawa yang aslinya ditulis dalam bahasa dan tulisan Jawa dalam bentuk tembang Macapat dan mulai ditulis pada tahun 1814 dan selesai pada tahun 1823. (Catatan : Tembang Macapat adalah sejumlah Tembang Jawa dengan irama tertentu, jumlah suku kata tertentu, akhir kata tertentu dalam satu bait tembang, sangat populer di masyarakat Jawa untuk refleksi peristiwa tertentu menggunakan tembang yang pas dengan suasana yang ingin ditimbulkan, sejumlah nama tembang Macapat: Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanti, Asmaradana, Gambuh, Dandanggula, Durma, Pangkur, Pocung, Megatruh, Jurumedung, Wirangrong, Balabak, Girisa). Buku aslinya berjudul Serat Suluk Tambangraras ditulis berkat prakasa KGPA Anom Amengkunagoro III putera Pakubuwono IV, raja Surakarta (1788 - 1820). Dia kemudian yang menggantikan kedudukan raja sebagai Pakubuwono V (1820 - 1823). Sedangkan penulisan dan penyusunan dilaksanakan oleh: Ki Ng. Ranggasutrasno, pujangga kerajaan. R. Ng....
aksara sunda kuna merupakan aksara yang berkembang di daerah Jawa Barat pada abad XIV-XVIII yang pada walnya digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda Kuna. Aksara Sunda Kuna merupakan perkembangan dari Aksara Pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada abad XVI. Penggunaan Aksara Sunda Kuna dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prasasti yang terdapat di Astanagede, kecamatan kawalli, kabupaten ciamis dan prasasti kebantenan yang terdapat di kabupaten bekasi. Edi S. Ekajati mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuna sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi kerajaan mataram islam ke wilayah priangan kecuali cirebon dan banten. pada waktu itu para menak sunda lebih banyak menjadikan budaya jawa sebagai anutan dan tipe ideal. akibatnya, kebudayaan sunda tergeser oleh kebudayaan jawa. bahkan banyak penulis dan budayawan sunda yang memakai tulisan dan ikon-ikon jawa.
Prasasti di Tatar Sunda adalah prasasti yang berasal dari bekas kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Prasasti-prasasti ini ditulis dalam bahasa Sunda yang pernah ada atau digunakan di Tatar Sunda, seperti bahasa Sansekerta, bahasa sunda kuno dan lain-lain. berikut adalah jenis-jenisnya: prasasti dari masa Tarumanagara prasasti Cidanghiyang (lebak/munjul) prasasti jambu (Pasir Koleangkak) prasasti ciaruteun prasasti kebon kopi prasasti Muara Cianten prasasti Pasir Awi prasasti Tugu prasasti dari masa Kerajaan Sunda prasasti Sanghyang Tapak prasasti dari masa Kerajaan Galuh prasasti Mandiwunga prasasti Huludayeuh prasasti Pasir Datar prasasti Cikajang prasasti Rumatak prasasti Galuh
Wawacan merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang hadir di tanah Sunda kira-kira pertengahan abad ke-17 melalui ulama Islam dan pesantren. Wawacan adalah cerita panjang yang berbentuk dangding (menggunakan aturan pupuh). Pupuh memiliki ikatan berupa guru lagu (ketentuan vokal pada akhir larik), ikatan berupa guru wilangan (ketentuan jumlah suku kata pada tiap larik atau padalisan), ikatan berupa gurugatra (ketentuan jumlah larik pada tiap bait atau pada) dan ikatan berupa karakter pupuh. Pupuh yang berkembang di tatar Sunda sebanyak 17 pupuh, yaitu sinom, durma, maskumambang, kinanti, jurudemung, ladrang, pangikur, pucung, asmarandana, wirangrong, balakbak, gurisa, magatru, lambang, gambuh, dandanggula dan mijil. Isi dari sebuah wawacan pada mulanya adalah tentang lukisan kehidupan dan perkembangan agama Islam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, wawacan juga memuat tentang kebenaran kesaktian dan keagungan keluarga raja serta para kyai. Kesaktian yang dikemukakan d...
Naskah asli Babad Nitik tersimpan di Perpustakaan (Widyabudaya) keraton Yogyakarta. Babad ini ditulis di atas kertas berukuran folio, dengan tinda hitam, berhuruf Jawa dengan bahasa Jawa Bercampur Kawi, digubah dalam bentuk tembang macapat. Penulisnya tidak diketahui, tetapi diterangkan bahwa ditulis atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII. Waktu penulisannya disebutkan dengan Sengkalan “Resi nembah ngesthi tunggal” (1867 Jw/1936 M). Babad Nitik (Sultan Agung) yang seluruhnya terdiri dari tiga puluh lima pupuh tembang itu berisikan pengalaman Sultan Agung sejak masih menjadi putera mahkota, pelantikannya sebagai Sultan dan masa pemerintahannya yang berpusat di keraton Kerto. Diceritakan bahwa sewaktu masih menjadi putera mahkota, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh Jawa, Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan ke dasar laut dan alam kedewataan. Semua perjalanan itu dilaksanakan secara gaib. Seperti kita ketahui pada zaman dahulu...