Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah kuno Jawa Barat sunda
Wawacan Ogin Amarsakti
- 16 April 2016
Wawacan merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang hadir di tanah Sunda kira-kira pertengahan abad ke-17 melalui ulama Islam dan pesantren. Wawacan adalah cerita panjang yang berbentuk dangding (menggunakan aturan pupuh). Pupuh memiliki ikatan berupa guru lagu (ketentuan vokal pada akhir larik), ikatan berupa guru wilangan (ketentuan jumlah suku kata pada tiap larik atau padalisan), ikatan berupa gurugatra (ketentuan jumlah larik pada tiap bait atau pada) dan ikatan berupa karakter pupuh. Pupuh yang berkembang di tatar Sunda sebanyak 17 pupuh, yaitu sinom, durma, maskumambang, kinanti, jurudemung, ladrang, pangikur, pucung, asmarandana, wirangrong, balakbak, gurisa, magatru, lambang, gambuh, dandanggula dan mijil.

Isi dari sebuah wawacan pada mulanya adalah tentang lukisan kehidupan dan perkembangan agama Islam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, wawacan juga memuat tentang kebenaran kesaktian dan keagungan keluarga raja serta para kyai. Kesaktian yang dikemukakan dalam wawacan, misalnya: manusia dapat terbang, manusia berubah menjadi patung, binatang dapat berbicara, atau binatang dapat menjelma menjadi manusia. Selain itu, isi wawacan juga banyak yang berasal dari kesusastraan Jawa, seperti Wawacan Sekartaji dan Wawacan Anglingdarma. Dan, ada pula yang merupakan saduran dari cerita wayang, misalnya Wawacan Batara Kala dan Wawacan Dewaruci.

Lazimnya wawacan ditampilkan melalui media seni belik atau mamaca yang ditembangkan oleh beberapa orang secara bergiliran. Seorang bertindak sebagai pembaca, sementara yang lain berperan sebagai penembang. Pada zaman silam, seni belik dipentaskan sebagai hiburan dalam upacara
khitanan, perkawinan, upacara guar bumi (mulai menggarap tanah), mipit (mulai menuai padi), ngakut (memindahkan padi ke lumbung), dan ngaruat (upacara penolak bala bagi orang tertentu agar terhindar dari malapetaka).

Salah satu dari sekian banyak wawacan yang tersebar di tatar Sunda adalah Ogin Amarsakti. Secara ringkas wawacan ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Raden Amarsakti yang penuh cobaan. Raden Amarsakti adalah putra Raja Mahruf dari istri kedua, Lesmaya Mahadewi. Sejak dilahirkan, Amarsakti telah dibuang ke laut oleh istri Raja Mahruf yang pertama, yaitu Dewi Nurhayati. Di tengah laut Amarsakti ditemukan oleh Raja Antaboga yang bertahta di Kerajaan Malebah. Setelah Amarsakti dewasa, Raja Antaboga membeberkan asal-usul Amarsakti bahwa ia sebenarnya putra Raja Madusari, yakni Raja Mahruf. Selanjutnya Amarsakti menyamar dengan nama Sarah dan berupaya mencari ayah dan ibu kandungnya. Dengan melalui berbagai cobaan, Amarsakti akhirnya dapat mempertemukan kedua orang tuanya. Di samping itu Amarsakti memperoleh istri cantik dan harta warisan dari ayah angkatnya, Raja Antaboga dan Raja Mahruf.

Dari ringkasan cerita dapat diketahui bahwa Wawacan Ogin Amarsakti bertemakan keagamaan yang dititikberatkan pada pelajaran budi pekerti. Perbuatan jahat tidak akan membawa manfaat seperti yang dilakukan oleh Dewi Nurhayati terhadap Dewi Lesmaya. Demikian pula seperti perbuatan yang dilakukan oleh tokoh yang ada pada wawacan ini. Mereka yang berbuat jahat akhirnya mengalami kekalahan.
 

Kesengsaraan menjadikan kemuliaan
Bekas susah jadi gagah
Yang dibuang menjadi membuang
Yang licik malah tidak terbukti
Begitulah terhadap orang yang dengki
Nyi Nurhayat yang keras kepala
Yang membuat sakit hati malah mati (Bait 1329)
 
 
Tampak pada kutipan tersebut bahwa Wawacan Ogin Amarsakti mengikuti konvensi sastra klasik tradisional, yang selalu menyiratkan bahwa kebenaran akan berakhir dengan kebahagiaan dan sebaliknya kejahatan akan berakhir dengan kekalahan.

Dari segi pengaruh, tampak bahwa Wawacan Ogin Amarsakti mengandung unsur Islam, Hindu dan animisme. Pengaruh agama Islam tampak ketika Amarsakti mendapat pelajaran mambaca Quran dari Raja Antaboga.

 
Dalam tempo tiga tahun
Diberi pelajaran kebatinan
Setelah membaca Quran
Diajari berbagai ilmu
Kesaktian lahiriah
Pandai segala ilmu jin (Bait 173)
 

Kalau diperhatikan secara seksama, Amarsakti tidak hanya mendapat pelajaran membaca Quran, tetapi juga mendapat pelajaran kebatinan dan pandai segala ilmu jin. Hal ini menyiratkan bahwa selain unsur Islam ada pengaruh unsur mistik dalam wawacan ini. Bahkan dapat ditemui pula unsur yang berasal dari agama Hindu yang ditandai dengan munculnya Ratu Barahma atau Dewa Barahma seperti terlihat pada kutipan berikut ini.

Atas kehendak Yang Maha Kuasa
Saat api berkobar besar sekali
Datanglah Ratu Barahma
Masuk ke dalam tumpukan api
Berdiri di atas api
Serta berkata,
“Kera, kucing umat gusti
engkai diberi pertolongan dewa
dan oleh Tuhan Pengasih Sayang.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam Wawacan Ogin Amarsakti tampak adanya sinkretisme antara agama Islam, agama Hindu dan kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
 
 
 

Sumber:
Abdurachman dan Ayatrohaedi. 1991. Wawacan Ogin Amarsakti. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1994. Khasanah Budaya Nusantara V. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline