Isi dari sebuah wawacan pada mulanya adalah tentang lukisan kehidupan dan perkembangan agama Islam. Namun dalam perkembangan selanjutnya, wawacan juga memuat tentang kebenaran kesaktian dan keagungan keluarga raja serta para kyai. Kesaktian yang dikemukakan dalam wawacan, misalnya: manusia dapat terbang, manusia berubah menjadi patung, binatang dapat berbicara, atau binatang dapat menjelma menjadi manusia. Selain itu, isi wawacan juga banyak yang berasal dari kesusastraan Jawa, seperti Wawacan Sekartaji dan Wawacan Anglingdarma. Dan, ada pula yang merupakan saduran dari cerita wayang, misalnya Wawacan Batara Kala dan Wawacan Dewaruci.
Lazimnya wawacan ditampilkan melalui media seni belik atau mamaca yang ditembangkan oleh beberapa orang secara bergiliran. Seorang bertindak sebagai pembaca, sementara yang lain berperan sebagai penembang. Pada zaman silam, seni belik dipentaskan sebagai hiburan dalam upacara
Salah satu dari sekian banyak wawacan yang tersebar di tatar Sunda adalah Ogin Amarsakti. Secara ringkas wawacan ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Raden Amarsakti yang penuh cobaan. Raden Amarsakti adalah putra Raja Mahruf dari istri kedua, Lesmaya Mahadewi. Sejak dilahirkan, Amarsakti telah dibuang ke laut oleh istri Raja Mahruf yang pertama, yaitu Dewi Nurhayati. Di tengah laut Amarsakti ditemukan oleh Raja Antaboga yang bertahta di Kerajaan Malebah. Setelah Amarsakti dewasa, Raja Antaboga membeberkan asal-usul Amarsakti bahwa ia sebenarnya putra Raja Madusari, yakni Raja Mahruf. Selanjutnya Amarsakti menyamar dengan nama Sarah dan berupaya mencari ayah dan ibu kandungnya. Dengan melalui berbagai cobaan, Amarsakti akhirnya dapat mempertemukan kedua orang tuanya. Di samping itu Amarsakti memperoleh istri cantik dan harta warisan dari ayah angkatnya, Raja Antaboga dan Raja Mahruf.
Dari ringkasan cerita dapat diketahui bahwa Wawacan Ogin Amarsakti bertemakan keagamaan yang dititikberatkan pada pelajaran budi pekerti. Perbuatan jahat tidak akan membawa manfaat seperti yang dilakukan oleh Dewi Nurhayati terhadap Dewi Lesmaya. Demikian pula seperti perbuatan yang dilakukan oleh tokoh yang ada pada wawacan ini. Mereka yang berbuat jahat akhirnya mengalami kekalahan.
Kesengsaraan menjadikan kemuliaan
Bekas susah jadi gagah
Yang dibuang menjadi membuang
Yang licik malah tidak terbukti
Begitulah terhadap orang yang dengki
Nyi Nurhayat yang keras kepala
Yang membuat sakit hati malah mati (Bait 1329)
Dari segi pengaruh, tampak bahwa Wawacan Ogin Amarsakti mengandung unsur Islam, Hindu dan animisme. Pengaruh agama Islam tampak ketika Amarsakti mendapat pelajaran mambaca Quran dari Raja Antaboga.
Diberi pelajaran kebatinan
Setelah membaca Quran
Diajari berbagai ilmu
Kesaktian lahiriah
Pandai segala ilmu jin (Bait 173)
Kalau diperhatikan secara seksama, Amarsakti tidak hanya mendapat pelajaran membaca Quran, tetapi juga mendapat pelajaran kebatinan dan pandai segala ilmu jin. Hal ini menyiratkan bahwa selain unsur Islam ada pengaruh unsur mistik dalam wawacan ini. Bahkan dapat ditemui pula unsur yang berasal dari agama Hindu yang ditandai dengan munculnya Ratu Barahma atau Dewa Barahma seperti terlihat pada kutipan berikut ini.
Atas kehendak Yang Maha Kuasa
Saat api berkobar besar sekali
Datanglah Ratu Barahma
Masuk ke dalam tumpukan api
Berdiri di atas api
Serta berkata,
“Kera, kucing umat gusti
engkai diberi pertolongan dewa
dan oleh Tuhan Pengasih Sayang.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam Wawacan Ogin Amarsakti tampak adanya sinkretisme antara agama Islam, agama Hindu dan kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
Sumber:
Abdurachman dan Ayatrohaedi. 1991. Wawacan Ogin Amarsakti. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1994. Khasanah Budaya Nusantara V. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.