Raja Empedu adalah seorang raja muda yang memerintah di Negeri Hulu Sungai Nusa, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Suatu ketika, Raja Empedu membantu Raja Pangeran Mas dari Kerajaan Lesung Batu untuk membinasakan Raja Kubang yang terkenal sakti mandraguna. * * * Pada zaman dahulu kala, Kecamatan Rawas Ulu yang merupakan wilayah Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, terbagi ke dalam tiga wilayah pemerintahan yaitu Hulu Sungai Nusa, Lesung Batu, dan Kampung Suku Kubu. Ketiga wilayah tersebut masing-masing diperintah oleh seorang raja. Negeri Hulu Sungai diperintah oleh Raja Empedu yang masih muda dan terkenal dengan keberanian dan kesaktiannya. Rakyatnya hidup aman dan makmur karena pertanian di daerah itu maju dengan pesat. Sementara itu, Negeri Lesung Batu diperintah oleh Pangeran Mas yang terkenal kaya raya dan mempunyai banyak ternak kerbau. Adapun Negeri Kampung Suku Kubu diperintah oleh Raja Kubu yang memiliki kesaktian yang tinggi. Negeri Kampung Kubu dikena...
Awalnya Kabupaten Musi Rawas termasuk dalam wilayah keresidenan Palembang (Tahun 1825-1866). Hal ini diawali oleh jatuhnya Kesultanan Palembang dan Perlawan Benten Jati serta 6 Pasirah dari Pasema Lebar ketangan Pemerintah Belanda. Sejak Itu Belanda mengadakan ekspansi dan meyusun Pemerintahan didaerah ulu Palembang yang berhasil dikuasai. Sistem yang dipakai adalah sistem dekonsentrasi dengan beberapa wilayah binaan (Afdeling). Setiap Afdeling itu dipimpin oleh Asisten Residen yang membawahi Onder Afdeling yang dipimpin oleh Controluer (Kontrolir). Setiap Onder Afdeling juga membawahi Onder Distrik dengan Demang sebagai pimpinannya. Musi Rawas berada pada wilayah Afdeling Palembang Cheboven Landen. Pada Tahun 1907, Onder District Muara Beliti Dan Muara Kelingi diintegrasi dalam suatu onder Afdeling Yaitu : Onder Afdeling Musi Ulu. Tahun 1933 jaringan kereta api Palembang – Lahat – Lubuklinggau (Dibuat Sekitar Tahun 1928-1933) dibuka oleh pemerintah Belanda. Hal...
Kota Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia yang dikenal saat ini memiliki rekam jejak dan sejarah yang panjang. Dalam buku sejarah Kota Ende yang ditulis F.X Soenaryo, dkk di halaman 29 menyebutkan bahwa kata Ende diperkirakan berasal dari kata cindai. Dalam kamus disebutkan cindai adalah nama kain sutera yang berbunga-bunga. Pendapat lain mengatakan kemungkinan Ende berasal dari kata Cinde, yaitu nama sejenis ular sawa. Sawa adalah ular yang agak besar (pyton) di antaranya Sawa Rendem, Sawa Batu dan Sawa Cindai. Jadi ular Sawa Cindai ialah ular yang kulitnya berbunga bunga seperti warna cndai. Menurut cerita yang ada di daerah Kota Jogo, Kinde dan Wewa Ria yaitu wilayah Mautenda di sana banyak ular sawa yang disebut Sawa Lero atau Python reticulatus. Ular ini disamakan dengan Sawa Cindai. Jadi pada awalnya penduduk setempat hanya mengenal Sawa Lero, kemudian orang-orang Melayu dan pendatang dari Goa, Makassar, Bajo, Bima menyebut Sawa Cindai sesuai dengan n...
Kris Muda Indonesia ditanah Mandar Meneruskan titipan leluhur yang masih tersisa
Siapa orang Jambi yang tidak pernah ke Ancol? Pasti rata-rata pernah berkunjung kesana, untuk bersantai menikmati es tebu dan jagung bakar sambil menatap lanskap sungai Batanghari yang memiliki catatan sejarah panjang. Eits, kita tidak sedang membicarakan ancol, salah satu destinasi wisata pantai di teluk Jakarta ya, tapi kita tengah membahas kawasan yang aslinya bernama "Tanggo Rajo", yang terletak disepanjang jalan Raden Pamuk, di depan rumah dinas Gubernur Jambi. Bagaimana sebenarnya asal muasal kawasan ini disebut ancol? Tim IMCNews.ID menghimpun informasi dari warga sekitar kawasan bahwa penamaan ancol mulai ada pada sekitar tahun 1980an. Menurut tokoh pemuda daerah Tanggo Rajo, yang sekaligus pecinta budaya, Fery Nugraha, yang pertama kali menyebut ancol adalah seorang istri pengusaha besar Jambi tahun 80'an. Pengusaha itu bernama Muhammad Arfah, sedangkan nama istrinya ia tidak tahu persis namun sering dipanggil Mami. Mami dan suaminya tinggal di Jal...
Bukan dukun, bukan pula orang, namun mampu membuat orang banyak percaya, dengan benda ini orang dapat mengetahui cita-cita dapat tercapai atau tidaknya. Begitulah mitos yang disematkan kepada Batu Angkek-angkek. Batu ini secara kasat mata lebih mirip logam seperti kuningan atau tembaga, berwarna kuning agak kecoklatan dan di beberapa bagian terlihat mengelupas berwarna hitam. Jika dilihat sekilas, bentuknya mirip dengan punggung kura-kura. Tapi jangan sepelekan bentuknya, sekalipun orang berotot besar, terkadang tak mampu mengangkat batu ini. Banyak orang percaya, jika berhasil mengangkat batu tersebut maka jakat yang bersangkutan bakal terkabul. Percaya atau tidak? Batu Angkek-angkek dalam bahasa Indonesia berarti batu angkat-angkat. Batu Angkek-angkek berada di Nagari Balai Tabuh, Sungayang, Tanah Datar, Batusangkar, Sumatera Barat. Dinamai batu Angkek-angkek karena sejarahnya sejak ditemukan, orang-orang selalu ingin mengangkat batu tersebut. Dari informasi berbagai su...
Legenda Tanduk Alam – Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Tanduk Alam adalah seorang penyebar agama yang berasal dari Palembang. Dia dikenal orang yang bijaksana dan berwawasan luas. Untuk menyebarkan ajaran agama, ia berlayar sampai ke Negeri Banggai, Sulawesi Tengah Di tempat tinggalnya yang baru ini, ia bekerja sebagai ahli emas. Ia membuat bermacam- macam perhiasan emas dan salah satu pelanggannya adalah Adi Cokro, raja Banggai. Selain membuat perhiasan, Tanduk Alam juga mengajarkan agama dan memberikan nasihat kepada rakyat Banggai. Hal itulah yang membuat Baginda Adi Cokro menyukai Tanduk Alam. Menurutnya, Tanduk Alam membuat kehidupan rakyatnya menjadi Iebih balk. Suatu hari, Baginda Adi Cokro kebingungan. Putri kesayangannya hilang. Ia segera mengerahkan empat orang basalo atau pembantunya untuk mencari sang putri. Setelah melakukan pencarian selama beberapa hari, para basalo itu melaporkan bahwa putri telah diculik oleh orang-orang Tobelo. Menurut kabar, putri d...
Zaman Prasejarah Permulaan Generasi Pertama Manusia. Tersebutlah dalam kitab-kitab suci bangsa Timur Tengah bahwa Adam, yang dianggap sebagai manusia pertama dan Nabi pertama, mulai mengembangkan generasinya bersama Siti Hawa, Nenek Moyang Manusia yang ditemukan kembali setelah didamparkan di daerah India dari Surga. Generasi berikutnya mulai melahirkan beberapa kelompok Bangsa. Bangsa Semetik kemudian menurunkan Bangsa Arab dan Israel yang selalu berperang. Kabarnya perpecahan kedua bangsa ini dimulai sejak Nabi Ibrahim. Bangsa Syam yang kemudian dikenal sebagai ras Aryan, menurunkan Bangsa Yunani dan Roma yang menjadi cikal bakal Eropa (Hitler merupakan tokoh ras ini yang ingin memurnikan bangsa Aryan di samping Bangsa Braminik yang chauvinistic dan menjadi penguasa kasta tinggi di agama Hindu), Nordik, Patan, Kaukasian, Slavia, Persia (Iran) dan India Utara (semisal Punjabi, Kashmir dan Gujarat) berkulit putih serta bule-bule lain sebangsanya. Bangsa Negroid menurunkan bang...
Sayoang, daerah pegunungan yang berada dalam wilayah kecamatan Alu kabupaten Polewali Mandar, saat ini menjadi salah satu desa di kecamatan Alu bersama-sama dengan desa Alu, desa Kalumammang, desa Puppuring, desa Mombi dan kelurahan Petoosang. Wilayahnya yang berada jauh dari ibukota kecamatan dan letaknya yang cukup sulit dijangkau membuat Sayoang jarang disebutkan. Warga di desa Sayoang terkenal dengan komoditas penghasil gula aren terbaik di kecamatan Alu. Jika berbicara mengenai Sayoang zaman dahulu kala maka wilayah ini juga cukup terkenal dan berbatasan dengan wilayah kerajaan Alu. Sayoang memiliki Tomakaka, yang biasa disebut “Tomakaka Sayoang”, jauh sebelum munculnya istilah Maraqdia di wilayah Mandar maka sebelumnya dikenal Tomakaka, Tomakaka sendiri adalah orang yang dituakan dan dianggap sebagai pemimpin di wilayah tersebut. Entah mengapa tidak pernah didengar tentang “Maraqdia Sayoang” mungkin ini ada kaitannya dengan penaklukan kerajaan...