Sayoang, daerah pegunungan yang berada dalam wilayah kecamatan Alu kabupaten Polewali Mandar, saat ini menjadi salah satu desa di kecamatan Alu bersama-sama dengan desa Alu, desa Kalumammang, desa Puppuring, desa Mombi dan kelurahan Petoosang. Wilayahnya yang berada jauh dari ibukota kecamatan dan letaknya yang cukup sulit dijangkau membuat Sayoang jarang disebutkan. Warga di desa Sayoang terkenal dengan komoditas penghasil gula aren terbaik di kecamatan Alu.
Jika berbicara mengenai Sayoang zaman dahulu kala maka wilayah ini juga cukup terkenal dan berbatasan dengan wilayah kerajaan Alu. Sayoang memiliki Tomakaka, yang biasa disebut “Tomakaka Sayoang”, jauh sebelum munculnya istilah Maraqdia di wilayah Mandar maka sebelumnya dikenal Tomakaka, Tomakaka sendiri adalah orang yang dituakan dan dianggap sebagai pemimpin di wilayah tersebut. Entah mengapa tidak pernah didengar tentang “Maraqdia Sayoang” mungkin ini ada kaitannya dengan penaklukan kerajaan Alu dan Balanipa pada sayoang saat kedua kerajaan ini dahulu masih berjaya.
Membuka buku Lontarak 1 karya M. T. Azis Syah di halaman 48 maka anda akan menemukan bahwa Sayoang disebutkan dalam lontarak pattodioloang di Mandar. Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Sayoang pernah diserang oleh dua kerajaan yang bersekutu, yaitu kerajaan Balanipa dan kerajaan Alu (tidak dijelaskan tahun berapa peristiwa penyerangan ini terjadi), oleh karena “ I Kaiyyang Palasang” pemimpin Sayoang tidak memiliki kearifan dalam membawahi Sayoang. Ia diketahui memiliki budi pekerti yang tak mencerminkan figur seorang pemimpin masa itu. tidak dijelaskan secara rinci siapa “ I Kaiyyang Palasang” ini, namun besar kemungkinan ia adalah salah satu penerus dari Tomakaka Sayoang.
Dalam lontarak pattodioloang di Mandar disebutkan bahwa “Apa ditingara boi sajoang, siola bomi Alu to Balanipa. Apa masonga-songai I Kaiyyang Palasang, kawatta-wattai tammasselaqlang. Katagga-taggalani. Rumpaq bomi Sajoang, nauwwang bomo litaq di Balanipa: “O ia jangan-jangan manriqba soqnaimo uala annaq ia urunganna naubeio saicco annaq dipandangnganang litaq di Balanipa annaq litaq di Alu. Napelitaq bomi alu Petoqosang ingganna buttu Pundanga, madroro naung di Bungaan” (MT Azis Syah, 1992)
Terjemahan dari kutipan lontarak diatas yaitu “pada waktu sajoang diserang, Alu bersatu dengan Balanipa. karena I Kaiyyang Palasang kasar perangainya suka memerangi tidak pilih bulu, suka memegang perempuan. Sajoang kalah, berkata pula adat di Balanipa: “Rakyatnya kami ambil seluruhnya dan tanahnya saya berikan kami sekedarnya yaitu pada batas negeri Balanipa dengan perbatasan negeri di Alu. Maka menjadilah negeri Petoqosang bagian dari kekuasaan Alu sanpai ke buttu Pundanga lurus ke arah bawah Bungaan” (MT Azis Syah, 1992)
Dari petikan lontaraq pattodioloang di Mandar tersebut motif penyerangan terhadap suatu daerah di wilayah Mandar adalah dipengaruhi oleh sifat dari para pemimpinnya, jika diketahui pemimpinnya tidak memihak pada rakyat atau tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin maka ia kemungkinan akan ditaklukkan. Dan wilayah-wilayah kerajaan di Mandar masih merupakan hal yang penting pada batas-batas wilayah kerajaan yang harus dipertegas, hal ini semakin menjelaskan bahwa kerajaan-kerajaan yang ada di Mandar masing-masing berdiri sendiri di atas kekuasaannya, tidak saling mengklaim wilayah, namun menghormati batas-batas wilayah tersebut. Peranan kerajaan Balanipa yang berstatus sebagai “bapak” di konfederasi kerajaaan “Pitu Baqbana Binanga” pada masa itu cukup strategis dengan persekutuannya dengan kerajaan Alu, satu kerajaan yang tidak termasuk dalam konfederasi kerajaan di pesisir.
Pusat kerajaan Alu dahulu saat ini terdapat di desa Allu, desa yang asri dibalik bukit tinggi dengan jalan setengah beton dan aspal serta beberapa jalan dengan kerikil lepas. Desa Allu berjarak sekitar 10-15 km dari kecamatan Tinambung kabupaten Polewali Mandar. Jika berdasar pada isi lontaraq pattodioloang Mandar wilayah Sayoang dahulu sampai pada Petoqosang, namun setelah penaklukan yang dilakukan oleh Balanipa dan Alu, wilayah ini jatuh ke tangan Alu. Perbatasan ini dijelaskan dari Petoqosang sampai ke wilayah buttu Pundanga, lurus ke arah bawah Bungaan.
Source: http://www.kompadansamandar.or.id/sejarah/429-jejak-sayoang-dalam-lontaraq-pattodioloang-di-mandar.html
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.