Mendengar nama kaum Sodom dan Gomorah tentunya akan teringat mengenai kisah di zaman Nabi Luth mengenai dua kota yang hancur akibat dilaknat Allah SWT. Kedua kota tersebut hancur karena penduduknya kerap melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT seperti mabuk-mabukan, berzina, dan berjudi. Dalam bahasa Ibrani, Sodom berarti terbakar sementara Gomorah adalah terkubur. Memang itu yang terjadi pada kota itu, terbakar dan terkubur. Ternyata kisah nyata mengenai kota atau daerah yang hancur akibat penduduknya kerap berbuat maksiat juga terdapat di Kabupaten Banjarnegara. Daerah yang hilang akibat bencana tanah longsor yaitu Dusun Legetang yang terletak di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jateng. Masyarakat di sekitar memperoleh cerita mengenai kisah tragis hilangnya Dusun Lagetang secara turun-temurun dari kakek-nenek maupun orangtuanya. Diceritakan Dusun Lagetang tersebut hilang akibat tertimbun long...
Konon pada saat akhir runtuhnya kejayaan Majapahit yang di serang oleh Raden Patah dari Demak, Pangeran Samudra dan ibunya ikut ke Demak. Selama tinggal di Demak, Pangeran Samudra belajar ilmu agama Islam dengan bantuan dari Sunan Kalijaga. Setelah dirasa cukup, pangeran Samudra diminta untuk menimba ilmu agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur di lereng Gunung Lawu. Sekian lama menimba ilmu dan dirasa cukup, akhirnya Pangeran Samudra berniat pulang kembali ke Demak. Dalam perjalanan pulang mereka melewati Desa Gondang Jenalas (sekarang wilayah Gemolong) niatnya hanya berhenti sejenak untuk beristirahat. Namun akhirnya Pangeran Samudra tinggal lebih lama lagi untuk mensyiarkan agama Islam di desa tersebut. Setelah dirasa cukup, perjalanan di lanjutkan kembali, namun dalam perjalanan tersebut, Pangeran Samudra jatuh sakit. Karena tak kuat menahan sakit akhirnya berhenti di Dukuh Doyong (sekarang wilayah Kecamatan Miri) dan akhirny...
Kisah ini menceritakan tentang perjuangan Raden Banyak Catra, putra Prabu Siliwangi Raja Pajajaran. Dikisahkan saat itu Raden Banyak Catra dipersiapkan untuk menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja. Namun syarat untuk menjadi raja, Raden Banyak Catra harus memiliki istri terlebih dahulu. Akhirnya Raden Banyak catra pergi mengembara untuk mencari pendamping hidup. Raden Banyak Catra menyamar sebagai rakyat jelata dan berganti nama menjadi Kamandaka. Kamandaka pergi ke Pasir Luhur, sebuah Kadipaten yang dipimpin oleh Adipati Kandhadhaha. Kedatanannya ke Pasirluhur adalah untuk menemui Dewi Ciptarasa, putri bungsu sang Adipati. Singkat cerita kemudian Kamandaka di angkat sebagai anak oleh Reksanata, Patih Pasir Luhur. Hasrat Raden Kamandaka untuk melihat wajah Putri Dewi Ciptarasa dapat terkabul ketika Adipati Kandhadhaha mengadakan hiburan dengan mengadakan penangkapan ikan di sungai secara beramai-ramai. Pertemuan Raden Kamandaka dengan Dewi Ci...
Alkisah, pada zaman dahulu ada seorang pemuda tampan bernama Suta. Untuk menghidupi dirinya, Suta bekerja sebagai seorang kacung di Kadipaten Kutaliman, Banyumas, Jawa Tengah. Tugasnya adalah merawat sekaligus membersihkan kandang kuda milik Adipati Kutaliman. Oleh karena dia adalah seorang baik dan jujur, maka selama bekerja tidak pernah mendapatkan masalah yang berarti. Suatu ketika, selepas bekerja mengurus kuda-kuda milik Adipati Kutaliman, Suta memutuskan berkeliling kadipaten mencari suasana baru. Namun karena wilayah kadipaten sangatlah luas, maka dia hanya dapat mencapai satu lokasi saja. Keesokan harinya diulangi lagi perjalanan menuju ke lokasi lain. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh wilayah Kadipaten Kutaliman berhasil didatangi. Pada perjalanannya yang terakhir, dia mendengar suara jeritan seorang perempuan. Ketika didatangi, tampaklah olehnya ada seekor ular sangat besar yang sedang membuka mulut lebar-lebar dan siap memangsa seorang...
Di tahun 1708 seorang lelaki priyayi bertapa di Wanasepi, perbukitan angker yang kini jadi bagian wilayah Desa Binangun, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas. Saat itu, matahari mulai tenggelam di sebelah barat. Kanvas langit berwarna keemasan, terlihat suatu garis cahaya tak biasa tegak lurus menyentuh daratan menembus rindang hutan belantara. Pertapa itu memahaminya sebagai wangsit, lantas ia berjalan bertelanjang kaki menuju titik garis cahaya itu. Pertapa berdarah biru itu bernama Raden Malik Gandakusuma yang kelak tersohor sebagai Yudanegara II Bupati Banyumas ke-7. Ia dirundung resah, wilayah Banyumas tengah mengalami kisruh politik. Menenangkan batin di Wanasepi ia mencari petunjuk spiritual, cara mengatasi kekisruhan yang telah membawa dampak kesengsaraan rakyat. "Raden Gandakusuma meneruskan perjalanan menuju hutan. Sampai kemudian ia sampai di mata air berwarna keemasan sebab pantulan cahaya senja," kata Juru Pelihara Sendang Mas, Triyono Indra W (37) pada Me...
Kerajaan Pasir Luhur / Kadipaten Pasir Luhur dinyatakan sebagai kerajaan Galuh yang merdeka karena tidak dibawah kekuasaan kerajaan lain baik Sunda (Pajajaran) maupun Majapahit. Pasir luhur dan Pajajaran terdapat hubungan kekerabatan, Pasir Luhur berada di posisi lebih tua dibandingkan dengan Pajajaran. Sejarah mengenai Babad Pasir Luhur dan Silsilanya ada 21 Versi Babad Pasir yang masih bertahan namun banyak teks Babad Pasir Luhur yang hilang, rusak atau tidak lolos seleksi alam karena tidak terpelihara dengan baik, tidak mendapat tanggapan pembaca, dan tidak disalin ulang. Pelacakan kembali terhadap teks-teks Babad Pasir Luhur dari berbagai scriptoria akan menambah khasanah karya-karya historiografi tradisional dari masyarakat Banyumas. Versi Tembang Versi Kedua adalah Versi Hardjana (1985) yang diterbitkan oleh Balai Pustaka Dan versi-versi lainnya. Versi Gancaran atau Prosa meliputi empat Versi, yaitu (1) Versi Kedhungrandhu, dengan judul Babad Pasir...
Cerita ini adalah versil lain dari Lutung Kasarung yang banyak didengar di daerah Sunda. Cerita Lutung Kasarung ini merupakan cerita versi Pasir Luhur. Tidaklah penting mana yang benar antara kedua versi tersebut, yang jelas, cerita-cerita ini untuk menghibur dan dipetik pelajarannya. Di Jawa Barat pada jaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan Hindu yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor. Kerajaan itu adalah Kerajaan “Pajajaran”, pada saat itu raja yang memerintah yaitu Prabu Siliwangi. Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya. Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri dari dua Permaisuri, dari permaisuri yang pertama mempunyai dua orang putra, yaitu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar masih kecil ibunya telah meninggal. Maka Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuuda...
Kawanan monyet hidup harmonis di kawasan pemukiman warga di Banyumas. Di balik itu, ada legenda monyet di sana merupakan jelmaan santri nakal dari Kyai Saka. "Legenda dulu santri (dari) Kiai Saka Tunggal kategori nakal. Emosi Kiai akhirnya mengutuk satri menjadi monyet, seperti tipikal monyet yang susah diatur, sering mengganggu, dan suka mencuri," ujar Imam Masjid Saka Tunggal, Sulam (48) Banyumas saat berbincang dengan detikcom, Senin (7/8/2017). Masjid itu terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah. Banyak kawanan monyet yang setiap hari mendatangi lokasi masjid dan rumah warga di dekatnya. Dia menjelaskan, selama ini masyarakat di sekitar Masjid Saka Tunggal memang hidup berdampingan dengan monyet tanpa ada masalah. Sebab masyarakat memaklumi akan adanya tabiat monyet di sana. Di tempat itu, kata Sulam, ada sekitar 500 monyet yang membetuk koloni-koloni baru di hutan pinus dan menyebar sekitar...
Jika India punya kamasutra , Banyumas punya Cipendok sebagai kisah tentang seksualitas. "Curug Cipendok dalam mitologinya juga bercerita tentang seksualitas, sebuah simbol," kata Titut Edy Purwanto, seniman dan pengelola wisata Karang Panginyongan, saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu, 25 Maret 2017. Cipendok yang berasal dari frasa pendok berarti kerangka keris. Ia adalah perlambang alat kelamin perempuan. Seperti halnya dengan lingga yoni yang merupakan pertanda persetubuhan antara perempuan dan laki-laki, Titut menerangkan kisah percintaan lahirnya Curug Cipendok juga mengenai percintaan dua anak manusia dengan bumbu seksualitasnya. "Boleh dibilang inilah kamasutra nya Banyumas," ujar dia. Ia menambahkan, kisah itu memang tidak tertulis dalam babad atau peninggalan sejarah yang tertulis. Kisah tentang percintaan itu tumbuh dalam mitos verbal yang tumbuh dalam budaya tutur. Kisah yang dikenal romantis, puitis, dan penuh dengan imajinas...