Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Candi Jawa Timur Banjarnegara
Dusun Sodom Gomorah
- 12 Juli 2018

Mendengar nama kaum Sodom dan Gomorah tentunya akan teringat mengenai kisah di zaman Nabi Luth mengenai dua kota yang hancur akibat dilaknat Allah SWT. Kedua kota tersebut hancur karena penduduknya kerap melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT seperti mabuk-mabukan, berzina, dan berjudi. 

Dalam bahasa Ibrani, Sodom berarti terbakar sementara Gomorah adalah terkubur. Memang itu yang terjadi pada kota itu, terbakar dan terkubur. 

Ternyata kisah nyata mengenai kota atau daerah yang hancur akibat penduduknya kerap berbuat maksiat juga terdapat di Kabupaten Banjarnegara. 

Daerah yang hilang akibat bencana tanah longsor yaitu Dusun Legetang yang terletak di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jateng.

Masyarakat di sekitar memperoleh cerita mengenai kisah tragis hilangnya Dusun Lagetang secara turun-temurun dari kakek-nenek maupun orangtuanya. 

Diceritakan Dusun Lagetang tersebut hilang akibat tertimbun longsor secara tiba-tiba yang terjadi pada 16 April 1955.

Cerita tersebut sampai sekarang masih terdengar di masyarakat sekitar. Bahkan, untuk mencari bekas Dusun Legetang yang hilang dalam waktu semalam sangat mudah.

Jika anda dari Wonosobo, perjalanan menuju Dieng berbatasan Wonosobo dengan Banjarnegara hanya ditempuh dalam waktu satu jam, kalau menggunakan sepeda motor dan tidak terjebak kemacetan. 

Sepanjang perjalanan dari Kota Wonosobo sampai kawasan Dieng, Banjarnegara, akan menemui pemandangan alam yang nan asri. 

Meski melewati jalan berkelok-kelok maupun tebing yang curam, namun rasa penasaran terbayarkan karena disuguhi suasana pemandangan alam pegunungan dan pemandangan lahan pertanian sayur-mayur kanan maupun kiri jalan yang subur.

Tak terasa, saat memasuki kawasan tersebut terlebih pagi hari dingin begitu menggigit, sehingga jaket tidak pernah ditanggalkan. 

Untuk menuju ke Dusun Legetang yang hilang pada 1955 tersebut, bisa bertanya dengan tukang ojek yang mangkal di kawasan Dieng, Wonosobo. Mereka mengetahui rute menuju Dusun Legetang, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, itu.

Mantan Kepala Dusun (Kadus) Pesantren, Yahya (60) warga Kasiran RT 04 RW 01, Desa Pekasiran, mengatakan, dulunya warga Dusun Legetang, keadaan ekonominya makmur dari hasil pertanian. Namun, mereka kebanyakan warganya, melakukan perjudian, perselingkuhan dan minim dengan agama.

views: 551.926

“Sebelum kejadian itu, warga telah tahu kalau Gunung Pengamun-amun retak, kemudian mereka membuat lubang besar dengan lebar 25 meter dan panjang 50 meter. Harapannya kalau terjadi longsor, masuk di lubang yang dibuat,” ujar Yahya memperoleh cerita dari almarhum ayahnya, Ahmad Yusuf, mantan Kadus, juga.

Sesekali sambil menyeruput kopi panas untuk menghangatkan badan karena hujan dan dingin itu, Yahya melanjutkan ceritanya, dari peristiwa tersebut hanya satu orang yang selamat. 

Orang yang selamat tersebut istri tertua dari bau (kepala dusun) Legetang Rana, yang asli Karangtengah. “Bu Rana, hanyut bersama kursinya,” ujar Yahya, sambil menghisap rokok lintingan klembak menyan sebagaimana kehidupan warga setempat.

Sementara itu, menurut H Mad Toyib (72) warga Kepakisan RT 02 RW 02, Desa Kepakisan, tanah longsor tersebut terjadi pada malam hari di pertengahan April 1955. 

Ketika itu, Indonesia baru merdeka menginjak usia 10 tahun sehingga kebanyakan terjadi kekurangan ekonomi, istilahnya terjadi Sensus (adol seng dienggo ngisi usus). 

Namun di Dusun Legetang, subur makmur dalam soal makanan. Namun, tiba-tiba pada pukul 23.00 WIB, terjadi longsor di Pegunungan Pengamun-amun di sisi barat dusun dan menutup Dusun Legetang. 

“Kejadian itu diluar dugaan warga karena longsoran melompati dan nyurung pekarangan Dusun Legetang,” tutur Toyib, yang saat kejadian berusia 11 tahun.

Diakui Toyib, jauh sebelum kejadian longsor tersebut dia pernah main sendiri ke dusun yang masih tetangga desa tersebut. 

Ketika itu, pernah main ke rumah saudaranya, almarhum Ahmad Nasir. Dalam kejadian tersebut, kelima saudaranya ikut hilang dan jasadnya tidak ditemukan karena terkubur longsoran. 

Ceritanya masyarakat setempat ada yang molimo khusus madon (main wanita) dan main (judi). “Kalau minum kan katanya, arak. Kalau arak, orang nggak kuat beli saat itu,” tuturnya.

Diceritakan Toyib, kehidupan warga Dusun Legetang saat itu, agamanya nol, kemudian akhlaknya bukan Islam. Hal tersebut karena Indonesia baru saja merdeka. 

Warga Dusun Legetang dulunya adalah para petani sukses dan makmur secara ekonomi. Sehingga warga disana tidak kekurangan secara ekonomi karena panen yang melimpah.

Bahkan jika di daerah lain gagal panen namun tidak demikiannya di Dusun Legetang karena panen melimpah dengan kualitas yang baik dibanding daerah lain.
 
Namun hal tersebut tidak menjadikan warganya bersyukur atas nikmat Allah. Sehingga banyak warga yang tenggelam dalam berbagai kemaksiatan. 

Berdasarkan cerita setiap malam warga dusun tersebut mengadakan tarian erotis yang dibawakan para penari perempuan sehingga berujung kepada perzinahan. 

Sehingga pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. 

Namun saat tengah malam hujan reda lalu tiba-tiba terdengar suara seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. 

Pagi harinya masyarakat di sekitar dukuh atau Dusun Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah dan belahannya itu menimbun Dusun Legetang. 

Dusun Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. 

Seluruh penduduknya tewas. Gegerlah kawasan Dieng. Seandainya Gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa di bawahnya. Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung. 

Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. 
 
Sumber: https://daerah.sindonews.com/read/1086458/29/kisah-dusun-sodom-gomorah-di-banjarnegara-yang-dilaknat-tuhan-bagian-1-1455806276/26

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline