Kertosono adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini terletak di bagian paling timur Kabupaten Nganjuk, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri. Kertosono terletak di persimpangan jalur utama Surabaya - Yogyakarta dsk, dan jalur menuju Kediri, Blitar, Tulungagung Trenggalek. Pusat kota Kertosono berjarak kira-kira 19 km dari kota Jombang, 23 km dari Nganjuk, dan 23 km dari Kediri. Perlu untuk diketahui bahwa kuliner khas Kertosono adalah nasi campur (Dikenal sebagai Sego tumpang dan pecel ) informasi selengkapnya tentang kuliner ini silakan simak artikel terkait nasi tumpang pecel . Sejarah Kertosono Konon dahulu kala nama Kertosono diambil dari seorang nama pahlawan yang berasal dari daerah Kuncen Kecamatan Patianrowo. Dulu hidup seseorang yang bernama Kertosono atau biasa di panggil Mbah Kerto, Beliau adalah seorang pembabat hutan yang menjadi wilayah Kertosono sekarang....
Dahulu, sekitar awal abad ke-15, di mana Kerajaan Majapahit berpusat di Kediri di bawah kepemimpinan Raja Bhre Wijaya atau dikenal dengan sebutan Brawijaya. Bersamaan dengan kejayaan Raja Brawijaya itu, di sebuah desa kecil di lereng Gunung Kelud hiduplah seorang perempuan bernama Nyai Anjarini. Perempuan yang memiliki paras cantik itu hidup bersama seorang putranya yang terlahir dengan segala kesempurnaan, baik fisik dan jiwanya. Konon, anak itu tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan ganteng, bernama Jaka Papak. Hanya saja, Papak terlahir tanpa kehadiran seorang ayah, pasalnya Nyai Anjarini saat menggandung Jaka Papak sudah ditinggalkan oleh ayahnya. Tidak mengherankan karena ketampanan Jaka Papak membuat hati Nyai Anjarini serba kuatir atas keselamatan putranya. "Anakku, jangan pergi jauh-jauh, di luar sana udaranya dingin, nanti bisa jatuh sakit," tutur ibunya setiap kali Papak hendak bermain bersama teman-teman sepermainannya. "Iya ibu, Papak hanya bermain di bawah pohon mang...
Pada jaman dahulu ada seorang perantau yang mempunyai putri dan telah membuka lahan untuk tempat tinggal merreka. Setelah beberapa tahun, putrinya telah menginjak dewasa. Dan diapun bertemu dengan seorang orang lelaki dari desa lain yang sekarang bernama (Desa Jati Rejo). Akhirnya keduanya saling mengenal dan saling jatuh cinta. Setelah lama mereka menjalin hubungan (asmara). Dan akhirnya kedua orang tua mereka tau, bahwa mereka sedang menjalin hubungan. Tapi kedua orang tua mereka tidak merestuai. Setelah itu mereka berdua bersumpah bahwa mereka tidak akan menikah sampai mati. Setelah mereka bersumpah. Akhirnya, yang perempuan menjadi LANJAR dan yang laki-laki menjadi WADAT. Waktu terus berlalau gadis itu sering saki-sakitan. Pada akhirnya, dia duduk di bawah pohon LO dan menggantungkan tempat minum yang terbuat almunium yang bernama (CERET). Akhir dari cerita. Gadis itu bersumpah dalam hati “kalau saya meninggal, desa ini kunamai desa LOCERET”.&nbs...
Dalam literatur klasik Jawa, Gunung Wilis atau Gunung Pawinihan memiliki peran penting dalam sejarah terciptanya manusia. Penggambaran kisah penciptaan manusia bersumber dari Jagad Gumelar – Manusia Tercipta yang di tulis oleh Agung Bimo Sutejo dan Timmy Hartadi , inilah kisahnya : Adalah Sang Hyang Batara Brama yang pertama kali menciptakan manusia, diambil dari tanah dan dibuat dengan kepalan tangannya, karena Sang Hyang Batara Brama adalah Dewa Api maka wujud manusia yang dibuat terlalu gosong, makanya kemudian disebut dengan Bangsa Keling. Proses penciptaan manusia pertama itu terjadi di daratan Jawa di Gunung Bromo, dan manusia yang diciptakan saat itu suhunya sangat panas untuk tinggal di dataran rendah sehingga mereka hanya dapat hidup di ketinggian yang suhunya lebih dingin. Kemudian Sang Hyang Batara Wisnu juga menciptakan manusia dan terwujudlah sosok manusia yang lebih baik dan sempurna [seperti manusia sekarang ini], kejadian itu masih di...
Diperkirakan pada masa berkembang kerajaan Mataram Islam, pada waktu itu di kawasan Kediri terdapat seorang perampok yang sangat ditakuti oleh masyarakat di kawasan itu karena kesaktian dan kejadugannya. Dia lalu dikenal dengan sebutan Maling Gendiri. Dikisahkan oleh KH Mujaddad Faqihudin, seorang kiai pengasuh pesantren dari Warujayeng Nganjuk, bahwa Maling Gendiri tersebut dikenal sebagai orang yang sakti dan jaduk di kawasan Kediri karena dia mempunyai ilmu "bancoono". Tidak ada satu pendekar dan jawara pun yang dapat mengalahkannya. Kesaktian dan kejadugan yang superior tersebut membuatnya berbuat semena-mena dan meresahkan masyarakat. Harta benda masyarakat menjadi tidak aman. Pada suatu malam maling ini merampok berbagai perhiasan yang kemudian ia dikejar-kejar oleh lusinan aparat pemerintahan Hindia Belanda. Tapi berkat ilmu bancolononya, petugas keamanan Belanda berhasil dikelabuinya, Maling Gendiri berhasil lolos, padahal waktu it...
Ngawi berasal dari kata “AWI” yang artinya bambu yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “Ng” menjadi “NGAWI” . Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Demikian pula halnya dengan ngawi yang berasal dari “awi” menunjukkan suatu tempat yaitu sekitar pinggir ”Bengawan Solo” dan ”Bengawan Madiun” yang banyak tumbuh pohon “awi”. Tumbuhan “awi” atau “bambu” mempunyai arti yang sangat bernilai, yaitu : 1. Dalam kehidupan sehari-hari Bambu bagi masyarakat desa mempunyai peranan penting apalagi dalam masa pembangunan ini. 2. Dalam Agama Budha , hutan bambu merupakan tempat suci : - Raja Ajatasatru setelah memeluk agama Budha, ia menghadiahkan sebuah ” hutan yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan bambu” kepada sang Budha Gautama. - Candi Ngawen dan Ca...
Kabupaten Ngawi adalah sebuah kabupaten di bagian barat Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kata Ngawi berasal dari kata awi, bahasa sansekerta yang berarti bambu, konon pada zaman dahulu di ilayah Ngawi banyak terdapat pohon bambu. Gunung Liliran merupakan salah satu objek wisata alam dan spiritual yang berada di kabupaten Ngawi. Gunung Liliran memiliki latar belakang alam pegunungan yang sangat indah. Sejauh jangkauan pandang akan nampak hamparan sawah hijau dan sungai yang meliuk kearah utara menuju Bengawan Solo. Selain alamnya yang menarik, telah menjadi ritual bahwa tiap tanggal 1 Muharram (1 Syuro, menurut penanggalan Jawa) tempat ini banyak dikunjungi oleh orang yang ingin berziarah atau bersemadi di gua. Biasanya pada bulan Muharam para peziarah datang ke puncak bukit pada siang dan malam hari. Sebagian dari mereka bersemadi di beberapa gua atau berziarah ke Makam Joko Budug. Legenda Joko Budug sangat...
Legenda Sendang Tawun Ngawi Jatim (Duk Beji) By rico | Jun 23, 2014, Published In Featured , Kabupaten Ngawi , News | 0 comments (Legenda Sendang Tawun Ngawi Jatim (Duk Beji) ) Taman wisata pemandian Tawun, terletak di Desa Tawun Kec. Kasreman Kab. Ngawi sekitar 7 Km dari pusat kota kearah timur, yang sebagian besar penduduknya adalah Petani dengan jumlah 10 Dusun, antara lain Dsn Tawun 1 sampai 4, kemudian Mencon, Beton, Bugel, Konten, Pucang dan terakhir Dusun “Dari”. Kisah berawal pada abad 15. Konon Ki Ageng Tawun (biasa juga di sebut Ki Ageng Mentaun) menemukan Sendang ( Mata Air) yang kemudian diberi nama Sendang Tawun dan Ki Ageng Tawun kemudian menetap disana dan dikaruniai 2 orang anak yaitu Raden Lodrojoyo dan Raden Hascaryo. Sementara kedua putranya mempunyai kegemaran yang berbeda. Raden Lodrojoyo lebih suka bertani. Sedang Raden Hascaryo lebih condong be...
Desa Sirigan merupakan salah satu desa di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur yang terdiri dari 3 (tiga) Dusun/Rukun Warga (RW) dan 18 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan kisah-kisah yang diceritakan oleh sesepuh desa, Desa Sirigan ini terdiri dari Dusun Sirigan dan Dusun Melok.Dalam perkembangannya, Dusun Melok dibagi menjadi dua, yaitu Dusun Melok Kulon dan Dusun Melok Wetan. Ketiga dusun tersebut memiliki legendanya masing-masingberdasarkan kejadian awal dalam pemberian nama tersebut. Beberapa sumber menceritakan bahwa Putri Sukawati adalah putri dari Raden Adipati Kartanegara, yaitu Bupati Ngawi ketiga yang menjadi pemimpin Ngawi dari tahun 1834-1837 yang sekarang dimakamkan di Sine. Sedangkan Panembahan Jimbun berasal dari Kerajaan Kartasura. Putri Sukawati melakukan perjalanan ke arah timur karena dikejar-kejar oleh Panembahan Jimbun yang jatuh cinta (gandrung-jawa) kepada Putri Sukawati. Sumber lain menceritakan bahwa legenda Desa Sirigandimulai dari kisah cinta...