Kabupaten Simalungun adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Suku Batak Simalungun merupakan penduduk asli dari kabupaten ini. Bupatinya saat ini adalah Dr. Jopinus Ramli Saragih, S.H , M.M yang sedang bertugas untuk masa bakti 2010–2015 sedangkan Wakil Bupatinya adalah Hj. Nuriaty Damanik, S.H. Ibu kota kabupaten telah resmi berpindah ke Raya pada tanggal 23 Juni 2008 dari Kota Pematangsiantar yang telah menjadi daerah otonom, setelah tertunda selama beberapa waktu. Lambang Kabupaten Simalungun: Lambang berbentuk perisai terbagi lima petak dengan dasar lambang hijau lahan. Bagian atas lambang digambarkan hiou Suri-suri dengan warna hitam yang bersuat (bersifat) putih dan pada hiou Suri-suri tertulis nama "Simalungun" dengan warna putih. Pada petak tengah dengan latar belakang warna kuning emas terdapat gambar rumah balai adat dengan susunan galang 10, 7 anak tangga, jerjak 8 sebelah, tiang 4, sudut...
Pohon Enau dalam bahasa Indonesia disebut pohon aren, dan sugar palm atau gomuti palm dalam bahasa Inggris. Di Sumatera, tumbuhan ini dikenal dengan berbagai sebutan, di antaranya nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk, dan bagot. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik dan mampu mendatangkan hasil yang melimpah pada daerah-daerah yang tanahnya subur, terutama pada daerah berketinggian antara 500-800 meter di atas permukaan laut, misalnya di Tanah Karo Sumatera Utara. Tumbuhan enau atau aren dapat menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman serba-guna, setelah tumbuhan kelapa. Salah satunya adalah tuak (nira). Selain sebagai minuman sehari-hari, tuak memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan sosial-budaya bagi sebagian masyarakat Batak di Sumatera Utara, terutama yang tinggal di daerah dataran tinggi. Dalam tradisi orang Batak, tuak juga digunakan pada upacara-upacara tertentu, seperti upacara...
Pada dahulu kala di daerah Silahan, Kecamatan Lintong Ni Huta, Kabupaten Tapanuli Utara, hiduplah sepasang suami-istri yang memiliki dua orang anak laki-laki. Yang sulung bernama DATU DALU , sedangkan yang bungsu bernama SANG MAIMA . Ayah mereka adalah seorang ahli pengobatan dan jago silat. Sang Ayah ingin kedua anaknya itu mewarisi keahlian yang dimilikinya. Oleh karena itu, ia sangat tekun mengajari mereka cara meramu obat dan bermain silat sejak masih kecil, hingga akhirnya mereka tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan pandai mengobati berbagai macam penyakit. Pada suatu hari, ayah dan ibu mereka pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan obat-obatan. Akan tetapi saat hari sudah menjelang sore, sepasang suami-istri itu belum juga kembali. Akhirnya, Datu Dalu dan adiknya memutuskan untuk mencari kedua orang tua mereka. Sesampainya di hutan, mereka menemukan kedua orang tua mereka telah tewas diterkam harimau. Dengan sekuat tenaga, k...
Konon, di daerah Sumatera Utara berdiri sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Purnama. Kerajaan itu dipimpin oleh Raja Indra Sakti yang adil dan bijaksana. Seluruh rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Pada zaman itu, di salah satu desa terpencil yang menjadi wilayah kerajaan Purnama, hiduplah sepasang suami istri dengan seorang putra yang sudah remaja bernama Kelana Sakti. Kelana Sakti adalah anak yang baik hati dan rajin. Setiap hari dia membantu ayah dan ibunya bekerja di sawah dan di kebun. Karena semua anggota keluarga itu rajin bekerja, maka kebutuhan hidup mereka tercukupi. Kehidupan mereka pun sangat tenteram. Suatu hari, tersebar kabar bahwa Raja Indra Sakti sakit keras. Banyak sudah tabib yang didatangkan dari berbagai negeri. Namun, sang Raja masih juga terbaring lemah. Permaisuri dan kerabat raja sudah pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hari terus berjalan. Kesehatan sang Raja semakin memburuk. Sepertinya sang Raja mempunyai firasat ya...
Diceritakan, di Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, berdiri sebuah negeri yang di pimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Saat itu, penduduk negeri itu belum mengenal tanaman padi . Makanan pokok mereka adalah buah kayu (Buah Kayu = Ubi Singkong) yang banyak terdapat di sekitar mereka. Meski hanya menggantungkan hidup pada buah kayu tersebut mereka dapat hidup makmur dan sejahtera. Suatu ketika, kemarau panjang melanda negeri tersebut sehingga pepohonan yang baru saja mul ai berbuah menjadi layu. Malapetaka itu pun menyebabkan seluruh penduduk negeri menderita kelaparan. Tubuh mereka tampak lemah dan kurus karena kekurangan makanan. Di antara penduduk tersebut tampak seorang anak laki-laki yang sudah yatim bernama Si Beru Dayang sedang menangis di pangkuan ibunya. Tubuh bocah itu kurus kering dan wajahnya sangat pucat. Bocah itu kemudian merengek-rengek minta makan kepada ibunya. “Ibu, ak...
Pada zaman dahulu, di tanah Karo, Sumatera Utara, terdapat sebuah negeri yang mengalami kemarau panjang. Di sana, hiduplah Beru Dayang, seorang anak laki-laki yang sudah yatim yang sedang menangis di pangkuan ibunya, meminta makan. Ibunya sedih dan cemas tetapi dia juga tidak bisa melakukan apa pun selain menatap anaknya dengan sedih. Alhasil, semakin lama tubuh si Beru Dayang semakin lemah dan lemas dan pada akhirnya dia meninggal. Setelah anak satu-satunya itu pergi, ibunya pun menjadi tambah sedih dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai yang deras dan dalam. Namun, tak seorang penduduk pun yang tahu dengan kejadian itu. Beberapa bulan berlalu dan musim kemarau belum juga berakhir. Di tengah tanah yang kering di negeri itu, ada dua anak yang sedang menggaruk-garuk tanah mencari umbi-umbian. Tiba-tiba, salah satu dari anak itu menemukan buah sebesar buah labu. Akhirnya, kedua anak itu membawa buah tersebut untuk diperlihatkan kepada orang tua mereka. Te...
Alkisah masyarakat batak diturunkan oleh Sang Raja Batak (yang tidak diketahui asalnya). Raja Batak ini mempunyai anak, yang menurunkan marga Simanjuntak dan salah satunya bernama Tuan Somanimbil. Tuan Somanimbil mempunyai 3 orang anak: Somba Debata Siahaan, Raja Marsundung Simanjuntak, dan Tuan Maruji Hutagaol. Raja Marsundung inilah yang nantinya menurunkan marga Simanjuntak. Raja Marsundung Simanjuntak (selanjutnya disebut Simanjuntak saja) menikah dengan seorang wanita bermarga Hasibuan (boru Hasibuan) dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Raja Parsuratan dan seorang anak perempuan bernama Sipareme.Di kampung itu,Simanjuntak dikenal sebagai orang kaya yang mempunyai tanah yang luas dan seekor kerbau sehingga dijuluki Simanjuntak Parhorbo. Singkat cerita, suatu saat istrinya, yaitu Boru Hasibuan meninggal dunia dan Simanjuntak menjadi seorang duda. Atas saran keluarga, Simanjuntak mencari istri lagi dan akhirnya menikah dengan Boru Sihotang, walaupun anak laki-lakinya,...
Alkisah masyarakat batak diturunkan oleh Sang Raja Batak (yang tidak diketahui asal muasalnya). Raja Batak ini mempunyai anak, yang menurunkan marga Simanjuntak dan salah satunya bernama Tuan Somanimbil. Tuan Somanimbil mempunyai 3 orang anak: Somba Debata Siahaan, Raja Marsundung Simanjuntak, dan Tuan Maruji Hutagaol. Raja Marsundung inilah yang nantinya menurunkan marga Simanjuntak. Raja Marsundung Simanjuntak (selanjutnya disebut Simanjuntak saja) menikah dengan seorang wanita bermarga Hasibuan (boru Hasibuan) dan memiliki seorang anak laki2 bernama Raja Parsuratan dan seorang anak perempuan bernama Sipareme Di kampung itu Simanjuntak dikenal sebagai orang kaya yang mempunyai tanah yang luas dan seekor kerbau sehingga dijuluki Simanjuntak Parhorbo. Singkat cerita, suatu saat istrinya, yaitu Boru Hasibuan meninggal dunia dan Simanjuntak menjadi seorang duda. Atas saran keluarga, Simanjuntak mencari istri lagi dan akhirnya menikah dengan Boru Sihotang, walaupun anak laki-lakiny...
Suku Siladang, atau yang disebut juga sebagai Batak Siladang, adalah suku yang menempati kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Perkampungan suku ini terletak di desa Sipagapaga, kecamatan Panyabungan. Populasinya melebihi 2000 orang. Suku ini merupakan suku pendatang, yang pada awalnya diperkirakan menempati daerah Sibinail. Suku ini juga diduga berupa hasil percampuran dua suku, Ulu dan Lubu. Mereka dulunya untuk beberapa abad tinggal di muara Sipongi. Agama yang dianut adalah Hindu yang beraliran animisme. Pekerjaan masyarakat suku Ulu adalah berburu dan bertani, yang hasilnya akan dibarter dengan hasil pertanian suku Lubu. Pada akhir abad ke-19, terjadi perang Padri yang mengakibatkan kedua suku tersebut berpindah tempat tinggal ke hutan-hutan Sumatera, sebelum akhirnya mereka menetap di Mandailing Natal; sekarang dinamakan Dusun SIladang. Di daerah baru itu, mereka berbaur dengan suku Batak Mandailing, yang sebelumnya sudah menetap terlebih dahulu, sehingga dihasil...