×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sumatera Utara

Asal Daerah

Sumatera Utara

DONGENG ASAL MULA TANAMAN PADI DARI TANAH KARO

Tanggal 20 Jul 2018 oleh Deni Andrian.

Diceritakan, di Tanah Karo, Sumatera Utara, Indonesia, berdiri sebuah negeri yang di pimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Saat itu, penduduk negeri itu belum mengenal tanaman padi .
Makanan pokok mereka adalah buah kayu (Buah Kayu = Ubi Singkong) yang banyak terdapat di sekitar mereka. Meski hanya menggantungkan hidup pada buah kayu tersebut mereka dapat hidup makmur dan sejahtera.

Suatu ketika, kemarau panjang melanda negeri tersebut sehingga pepohonan yang baru saja mul ai berbuah menjadi layu. Malapetaka itu pun menyebabkan seluruh penduduk negeri menderita kelaparan. Tubuh mereka tampak lemah dan kurus karena kekurangan makanan. 
 
Di antara penduduk tersebut tampak seorang anak laki-laki yang sudah yatim bernama Si Beru Dayang sedang menangis di pangkuan ibunya. Tubuh bocah itu kurus kering dan wajahnya sangat pucat. Bocah itu kemudian merengek-rengek minta makan kepada ibunya.
“Ibu, aku lapar... Aku mau makan Bu,” rengek anak itu. Tangisan si Beru Dayang benar-benar menyayat hati ibunya. Namun, sang ibu tak dapat menolongnya. Ia hanya bisa meneteskan air mata sambil merangkul anak semata wayangnya. Semakin lama tubuh si Beru Dayang semakin lemas hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya didalam pangkuan sang ibu. Melihat anaknya tidak bernyawa lagi, sang ibu seketika menangis histeris .“Anakku, jangan tinggalkan Ibu nak!” tangis sang ibu s ambil merangkul erat anaknya.
Para warga yang mengetahui hal itu segera mengubur si Beru Dayang di makam perkampungan. Sejak kepergian anaknya, kesedihan sang ibu semakin bertambah karena hidupnya semakin sepi . Orang-orang yang ia cintai dan sayangi semuanya telah pergi meninggal kan dirinya untuk selama-lamanya.
“Tidak ada lagi gunanya aku hidup didunia ini. Semua yang aku miliki telah sirna, ” kata ibu itu dengan putus asa. Ibu si Beru Dayang pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dengan tubuh yang lemah, ia berjalan menuju ke sungai yang berada diujung kampung. Setiba ditepi sungai, ia berdoa kepada Dewata agar segera merenggut nyawanya.
“Ya, Dewata Yang Maha Agung ! Hilangkanlah kesedihan dan nestapa hamba untuk selamanya!” pinta ibu itu. Usai berucap demikian, ibu si Beru Dayang langsung terjun kedalam sungai yang dalam. Sungguh ajaib, begitu tubuhnya menyentuh air, tiba-tiba ia menjelma menjadi seekor ikan.
Tak seorangpun warga yang menyaksikan peristiwa ajaib itu karena mereka semua hanya memperdulikan diri sendiri yaitu bergelut melawan rasa lapar.
 
Sudah beberapa bulan telah berlalu, namun musim kemarau belum juga berakhir. Semua tumbuh-tumbuhan telah mengering bagaikan habis terbakar. Korbanpun semakin banyak yang berjatuhan. Hampir setiap hari terdengar isak tangis kematian yang memilukan dinegeri itu.
 
Sementara itu, warga yang masih kuat bertahan berupaya mencari makanan untuk sekadar pangganjal perut. Di tengah padang yang kering kerontang tampak dua orang anak kecil sedang mengais-ngais tanah untuk mencari umbi-umbian. Setelah beberapa saat mengais tanah, salah seorang dari mereka menemukan buah berbentuk bulat sebesar buah labu.
“Hai, lihat ! Buah apa yang aku temukan ini ? ” tanya salah seorang dari anak itu. Anak yang satunya segera mendekati temannya. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala setelah mengamati buat itu pertanda tidak tahu karena ia sendiri belum pernah melihat buah seperti itu.
Akhirnya, kedua anak tersebut membawa pulang buah itu untuk ditunjukkan kepada orangtua mereka. Ternyata Orangtua mereka juga tidak tahu mengenai buah itu karena baru kali itu melihatnya. Penemuan buah yang asing
 
Oleh kedua anak tersebut membuat gempar seluruh penduduk negeri. Sang Raja yang mendapat laporan dari Salah seorang wargapun berkenan datang untuk melihatnya. Saat raja dan para penduduk berkumpul melihat buah itu, tiba-tiba terdengar suara dari angkasa.
 
 
“Wahai penduduk negeri ! Buah yang ada dihadapan kalian adalah penjelmaan seorang anak laki-laki kecil yang Bernama Si Beru Dayang. Potong-potonglah buah itu hingga halus dan kemudian tanamlah hingga tumbuh Menjadi subur. Jika buah penjelmaan Si Beru Dayang itu kalian pelihara dengan baik, kelak akan berbuah dan Menjadi makanan kalian. Anak itu sangat merindukan ibunya. Pertemukanlah ia dengan ibunya yang telah Menjelma menjadi ikan disungai ! Niscaya kalian tidak akan kelaparan lagi,” ujar suara ajaib itu.
Tanpa berpikir panjang, sang raja segera memerintahkan rakyatnya untuk melaksanakan semua pesan yang Disampaikan oleh suara itu. Para wargapun segera memotong-motong buah itu hingga halus, kemudian mereka Tanam dan rawat dengan baik. Bersamaan dengan itu, kemaraupun berakhir. Hujan deraspun mulai turun Sehingga potongan-potongan buah itu tumbuh dengan subur menjadi tanaman yang menyerupai rumput.

Dua bulan kemudian, tamanan itu berbunga dan berbuah. Buahnya berbulir atau bergerombol dalam setiap tangkai. Setelah genap tiga bulan, buah tanaman itupun menguning dan siap untuk dipanen. Sang raja bersama seluruh rakyatnya pun segera memanen buah itu dengan sukaria. Setelah dipanen, buah itu kemudian mereka jemur dan tumbuk untuk memisahkan kulit dengan isinya. Isinya itulah kemudian mereka masak dan cicipi bersama-sama.
“Hmmm...rasanya enak dan gurih,” kata sang raja setelah mencicipi masakan itu. Sejak itulah, penduduk Tanah Karo membibit dan memelihara tanaman yang kemudian mereka sebut Beru Dayang. Makanan pokok mereka yang semula dari buah kayupun beralih ke Beru Dayang. Untuk mempertemukan Si Beru Dayang dengan ibunya, masyarakat Tanah Karo menyantap makanan itu bersama dengan ikan yang Dipercaya sebagai penjelmaan dari ibu Beru Dayang.
Ternyata, buah tanaman yang sering mereka sebut Beru Dayang itu adalah padi. Meski demikian, masyarakat Tanah Karo tetap menyebut buah padi itu dengan istilah Beru Dayang. Bahkan, mereka memiliki beberapa nama Untuk menyebut Beru Dayang tersebut seperti si Beru Dayang Merengget-engget yaitu ketika tanaman padi masih Berumur enam hari, dan si Beru Dayang Meleduk yakni ketika tanaman padi sudah berumur satu bulan.
 
Itulah cerita Si Beru Dayang dari daerah Tanah Karo yang mengisahkan tentang asal mula padi. Dan teman-teman bisa mengambil hikmah dari cerita ini yakni dismaping kita makan nasi (dari padi) yang mengandung banyak karbohidrat juga kita butuh asupan protein dari ikan untuk keseimbangan nutrisi dalam tubuh kita disamping Kalsium (susu), dan vitamin-vitamin lain (Sayuran dan cabai).
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2013/10/legenda-sumatra-utara-dongeng-asal-mula.html

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...