Alkisah masyarakat batak diturunkan oleh Sang Raja Batak (yang tidak diketahui asalnya). Raja Batak ini mempunyai anak, yang menurunkan marga Simanjuntak dan salah satunya bernama Tuan Somanimbil. Tuan Somanimbil mempunyai 3 orang anak: Somba Debata Siahaan, Raja Marsundung Simanjuntak, dan Tuan Maruji Hutagaol. Raja Marsundung inilah yang nantinya menurunkan marga Simanjuntak.
Raja Marsundung Simanjuntak (selanjutnya disebut Simanjuntak saja) menikah dengan seorang wanita bermarga Hasibuan (boru Hasibuan) dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Raja Parsuratan dan seorang anak perempuan bernama Sipareme.Di kampung itu,Simanjuntak dikenal sebagai orang kaya yang mempunyai tanah yang luas dan seekor kerbau sehingga dijuluki Simanjuntak Parhorbo.
Singkat cerita, suatu saat istrinya, yaitu Boru Hasibuan meninggal dunia dan Simanjuntak menjadi seorang duda. Atas saran keluarga, Simanjuntak mencari istri lagi dan akhirnya menikah dengan Boru Sihotang, walaupun anak laki-lakinya, Parsuratan tidak menyetujui pernikahan tersebut. Pada saat anaknya dari istri kedua ini lahir, Parsuratan menjadi semakin kesal karena merasa warisannya akan terbag.Karena kesal, Parsuratan akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap adik tirinya ini sewaktu masih di dalam kandungan. Namur usahanya tersebut gagal, karena berhasil diselamatkan oleh keluarga Sihotang, walaupun ibu tirinya terluka.
Akhirnya anak pertama dari Boru Sihotang ini lahir dengan selamat dan diberi nama Raja Mardaup (tumbal), karena ibunya sudah menjadi tumbal dari kekejaman abang tirinya. Setelah itu, Boru Sihotang masih melahirkan lagi dua anak laki-laki, yaitu Raja Sitombuk dan Raja Hutabulu. Selain itu dia masih mempunyai dua anak perempuan, yaitu Si Boru Hagohan Naindo dan Si Boru Naompon.
Pada saat anak-anaknya masih kecil, Raja Marsundung Simanjuntak meninggal dunia dengan meninggalkan warisan tanah dan kerbau miliknya. Walaupun mereka sudah menerima kehadiran adik-adiknya, namun Parsuratan selalu berusaha untuk menyingkirkan saudara-saudara tirinya tersebut agar warisan jatuh ke tangannya sendiri. Pada zaman itu, perang terjadi dimana-mana, dan ada kebiasaan untuk membangun rumah ukiran, yang biasanya ukirannya diwarnai dengan darah musuh hasil peperangannya. Namun karena Parsuratan tidak pandai berperang, maka ia mencari cara untuk mendapatkan darah saudara tirinya. Suatu hari ia melihat saudara perempuannya Sipareme sangat akrab dengan Si Boru Hagohan Naindo sehingga hal tersebut ingin dimanfaatkannya. Memang yang bersikap memusuhi hanya Parsuratan saja, sementara adik perempuannya akrab dengan saudara-saudara tirinya. Kemudian ia memberikan gelang gading ke adiknya, Sipareme dan menyuruhnya untuk memakainya. Namun di lain pihak, ia membayar orang untuk membunuh gadis yang tidak memakai gelang, yaitu Si Boru Hahogan, saudara tirinya. Namun takdir berkata lain. Pada saat malam hari, Sipareme meminjamkan gelang kepada Si Boru Hagohan yang terpesona akan keindahan gelang tersebut. Pada saat itulah pembunuh datang dan membunuh gadis yang tidak memakai gelang, yaitu Sipareme. Pembunuhan menjadi salah sasaran.
Menyaksikan kejahatan Parsuratan yang timbul dari rasa benci, boru Sihotang akhirnya meninggal karena tekanan batin. Namun sebelum meninggal, ia memberikan wejangan kepada anak-anaknya, yang isinya mereka harus tetap menghormati abangnya, walaupun mereka tahu abangnya itu licik dan jahat. Karena kegagalan membunuh tempo hari, Parsuratan selalu berusaha mencari jalan untuk membunuh adik tirinya. Dan dengan cara licik, akhirnya Parsuratan berhasil mempermalukan dan membunuh Si Boru Hagohan. Karena takut, adiknya, Si Boru Naompon minta diantarkan ke kampung kakeknya, Raja Sihotang dan hidup disana.
Suatu hari salah satu adik tirinya, Raja Hutabulu minta bagian warisannya ke Parsuratan, karena peninggalan ayahnya dirasa cukup banyak. Dengan kelicikannya, Parsuratan menyanggupi dengan syarat Hutabulu harus mampu membawa 2 bulan ke depannya. Hal ini meresahkan Hutabulu, karena mana mungkin ia bisa membawa dua buah bulan ke hadapan Parsuratan. Namun takdir berkata lain. Pada saat bulan purnama, Hutabulu menimba air di sumur dan menemukan bayangan bulan disana. Saat itulah ia memanggil Parsuratan dan menunjukkan 2 bulan kepadanya. Parsuratan tak bisa mengelak lagi dan menyerahkan sebagian sawahnya. Namun tetap dengan kelicikannya.
Karena ia anak dari istri pertama, maka sawah bagiannya adalah di bagian depan yang dekat sumber air. Hal ini sangat menguntungkannya, karena pada musim kemarau, yang dialiri air hanya sawah bagiannya saja, sementara bagian adik2nya tetap kering.
Kemudian untuk kerbau, pada masa itu, untuk membagi warisan kerbau yang cuma seekor, biasanya orang di daerah itu membagi dua kanan dan kiri, namun Parsuratan membagi depan dan belakang. Ini juga menguntungkannya, karena saat dipakai membajak sawah, yang dipasangi bajak adalah bagian depan kerbau. Sehingga adik2nya tidak bisa menggunakan kerbau itu untuk mengerjakan sawah bagiannya. Sementara pada saat buang air, yang harus membersihkan adalah pemilik bagian belakang, yaitu adik-adik tirinya. Namun takdir kembali berkata lain. Pada saat beranak (kerbaunya betina), maka anak-anak kerbau adalah milik adik-adik tirinya, karena keluar dari bagian belakang. Dan adik-adikya menjadi kaya raya karena memiliki kerbau-kerbau baru. Sejak itulah dikenal sebutan Parhorbo Jolo (kerbau depan) dan Parhorbo Pudi (kerbau belakang). Sampai sekarang, kalau ketemu orang bermarga Simanjuntak, selalu ditanyakan apakah mereka parhorbo jolo atau pudi (depan atau beakang).
Zaman dulu keturunan dari parhorbo jolo dan pudi selalu bermusuhan, tidak pernah akur. Bahkan ada beberapa cerita yang menyebutkan bahwa selalu terjadi kesialan bila keturunan kedua pihak bertemu. Bila ada pesta, maka hidangannya akan basi, atau mentah, atau keasinan, dll. Bila ada pesta adat yang dihadiri keduanya, maka akan terjadi hujan, banjir, petir, angin ribut, dll.
Namun saat ini generasi muda Simanjuntak mulai menyusun kembali kepingan-kepingan persaudaraan mereka, dan mencoba melupakan masa lalu itu. Di beberapa acara bahkan sudah dilakukan kerjasama kedua belah pihak, dan tidak terjadi apa-apa.
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...