Candi Penataran dibangun Raja Kerajaan Kediri bernama Raja Srengga pada tahun 1194 M. Raja Srengga memiliki gelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Beliau berkuasa d Kerajaan Kediri pada tahun 1190 – 1200 M. Pada awal pembangunannya, sejarah Candi Penataran difungsikan sebagai sarana upacara pemujaan Hindu. Tujuan dari upacara ini salah satunya adalah untuk menangkal bahaya dari Gunung Kelud yang saat itu sering meletus. Di tahun 1286, Candi Naga dibangun di dalam komplek Candi Penataran. Di Candi Naga ini, Anda bisa melihat relief 9 orang yang menyangga naga. Naga sendiri merupakan lambang candrasengkala atau tahun 1208 Saka. Saat Pemerintahan Jayanegara, candi Penataran kembali mendapatkan perhatian. Pemimpin selanjutnya, yakni Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk juga memberikan perhatian terhadap candi ini hingga menjadi candi negara resmi berstatus dharma lepas. (Baca Juga :...
Pada zaman dahulu kala, di sebelah utara Gunung Kendeng berdiri sebuah kerajaan bernama Malowopati. Rajanya bergelar Prabu Anglingdarma. Ia seorang raja yang arif dan bijaksana serta kaya raya. Wajahnya tampan. Ia suka bertapa dan berkelana mencari pencerahan jiwa. Tak heran jika ia termasuk seorang raja yang disegani oleh kawan maupun lawan karena kelebihan dan kesaktian yang dimilikinya. Konon, Prabu Anglingdarma juga dikaruniai anugerah untuk mengerti dan mengetahui bahasa semua binatang. Ketika Anglingdarma masih berusia muda, ia senang keluar masuk desa. Banyak negeri yang disinggahinya. Semua itu ia lakukan demi menambah wawasan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup. "Aku tak akan mengambil seorang istri kecuali titisan dari Dewi Widowati," katanya dalam hati. Anglingdarma terus mengembara, menuruti kata hatinya. Pada suatu waktu, ia berjumpa dengan seorang putri cantik jelita, mengenakan selendang sutra ungu, kembang beludru, dan kebaya sutra kesumba....
Mungkin, banyak wisatawan yang kurang mengetahui asal mu-asal tempat yang dikunjunginya, oleh sebab itu di sini saya memaparkan cerita menurut warga sekitar tentang asal mula Kayangan Api. langsung aja yuk simak ceritanya. Menurut cerita warga dulu terdapat seorang pembuat benda pusaka Kerajaan Majapahit bernama Mbah Kriyo Kusumo. Setelah bertahun-tahun membuat benda pusaka di perkampungan, Mbah Kriyo Kusumo kemudian bertapa dan tirakat di tengah hutan. Dia membawa api dan menyalakannya di bebatuan, tepat di sebelah tempatnya bersemedi. Api itulah yang menyala hingga saat ini dan menjadi cikal bakal Kayangan Api. Selain ada Kayangan Api di sebelah barat sumber api terdapat kubangan lumpur yang berbau belerang yang biasa di sebut warga Sumur Blekutuk. Menurut kepercayaan saat itu Mbah Kriyo Kusumo masih beraktivitas sebagai pembuat alat-alat pertanian dan pusaka seperti keris, tombak, cundrik dan lain-lain. Mbah...
Alkisah, dijaman kerajaan dulu kala, ada sebuah peperangan antara Kerajaan Pajang dengan Mataram. Gara-gara peperangan itu, membuat R. Sudjono Puro, R. Atas Aji dan Dewi Sukarsih yang merupakan bangsawan Mataram itu, melarikan diri dan bersembunyi wilayah Negeri Atas Angin itu. Demikian disampaikan Kepala Desa Bobol Harinto kepada rakyatindependen.co.id Sabtu, (23/1/2016). Dalam pelarian itiu, ketiganya bertapa di Goa yang dijuluki Goa Wathu telo, yang lokasinya berada dibalik Bukit Cinta. Dalam persembunyianya itu, akhirnya R. Atas Aji menjalin cinta dengan Dewi Sukarsih. Keduanya bertemu di Bukit Cinta itu untuk mengikat janji untuk saling setia dan mencintai sehidup-semati. “Kisah cinta antara R. Atas Aji dengan Dewi Sukarsih yang diikat di Bukit Cinta itu, akhirnya menjadi cinta yang abadi hingga ajal menjemput mereka berdua. Makanya, Bukit itu itu kami napak tilas legenda itu, agar hubungan kasih sayang sepasang muda-mudi itu, bisa diikat di atas bukit cin...
Pada abad ke 16, hiduplah dua orang pengembara yang sangat sakti akan mandra-guna dan memiliki kelebihan masing-masing, mereka juga merupakan 2 orang bersaudara yang amat dekat dan saling menjaga satu sama lain. Raden Soponyono, sang kakak yang mampu berjalan laksana hembusan angin pada musim kemarau dan Raden Jotruno sang adik yang sanggup berjalan di atas air tanpa memerlukan perahu. Tetapi, mereka berkepribadian berbeda, sang kakak memiliki sifat yang teguh, ambisius, dan tidak mau kalah. Di sisi lain, sang adik berkepribadian lembut, ramah, dan dermawan. Banyak orang lebih mengenal sang adik dibandingkan sang kakak dan lebih menyukai keramah-tamahannya. Suatu hari, masyarakat dihebohkan oleh berita kejadian alam luar biasa mengenai sungai bengawan solo yang berpindah dari timur ke barat. Penduduk desa berlomba-lomba menuju ke sungai tersebut demi menjawab rasa keingintahuan mereka, tak terkecuali kedua pengembara ini, segera setelah berita tersebut sampai di telinga mereka,...
Gunung Larangan terletak di sebelah Utara Gunung Surowiti. Kalau dari jalan raya Deandles jaraknya 1 km. Di atas Gunung Larangan juga terdapat situs yaitu Makam Mbah Syafi’I, Mbah Abdur Rohman (Bupati Majapahit), Mbah Sholeh. Ketiga Waliyulloh itu adalah Murid dari Raden Secoh/ Sunan Kali Jaga yang lain berdakwah dan Bermukim di atas Gunung Sirowiti, yaitu Suro Astono, Suro Gento dan Empu Supo (Pejabat Majapahit). Singkat Cerita Para Waliyulloh ini mempunyai tugas yang sama yaitu menjaga Tumbal Tanah Jawa yang di tanam Syekh Subakir (Persia) yang diutus Sultan Muhammad (Turki), di tengah-tengah 3 Gunung yang berada di Panceng. Gunung Putusan (Kukusan), Bukit Menoreh (Gunung Larangan), Gunung Surowiti, ketiga gunung ini adalah tempat di tanamnya Tumbal Syekh Subakir untuk menjaga tanah Jawa dan melindungi tanah Jawa dari gangguan Makhluk Astral yang Durjana. Gunung Surowiti merupakan petilasan (bekas tempat berdiam) Sunan Kalijaga saat ia masih bel...
Balekambang adalah sebuah balai-balai, yang juga menjadi nama sebuah dusun di Kelurahan Lumpur. Bukan hanya satu balai, namun ada tujuh balai. Di tempat inilah, pada jaman dulu menjadi tempat peristirahatan Kyai Sindujoyo, seorang tokoh sakti yang pernah bertapa dalam perut kerbau. Balé berarti balai atau tempat berkumpul, baik untuk musyawarah, makan bersama atau sekadar cangkrukan. Sedangkan Kambang diambil dari kata mengambang, yang artinya mengapung. Balai ini dinamakan demikian karena sejarahnya ditemukan dalam keadaan mengambang di laut. Menurut cerita warga Lumpur, balai ini ditemukan sekitar tahun 1506 M oleh seorang nelayan yang sedang melaut. Awalnya, nelayan tersebut mengira itu adalah sebuah sampah kayu biasa yang mengambang di laut. Kayu tersebut ditarik lagi ke tengah laut agar tidak terombang-ambing yang akan menganggu perjalanan para nelayan melaut. Namun anehnya, beberapa waktu kemudian, onggokan kayu tersebut kembali mendekat ke perairan Lumpur....
Desa Dukun tiba-tiba menjadi buah bibir masyarakat Gresik, Jawa Timur, bahkan seluruh Indonesia. Desa yang menjadi ibukota kecamatan Dukun itu sebenarnya seperti desa-desa lain, tidak ada yang istimewa dari desa itu. Namun, nama desa itu tiba-tiba banyak disebut dan diperbincangkan banyak orang. Nama desa itu mengorbit bak artis yang sedang naik daun sejalan dengan terpilihnya Drs. K.H. Robbah Ma’sum, M. M. sebagai bupati Gresik pertama yang terpilih pada era reformasi. Bupati yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa itu yang telah menorehkan tinta emas dalam pemerintahan kabupaten Gresik Betapa tidak, euforia reformasi yang ditandai dengan berdirinya partai-partai baru bentukan rakyat itu telah mengantarkan Drs. K. H. Robbah Ma’sum, M. M., keturunan tokoh legendaris Jaka Tingkir, sebagai bupati yang muncul dari dari bawah. Tidak seperti pada masa Orde Baru, bupati itu dianggkat berdasarkan...
Jejak-jejak yang mulia Sunan Giri bertebaran di Kota Santri. Wali Allah SWT tersebut meninggalkan, antara lain, bangunan fenomenal berupa Giri Kedaton. Di atas bukit itulah, lelaki berjuluk Joko Samudro tersebut memimpin pemerintahan dengan gelar Prabu Satmata. Ada pula bangunan masjid Kedaton di Desa Sekarkurung, Kebomas. Masjid yang berdiri pada ketinggian 200 meter di atas permukaan air laut itu dibangun pada 1485. Bukit kapur menopangnya. Jamaah bisa melihat secara jelas hamparan laut luas dari bukit dengan kemiringan 45 derajat. Peninggalan sumber air juga menjadi ciri khas salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa itu. Ada Telaga Pegat di Jalan Sunan Giri, Telaga Sumber di Desa Kembangan, dan Sumur Gemuling di Desa Gulomantung, Kecamatan Kebomas. Termasuk Telaga Suci di Manyar. Semua sumber air peninggalan Sunan Giri tersebut masih penting bagi warga sekitarnya. Padahal, rata-rata umur...