Kerajaan Meureudu terletak di Sumatera, Kab. Pidie Jaya , prov. Aceh . Saat kesultanan Aceh kerajaan itu merupakan vasal atau bawahan sultan Aceh dan dipimpin oleh raja yang bergelar Uleebalang. Setelah berakhirnya Perang Aceh, tahun 1914, Meureudu masuk Onderafdeling, sebagai “swapraja”. Raja kerajaan Meureudu sekarang Tidak ada info tentang raja atau pewaris kerajaaan ini. Sejarah kerajaan Meureudu Negeri Meureudu sudah terbentuk dan diakui sejak zaman Kerajaan Aceh . Ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa (1607-1636) Meureudu semakin diistimewakan. Menjadi daerah bebas dari aturan kerajaan. Hanya satu kewajiban Meureudu saat itu, menyediakan persediaan logistik (beras) untuk kebutuhan kerajaan Aceh. Sampai Kerajaan Aceh runtuh, Meureudu masih sebuah negeri bebas. Keistimewaan Negeri Meureudu terus berlangsung sampai Sultan Iskandar Muda diganti oleh Sultan Iskandar Tsani . Pada tahun 1640, Iskandar Tsani mengangkat Teuku Chik Meureu...
Cerita Rakyat Aceh, Geugasi dan Geugesa Zaman dahulu kala ada sebuah kampung yang sangat aman dan damai di daerah Aceh. Di sana tidak pernah terjadi pencurian maupun perampokan. Masyarakatnya pun tidak pernah saling bertengkar. Kalau ada masalah, mereka langsung menyelesaikannya secara musyawarah sehingga suasana di sana hidup penuh rukun dan saling tolong menolong. Di kampung itu, hiduplah seorang ibu dengan anaknya yang masih berusia sepuluh tahun. Si ibu dan anak itu sehari-harinya mencari kayu bakar di hutan yang kemudian kayu itu dijual ke pasar. Dari hasil itu, mereka bisa membeli kebutuhan sehari-hari. Suatu hari, kampung yang aman itu dikejutkan oleh hilangnya kerbau Mak Yah. Semua masyarakat mencarinya, tapi tak seorang pun yang menemukannya. Kerbau itu hilang bagaikan ditelan rimba. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya sehingga membuat masyarakat bertanya-tanya siapa yang mencuri kerbau itu. Keesokan harinya, tiga ekor kambing Bang Ma’e...
Asal Usul Tari Guel (Aceh) Konon, tari Guel berasal daru dua orang putera Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria dan adiknya yang bernama Segenda. Alkisah, pada suatu hari kedua kakak-beradik itu disuruh oleh orang tuanya menggembala itik di tepi laut. Sambil menggembala, untuk mengisi kebosanan, mereka bermain layang-layang. Suatu saat, datanglah angin kencang yang membuat layang-layang mereka putus. Secara spontan mereka berusaha sekuat tenaga mengejar layang-layangnya yang putus itu, sehingga lupa pada itik-itik yang harus mereka jaga. Karena kelengahan ini, itik-itik yang harus mereka jaga berenang dan akhirnya hilang di tengah laut. Sebagai catatan, versi lain dari cerita ini yang menyatakan bahwa, akibat hembusan angin yang sangat kencang itu mereka bersama layang-layangnya diterbangkan oleh angin hingga jatuh di Negeri Serule, Aceh Tengah yang dikuasai oleh Raja Cik Serule yang bergelar Muyang Kaya Lanang Bejeye. Setelah lelah mengejar l...
KISAH ini dimulai dari seorang bocah yang menemukan sebuah tunas berwarna keemasan di sebuah hutan. Karena kagum dan ingin menunjukkan kepada orangtuanya, ia mengambil tunas itu dengan mengeruk tanah yang ada di akar-akarnya. Lalu, dengan wadah kedua telapak tangan, ia segera berlari ke arah desa. Namun, sebelum ia menemukan orangtuanya, akar tanaman itu ternyata telah tumbuh menembus kedua telapak tangannya. *** Dengan seikat bunga di tangan, seorang gadis remaja 15 tahunan berjalan pelan memasuki hutan. Beberapa tahun lalu, kakaknya dikuburkan di sana. Dulu setiap tahun–bersama ayah dan ibu– mereka selalu datang bersama. Namun, sejak kedua orangtuanya tiada, ia tak lagi datang. Ia merasa tak terlalu mengenal kakaknya, karena ketika kakak pergi, ia masih terlalu kecil. Kini, setelah beberapa tahun lewat dan cerita-cerita kedua orangtua dan para tetangga tentang kakaknya terus diingat, ia menguatkan diri untuk datang ke hutan itu seorang diri. Namun,...
Dahulu di Negeri Alas, termasuk wilayah Nangro Aceh Darusalam, ada seorang raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana, sehari-hari pikiranya dicurahkan untuk memajukan negeri dan kemakmuran rakyatnya. Namun sayang sang raja tidak mempunyai putera. Mereka sedih, atas nasihat orang pintar raja dan permaisuri kemudian tekun berdoa sambil berpuasa. Beberapa bulan kemudian permaisuri mengandung. Setelah sampai waktunya permaisuri melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Amat Mude. Belum genap umur Amat Mude, ayahnya meninggal dunia. Karena Amat Mude masih bayi maka adik sang raja atau paman (pakcik) Amat Mude diangkat menjadi raja sementara. Pakcik itu bernama Raja Muda, setelah diangkat menjadi raja ia malah bertindak kejam kepada Amat Mude dan ibunya. Mereka diasingkan ke sebuah hutan terpencil. Raja Muda ingin menguasai sepenuhnya kerajaan yang sesungguhnya menjadi hak Amat Mude. Walau dibuang jauh d...
Konon pada zaman dahulu, hidup seekor raja burung Parkit beserta rakyatnya, disebuah hutan di daerah Aceh. Raja dan rakyatnya hidup dalam alam yang tenang dan damai. Rakyatnya makmur dan tekun, seperti rajanya yang selalu memiliki perhatian besar untuk kesejahteraan rakyatnya. Akan tetapi, ketenangan dan kedamaian di antara mereka terganggu, karena kehadiran seorang pemburu. Pada suatu hari pemburu tersebut berhasil menaruh perekat di sekitar sangkar-sangkar burung tersebut. Perekat tersebut sengaja dipasang sebagai perangkap sang pemburu dalam mendapatkan burung yang diincarnya. Maksud sang pemburu mulai memberikan hasil. Banyak burung Parkit yang terjebak dan menempel pada perekat tersebut. Sayap-sayapnya menepel sangat lekat, sehingga mereka kesulitan untuk melepaskan sayap dan badan dari perekat tersebut. Hampir semuanya panik kecuali si Raja Parkit. Lalu sang raja berkata, "Saudaraku, tenanglah. Ini adalah perekat yang dibuat oleh pemb...
Jauh di sudut terpencil Tanah Gayo, hiduplah sebuah keluarga yang amat miskin. Untuk makan sehari-hari, ayah berburu ke hutan. Namun dia sering pulang dengan tangan kosong. Jika sudah begitu, dia akan menangkap belalang untuk dimasak. Dia menyimpan belalang-belalang itu di lumbung padi. Suatu hari, ayah hendak berburu lagi. Dia berpesan pada istrinya untuk memastikan pintu lumbung selalu tertutup. Hari menjelang siang. Ayah tak kunjung datang. Kedua anaknya mulai merengek karena lapar. Ibu tak tega melihat anak-anaknya kelaparan. “Ambillah beberapa belalang. Jangan lupa, tutup kembali pintunya,” perintahnya pada Sulung. Saat membuka pintu lumbung, si Sulung langsung menangkapi belalang-belalang itu. Sayang, dia lupa menutup pintu lumbung. Dalam sekejap, belalang-belalang itu terbang ke luar lumbung. Sulung amat menyesal. Dia telah melupakan pesan ibunya. Dengan langkah gontai, dia pulang. “Maafkan aku, Bu Aku lupa menutup pintu lumbung. Semua bela...
Pada abad ke-17 Kesultanan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Iskandar Muda mengalami masa keemasan dan termasuk salah satu kekuatan adi daya di dunia khususnya di kawasan Selat Malaka. Di balik kesuksesan seorang laki-laki selalu ada orang perempuan di balik layar. Bagi Sultan Iskandar Muda, perempuan di balik layar itu adalah permaisurinya yang bernama Puteri Pahang yang dalam bahasa Aceh lebih dikenal dengan sebutan Putroe Phang. Perkenalan Sultan Iskandar dengan Puteri Pahang ini berawal ketika Aceh Darussalam berhasil menaklukkan Pahang. Bersamaan dengan itu, keluarga istana Pahang bersama sekitar 10.000 penduduknya berimigrasi ke Aceh untuk memperkuat pasukan Sultan Iskandar Muda. Sultan Iskandar Muda rupanya tertarik dengan seorang puteri dan Pahang yang bernama Puteri Kamaliah. Puteri Kamaliah kemudian dinikahi Sultan Iskandar Muda dan diangkat menjadi permaisurinya. Karena Puteri Kamaliah berasal dan Pahang, rakyat Aceh memanggilnya...
B erbicara tentang sosok wanita Aceh, tentu kita bakal langsung ingat dengan tokoh-tokoh hebat macam Cut Nyak Dien sampai Laksamana Malahayati. Tidak mengherankan kenapa demikian, mengingat kiprah para tokoh ini luar biasa. Membahas tentang tokoh wanita Aceh tentu tidak hanya nama yang sudah disebutkan tadi, tapi masih ada beberapa lagi yang tak kalah fenomenal. Salah satunya adalah Putroe Neng. Tak banyak orang Indonesia yang tahu sosok ini, tapi di Aceh, nama seorang Putroe Neng jadi legenda. Ia diceritakan macam-macam, namun yang paling terkenal adalah kisahnya dan 99 suami yang semuanya tewas. Menurut cerita Neng memiliki semacam sihir dan racun sehingga bisa membuat semua suaminya tak bernyawa. Uniknya, semua pria ini meninggal dengan cara yang sama yakni terkena kelamin Neng. Versi lain dari cerita Putroe Neng adalah 99 pria itu merupakan musuh Aceh yang berhasil dibabat habis oleh si wanita tangguh itu. Namun, cerita yang paling kuat adalah legenda Putroe Neng yang...