×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam

Raja Burung Parkit asal Aceh

Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

Konon pada zaman dahulu, hidup seekor raja burung Parkit beserta rakyatnya, disebuah hutan di daerah Aceh. Raja dan rakyatnya hidup dalam alam yang tenang dan damai. Rakyatnya makmur dan tekun, seperti rajanya yang selalu memiliki perhatian besar untuk kesejahteraan rakyatnya. Akan tetapi, ketenangan dan kedamaian di antara mereka terganggu, karena kehadiran seorang pemburu.
 
Pada suatu hari pemburu tersebut berhasil menaruh perekat di sekitar sangkar-sangkar burung tersebut. Perekat tersebut sengaja dipasang sebagai perangkap sang pemburu dalam mendapatkan burung yang diincarnya.

Maksud sang pemburu mulai memberikan hasil. Banyak burung Parkit yang terjebak dan menempel pada perekat tersebut. Sayap-sayapnya menepel sangat lekat, sehingga mereka kesulitan untuk melepaskan sayap dan badan dari perekat tersebut. Hampir semuanya panik kecuali si Raja Parkit.

Lalu sang raja berkata, "Saudaraku, tenanglah. Ini adalah perekat yang dibuat oleh pemburu. Kalau pemburu itu datang, berpura-puralah mati. Setelah melepaskan perekat, pemburu itu akan memeriksa kita. Kalau ia mendapatkan kita mati, ia akan membuang kita. Tunggulah sampai hitunghan ke seratus, sebelum kita bersama-sama terbang kembali." Ungkapan sang Raja Parkit rupanya benar. Keesokannya harinya, datanglah pemburu tersebut. Setelah melepaskan perekatnya, ia mengambil hasil tangkapannya. Tetapi, ia sangat kecewa setelah mengetahui bahwa burung-burung tersebut sudah tidak bergerak, di sangkanya sudah mati. Namun pemburu tersebut jatuh terpeleset, sehingga membuat burung-burung yang ada di tanah terkejut dan terbang. Akan tetapi, malang bagi Raja Parkit yang belum terlepas dari perekat, sehingga Raja Parkit pun berhasil ditangkap. Setibanya di rumah sang pemburu, Raja Parkit berusaha mencari akal agar terlepas dari bahaya. Kemudian ia pun tersenyum senang dan dengan tenang berkata kepada sang pemburu.

Ia meminta pada pemburu itu untuk tidak dibunuh. Sebagai imbalannya ia akan selalu menghibur si pemburu. Hampir tiap hari ia bernyanyi dengan merdunya. Kabar kemerduan suara burung itu terdengar sampai ke telinga Baginda Raja.

Baginda Raja menginginkan burung Parkit tersebut. Ini kesempatan baik untuk mendapatkan banyak harta, pikir sang pemburu. Baginda Raja kemudian menukar burung itu dengan harta benda yang sangat banyak. Burung parkit pun pindah tangan. Di istana Baginda Raja, burung Parkit dirawat dengan baik. Ia diberi sangkar yang sangat bagus, terbuat dari emas. Segala kebutuhannya disediakan, termasuk makanan yang enak-enak. Namun, segala kemewahan dan kelezatan yang dihidangkan tidak membuat burung Parkit merasa kerasan. Ia selalu ingat hutan Aceh, tempat tinggalnya yang tenang dan damai, dan seluruh rakyat yang mencintainya.

Sang Raja Parkit berpikir keras, bagaimana agar bisa kembali ke kehidupannya di hutan. Suatu hari, ia dapat akal, ia berpura-pura mati. Mengetahui burung kesayangannya mati, Baginda Raja sangat sedih. Raja memerintahkan untuk menguburkan burung itu dengan upacara kebesaran. Saat yang dinanti-nanti burung Parkit pun datang, ia dikeluarkan dari sangkar emasnya dan diletakkan begitu saja tanpa ikatan. Kesempatan emas bagiku, kata burung Parkit dalam hati. Dengan tidak membuang waktu, ia pun mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi meninggalkan istana Raja.

Ia terbang menuju ke kerimbunan rimba Aceh, hutan belantara yang tenang dan damai, seperti kehidupan yang selalu diinginkannya dan seluruh rakyat burung Parkit setia kepadanya.

Pesan Moral :
Kebebasan menjalani hidup sesuai dengan keinginan hatinya merupakan sesuatu yang sangat berharga. Harta benda dan segala kemewahan tidak  menjamin seseorang untuk hidup bahagia.

 

 

sumber:

  1. Alkisah Rakyat (http://alkisahrakyat.blogspot.com/2016/07/cerita-raja-burung-parkit-asal-aceh.html)

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...