Setelah prosesi sugengan , barulah keesokan harinya diselenggarakan upacara labuhan . Seluruh ubarampe yang telah dipersiapkan diarak dari Gedhong Prabayeksa menuju ke Bangsal Srimanganti untuk diberangkatkan ke masing-masing petilasan. Lokasi-lokasi petilasan untuk upacara Labuhan diantaranya Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Dlepih Khayangan. sumber :https://kratonjogja.id/ulang-tahun-kenaikan-tahta
Labuhan berasal dari kata labuh yang artinya membuang, meletakkan, atau menghanyutkan. Maksud dari labuhan ini adalah sebagai doa dan pengharapan untuk membuang segala macam sifat buruk. Pada pelaksanaannya, Keraton Yogyakarta melabuh benda-benda tertentu yang disebut sebagai ubarampe labuhan . Uborampe labuhan yang akan dilabuh di tempat-tempat tertentu atau yang disebut petilasan , beberapa diantaranya merupakan benda-benda milik Sultan yang bertahta. Parangkusumo terletak di pesisir selatan Yogyakarta atau lebih tepatnya berada di wilayah Kabupaten Bantul. Parangkusumo merupakan tempat yang dipilih Panembahan Senopati untuk bertapa, merenung dan memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar bisa menjadi pemimpin yang baik. Menurut legenda, ketika bertapa Panembahan Senopati bertemu dengan penguasa laut selatan yaitu Kanjeng Ratu Kidul. Dalam pertemuan tersebut Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan membantu Panembahan Senopati dan keturunannya. Pada akhirnya Panembah...
Gunung Merapi terletak di wilayah Kabupaten Sleman yang berada tepat di ujung utara wilayah DIY. Gunung Merapi menjadi salah satu lokasi labuhan karena dianggap berperan dalam sejarah berdirinya kerajaan Mataram. Pada tahun 1586, kondisi politis Kerajaan Pajang dan Mataram memanas. Hal ini disebabkan karena perkembangan Mataram sebagai wilayah otonom dibawah kerajaan Pajang sangat pesat sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi penguasa kerajaan Pajang yang kala itu dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya. Keresahan itu membuat Kerajaan Pajang menggulirkan rencana perang untuk melemahkan Mataram. Ketika pasukan Pajang menyerbu Mataram, pada saat bersamaan Gunung Merapi meletus. Letusan Merapi menghancurkan perkemahan pasukan Pajang di wilayah Prambanan. Perangpun berakhir, dan selamatlah Mataram dengan mundurnya pasukan Pajang. Macam-macam uborampe yang diperlukan pada upacara Labuhan Gunung Merapi adalah sebagai berikut : Sinjang Limar S...
Gunung Lawu dipercaya sebagai tempat pengasingan Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1478, Majapahit diserang oleh Girindrawardhana dari Kerajaan Kaling. Karena tentara Majapahit tidak mampu menghalau serangan tersebut, Prabu Brawijaya V memutuskan untuk menyingkir ke Gunung Lawu dan hidup menjadi seorang pertapa dan bergelar Sunan Lawu. Prabu Brawijaya V merupakan leluhur dari pendiri kerajaan Mataram dan Keraton Yogyakarta sehingga sebagai bentuk penghormatan, Gunung Lawu dipilih menjadi lokasi upacara labuhan . Gunung Lawu terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setiap dilaksanakan Upacara Labuhan , uborampe labuhan diserahterimakan kepada Juru Kunci Gunung Lawu yang berada di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Macam-macam uborampe yang diperlukan pada upacara Labuhan Gunung Lawu adalah sebagai berikut : Kasepuh Pendherek...
Perbukitan Dlepih Khayangan terletak di kecamatan Tirtamaya, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Selain Parangkusumo, Dlepih Khayangan merupakan tempat yang digunakan Panembahan Senopati untuk bertapa sebelum membangun kerajaan dan pemerintahan yang kuat. Selain Panembahan Senopati, tempat ini juga digunakan untuk bertapa raja-raja Mataram dan raja Kasultanan Yogyakarta, yaitu Sultan Agung Hanyakrakusumo dan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengku Buwono I). Berbeda dengan upacara labuhan lainnya, upacara Labuhan Dlepih Khayangan hanya dilaksanakan delapan tahun sekali pada tahun Dal atau setiap sewindu penobatan Sultan. Upacara ini digolongkan dalam Labuhan Ageng , sedangkan upacara Labuhan yang lain digolongkan dalam Labuhan Alit yang digelar setiap tahun. Uborampe upacara Labuhan Dlepih Khayangan antara lain: Sinjang Limar Sinjang Lurik Kepyur Sinjang Perkutut Pethak Seret Abrit Semekan Solok Semekan Dringi...
Hajad Kawula Dalem Mubeng Beteng yang menandai pergantian tahun Jawa.Prosesi ini merupakan sarana intropeksi atas apa yang terjadi di tahun lalu sembari memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tahun yang akan datang lebih baik dari pada tahun yang telah lalu. sumber :https://kratonjogja.id/peristiwa/57/hajad-dalem-jamasan-pusaka-be-1952
Prosesi Siraman atau Jamasan Pusaka diselenggarakan untuk membersihkan dan merawat pusaka-pusaka milik keraton.Berbeda dengan Jamasan di dalam kompleks Kedhaton yang bersifat tertutup bagi khalayak umum, Jamasan Rata (kereta) di Museum Kereta terbuka bagi siapa saja yang ingin menyaksikan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, terdapat dua kereta yang dibersihkan. Abdi Dalem Kanca Rata Mas Wedana Rata Diwiryo selaku pemimpin prosesi Jamasan kereta menjelaskan, “Yang pertama (pokok) Kanjeng Nyai Jimat, lalu kereta pendampingnya Kanjeng Kiai Harsunaba, tapi setiap tahun harus diganti atau bergiliran sebagai pendherek .” Kereta Kanjeng Nyai Jimat adalah kereta tertua yang dimiliki Keraton Yogyakarta, pernah digunakan pada penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai Sri Sultan Hamengku Buwono III. Kereta ini selalu mengikuti Jamasan tiap tahunnya. Sedangkan kereta Kanjeng Kiai Harsunaba merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VI yang dibuat di...
Bethak dan Pisowanan Garebeg Mulud Dal adalah dua upacara yang tidak terpisahkan satu sama lain. Keduanya hanya diselenggarakan tiap 8 tahun sekali, tepatnya pada tahun Dal . Dal adalah nama salah satu tahun dari siklus delapan tahunan (windu) pada sistem penanggalan Jawa. Dalam bahasa Jawa, bethak berarti menanak nasi. Sedang pisowanan , berasal dari kata sowan (menghadap), memiliki arti sebagai pertemuan menghadap raja. Bethak Prosesi Bethak dilaksanakan mulai petang hari pada tanggal 12 Mulud Tahun Dal di di kompleks Keputren, tepatnya di Bangsal Sekar Kedhaton . Sebelum upacara, para Putri Dalem (putri Sultan), Wayah Dalem Putri (cucu perempuan Sultan), Sentana Dalem Putri (kerabat perempuan Sultan), dan para petinggi Keputren telah berkumpul di Bangsal Sekar Kedhaton. Upacara dimulai dengan kehadiran Sri Sultan. Beliau miyos (hadir) untuk menyerahkan pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kiai Blawong yang diambil dari Gedhong Prabayek...
Sejak pagi, tiga gamelan dimainkan bergantian di Plataran Kedhaton Keraton Yogyakarta. Ketiganya adalah Kanjeng Kiai Guntur Laut (Monggang), Kanjeng Kiai Surak, dan Kanjeng Kiai Kancil Belik. Para Abdi Dalem Sipat Bupati datang dan duduk bersila menunggu di kedua Bangsal Kotak yang berada di Plataran Kedhaton , tepat di depan Bangsal Kencana . Menjelang siang, terdengar teriakan, “Raaaussss,” sebagai penanda kehadiran Sultan, yang miyos dari arah Bangsal Prabayeksa . Gendhing Monggang segera dimainkan untuk mengiringi Miyos Dalem Sultan di Bangsal Kencana . Para Abdi Dalem yang telah menunggu di Bangsal Kotak kemudian diperkenankan maju dan duduk di kursi yang disediakan di tratag Bangsal Kencana . Para Sentana Dalem dan tamu kehormatan lain duduk di sebelah kanan dan kiri Sultan, dengan posisi menghadap beliau. Tidak lama kemudian, sebuah iringan datang membawa pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kiai Blawong. Kedua pusaka kemudian dipeg...