Bethak dan Pisowanan Garebeg Mulud Dal adalah dua upacara yang tidak terpisahkan satu sama lain. Keduanya hanya diselenggarakan tiap 8 tahun sekali, tepatnya pada tahun Dal. Dal adalah nama salah satu tahun dari siklus delapan tahunan (windu) pada sistem penanggalan Jawa. Dalam bahasa Jawa, bethak berarti menanak nasi. Sedang pisowanan, berasal dari kata sowan (menghadap), memiliki arti sebagai pertemuan menghadap raja.
Prosesi Bethak dilaksanakan mulai petang hari pada tanggal 12 Mulud Tahun Dal di di kompleks Keputren, tepatnya di Bangsal Sekar Kedhaton. Sebelum upacara, para Putri Dalem (putri Sultan), Wayah Dalem Putri (cucu perempuan Sultan), Sentana Dalem Putri (kerabat perempuan Sultan), dan para petinggi Keputren telah berkumpul di Bangsal Sekar Kedhaton.
Upacara dimulai dengan kehadiran Sri Sultan. Beliau miyos (hadir) untuk menyerahkan pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan Kanjeng Kiai Blawong yang diambil dari Gedhong Prabayeksa. Kanjeng Nyai Mrica merupakan pusaka berupa kendhil (periuk) yang terbuat dari logam. Sedang Kanjeng Kiai Blawong merupakan dua buah pusaka berwujud piring keramik berukuran besar. Kanjeng Nyai Mrica kemudian diserahkan kepada Prameswari Dalem (Permaisuri Sultan). Sedangkan Kanjeng Kiai Blawong diletakkan di sebuah meja di sayap barat Bangsal Sekar Kedhaton.
Prameswari Dalem, dibantu oleh Abdi Dalem Keparak, kemudian menanak nasi menggunakan Kanjeng Nyai Mrica. Kanjeng Nyai Mrica diletakkan di atas tungku tanah liat berbahan bakar kayu. Abdi Dalem Keparak membantu Prameswari Dalem membuat api dan mencuci beras. Abdi Dalem Keparak yang membantu mengenakan ubet-ubet dari kain mori putih dan udet berwarna merah. Kelengkapan pakaian tersebut merupakan penanda bahwa Abdi Dalem yang bersangkutan telah luwas, atau menopause.
Selain Kanjeng Nyai Mrica, terdapat beberapa kendhil lain yang digunakan untuk menanak nasi. Masing-masing dijaga oleh saudara perempuan Sultan.
Nasi yang telah matang kemudian diletakkan pada piring-piring besar yang disebut blawong. Nasi tersebut kemudian dikepal dengan tangan menjadi bola nasi oleh para Wayah Dalem dan Sentana Dalem yang hadir. Bola nasi yang disebut sebagai sega golong tersebut dibentuk kira-kira sebesar bola ping pong.
Pada malam hari tersebut, Kanjeng Nyai Mrica digunakan untuk enam kali menanak. Pada dini hari, Bethak kembali dilakukan untuk yang ketujuh kalinya. Kali ini dilakukan oleh Putri Dalem tertua. Nasi yang ditanak hingga matang tersebut nantinya diserahkan kepada Sultan saat Pisowanan Garebeg.
https://kratonjogja.id/hari-besar-islam/14/upacara-bethak-dan-pisowanan-garebeg-mulud-dal
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang