Tradisi Merti Desa di Desa Pamriyan, Pituruh Purworejo Di masyarakat Jawa maih memiliki upacara adat yang disebut bersih desa (merti desa). Upacara ini dilakukan untuk menghormati Sang Hyang Widi serta para leluhur kita. Maksud upacara tersebut agar desa dilimpahkan kesejahteraan oleh Sang Hyang Widi. Terlepas dari kepercayaan tersebut, upacara yang dilakukan dengan cara membersihakn lingkungan disekitar desa tersebut serta membersihkan sungai yang mengalir di desa tersebut yang menghasilkan dampak lingkungan yang baik. Apabila lingkungan bersih, sungai-sungai bersih dari sampah dan limbah apapun, maka alirannya yang berfungsi mengairi persawahan akan lancar. Lingkungan sungai menjadi lebih bersih dan sehat sehingga menjadikan tanaman tanaman di sekitar kita menjadi subur menjadikan panen yang didapat lebih baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan lingkungan yang bersih maka kita sebagai masyarakat dapat juga terjaga kesehatannya sehingga masyarakat menjadi se...
Upacara Merti Desa Kelurahan Mojosongo adalah upacara yang bertajuk pesta rakyat di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Merti Desa diadakan sebagai bentuk perwujudan Kota Solo sebagai Kota Budaya. Acara ini diadakan untuk melestarikan kearifan lokal di Kelurahan Mojosongo. Acara yang diadakan setahun sekali ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat, dari anak-anak, pemuda-pemudi, hingga orang tua. Berbagai lapisan masyarakat yang terlibat saling bergotong-royong, nguri-uri budaya serta kekayaan lokal yang dimiliki masing-masing wilayah. Merti Desa diadakan selama kurang lebih 5-7 hari. Sebagian besar acara dimulai di Lapangan Kelurahan Mojosongo. Ada berbagai macam kegiatan yang memeriahkan upacara adat bertajuk pesta rakyat ini. Berbagai penampilan kebudayaan yang dipertunjukkan berupa Seni Karawitan, Wayang Kulit, Seni Tari Tradisional, dan masih banyak lagi. Penampilan kebudayaan ini ditampilkan oleh wakil dari masing-masing RT atau RW di Kelurahan Mojos...
MENGAPA ORANG MENGADAKAN RUWATAN Menurut keyakinan orang Jawa banyak peristiwa yang dapat mendatangkan malapetaka. Maka supaya terhindar dari bencana, diperlukan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Syarat itu ialah kewajiban orang untuk mengadakan upacara ruwat. Hal-hal yang dianggap memerlukan upacara itu digolongkan dalam tiga jenis, yaitu : Upacara ruwat bagi orang atau anak yang dianggap mempunyai nasib buruk, karena disebabkan kelahirannya. Upacara ruwat bagi anak yang benasib buruk. Dasar dari adanya upacara ini ialah, karena adanya suatu keyakinan bahwa seorang anak atau beberapa orang dari satu keluarga itu dapat dipastikan bernasib buruk, karena sifat kelahirannya. Anak-anak semacam itu di dalam bahasa Jawa disebut bocah sukerta. Kata sukerta berasal dari kata suker yang artinya kotor, dalam keadaan tidak bersih atau berdosa. Mereka juga dikatakan lahir salah, dalam bahasa Jawa dikatakan salah kedaden. Mereka itulah yang memperoleh hukuman terkena ku...
Rasulan merupakan tradisi daerah masyarakat kabupaten Karanganyar Surakarta yang dilaksanakan setelah masa panen selesai, sebagai wujud syukur masyarakat karena telah melakukan panen. Tradisi ini diawali dengan mengumpulkan kenduri (kondangan) kedalam panjang ilang. Panjang ilang merupakan sebuah keranjang makanan yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) yang dianyam, dimana sisa dari janur yang dianyam dibuat menjadi gantungan yang disatukan pada satu simpul dibagian pucuknya. Kenduri sendiri biasanya terdiri dari nasi beserta berbagai macam lauk pauknya sampai jajanan pasar yang bervariasi. Setelah kenduri – kenduri dari masyarakat terkumpul, merekapun mendo’akan kenduri tersebut, dan saling tukar menukar antara satu yang lain. Selesai tukar menukar, masyarakatpun memakannya bersama – sama seperti layaknya pesta kebun. Sayangnya, tradisi ini sekarang sudah mulai terlupakan karena masyarakat menganggap bahwa mendo’akan makanan mer...
Tradisi ini dilaksanakan di Pabrik Gula Sragi, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Acara in berupa arak-arakan sepasang boneka yang didandandani layaknya sepasang pengantin atau biasa disebut "manten glepung" menuju Pabrik Gula Sragi sebelum nantinya ikut digiling bersama tebu-tebu dalam proses pembuatan gula di pabrrik tersebut. Acara ini merupakan perwujudan rasa syukur atas panen dan persembahan dari masyarakat guna kelancaran dan kesuksesan pada proses produksi nantinya. Hampir semua masyarakat sekitar sangat antusias menyambut acara tahunan ini. #OSKMITB2018
Pulau Jawa terkenal dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Negara Indonesia. Dengan penduduk yang sangat banyak, nilai-nilai budaya pun juga pastinya akan menjadi sangat kaya, beragam dan unik. Salah satu budaya unik dari Jawa adalah tradisi Mitoni atau yang juga dipanggil Upacara Tingkeban. Upacara ini bertujuan untuk merayakan wanita yang sudah mencapai masa tujuh bulan dalam kehamilannya. Nama mitoni itu bisa diturunkan dari kata “pitu” yang artinya adalah tujuh. Banyak juga yang berpendapat bahwa mitoni juga diartikan sebagai kata pitulungan yang artinya adalah pertolongan. Pertolongan disini bermakna bantuan yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa kepada calon ibunda dalam persalinan. Selain mohon doa akan kelancaran dalam bersalin, acara mitoni ini juga disertai doa agar kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti. Dalam rangkaian acara Mitoni terdapat beberapa tahap-tahap, diantaranya adalah sebagai beriku t: ...
Kalau ngomongin soal pernikahan pasti sudah nggak asing lagi sama yang namanya 'seserahan'. Dimana sang mempelai pria akan menyerahkan barang-barang kepada calon mempelai wanitanya. Tradisi Kromojati ini sendiri berasal dari kata "kromo" yang artinya pernikahan, dan "jati" yang merupakan pohon berkayu. Kerennya dari tradisi NIkah Kromojati ini, sang mempelai harus menanam 5 bibit pohon jati. Jadi nNikah Kromojati itu sendiri bisa diartikan sebagai resminya ikatan suami-istri secara sah menurut hukum yang berlaku dan juga disertai oleh penanaman pohon jati. Hakl ini berdampak positif banget untuk lingkungan. Masyarakannya semakin sadar dengan kelestarian hutan, penanganan lahan kritis, alam menjadi asri, dan yang gak kalah penting, pengantinnya juga pasti senang.
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayaan maupun tradisi. Salah satunya yaitu tradisi upacara kematian yang biasa disebut Surtanah yang akan dibahas pada artikel ini. Surtanah memiliki arti yaitu ngesur tanah, yaitu membuat lubang untuk menguburkan jenazah. Jadi, surtanah bisa diartikan menjadi menguburkan jenazah ke dalam tanah. Ritual ini biasa dilakukan oleh masyarakat muslim yang tinggal di daerah Yogyakarta, pada hari meninggalnya seseorang tersebut. Setelah acara penguburan jenazah, pihak keluarga, tokoh agama, dan masyarakat sekitar akan berkumpul di rumah duka. Mereka membaca dzikir atau biasa disebut “Tahlilan” yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah acara Tahlilan selesai, pihak keluarga akan membagikan sedekah berupa makanan kepada masyarakat yang hadir. Sedek...
Masyarakat Tionghoa pertama masuk ke Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut seperti keadaan di Tionghoa pada saat itu sangat tidak baik. Tionghoa merupakan daerah yang miskin sehingga banyak terjadi tindak kriminal, selain itu sering terjadi bencana kelaparan dan bencana alam. Hal ini didukung oleh pemerintah Tionghoa yang mengizinkan rakyatnya untuk bermigrasi. Keinginan mereka untuk bermigrasi juga didorong oleh transportasi di Tionghoa yang semakin lancar, contoh: kapal uap. Sedangkan faktor eksternalnya seperti ketertarikan masyarakat Tionghoa akan Indonesia karena kekayaan alamnya dan letak strategisnya sehingga memberi peluang cerah sehingga menarik orang-orang Tionghoa untuk datang dan membuka usaha di Nusantara. Saat masyarakat Tionghoa masuk ke Indonesia, secara tidak langsung membawa tradisi-tradisi yang sering mereka lakukan. Antara lain tradisi kelahiran, hari-hari besar, perkawinan serta kem...