|
|
|
|
Mitoni, Sebuah Upacara Keselamatan Jabang Bayi #DaftraSB19 Tanggal 08 Aug 2018 oleh OSKM18_19918222_Muhammad Hanif Satria. |
Pulau Jawa terkenal dengan jumlah penduduk yang paling banyak di Negara Indonesia. Dengan penduduk yang sangat banyak, nilai-nilai budaya pun juga pastinya akan menjadi sangat kaya, beragam dan unik. Salah satu budaya unik dari Jawa adalah tradisi Mitoni atau yang juga dipanggil Upacara Tingkeban. Upacara ini bertujuan untuk merayakan wanita yang sudah mencapai masa tujuh bulan dalam kehamilannya. Nama mitoni itu bisa diturunkan dari kata “pitu” yang artinya adalah tujuh. Banyak juga yang berpendapat bahwa mitoni juga diartikan sebagai kata pitulungan yang artinya adalah pertolongan. Pertolongan disini bermakna bantuan yang diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa kepada calon ibunda dalam persalinan. Selain mohon doa akan kelancaran dalam bersalin, acara mitoni ini juga disertai doa agar kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti.
Dalam rangkaian acara Mitoni terdapat beberapa tahap-tahap, diantaranya adalah sebagai berikut:
Siraman
Acara Mitoni dimulai dengan prosesi siraman brojolan oleh tujuh kerabat terdekat dari si jabang bayi. Sesuai dengan adatnya, air siraman harus diambil dari tujuh sumber yang berbeda. Yang harus melakukan siraman adalah tujuh bapak dan ibu teladan dari kedua pihak, dengan nenek dan kakek bayi yang diutamakan. Siraman ini dilakukan agar bayi lahir dengan selamat.
Brojolan
Setelah siraman, acara dilanjutkan dengan prosesi Brojolan dimana calon ibu hanya memakai sebuah kain jarik yang disertai dengan sepotong tali bernama letrek. Calon nenek akan kemudian memasuki telur ayam dari atas jarik hingga jatuh ke bawah, hal ini melambangkan doa terhadap kelancaran proses persalinan nantinya. Selanjutnya, dua kelapa gading atau cengkir dengan gambar Kamajaya dan Dewi Kamaratih juga dimasukan dari atas jarik dan harus ditangkap oleh nenek si jabang bayi. Prosesi ini melambangkan doa bahwa si jabang bayi diharapkan lahir dengan sempurna, apabila laki-laki akan setampan Kamajaya dan apabila perempuan akan secantik Dewi Kamaratih. Kelapa tersebut lalu diberikan ke calon bapak dimana dia harus memotong tali letrek dengan keris, melambangkan pembukaan jalan lahir bagi si jabang bayi.
Angreman
Setelah selesai melakukan prosesi brojolan, acara tujuh bulanan dilanjutkan dengan acara angreman. Acara dimulai dengan si ibu yang dituntun ke ruang lain untuk berganti baju dengan tujuh macam kain jarik. Hanya kain ketujuh lah yang akan dipakai sedangkan enam jarik yang sebelumnya dipakai akan dipakai sebagai alas duduk atau alat “angrem.” Prosesi juga biasanya disertai dengan si ibu yang disuapi oleh si ayah dengan nasi tumpeng dan bubur merah putih. Hal tersebut menandakan si ibu yang akan selalu menjaga si anak dan juga ayah yang akan selalu menghidupi keluarganya.
Mecah Cengkir
Setelah prosesi angreman, acara akan dilanjutkan dengan prosesi memecah kelapa gading yang telah diberikan oleh si nenek ke ayah. Kelapa gading tersebut biasanya telah digambari dengan tokoh wayang Kamajaya dan Kamaratih yang terkenal dengan ketampanan dan kecantikannya. Si ayah kemudian memilih salah satu kelapa untuk dipecah. Jika ayah memilih Kamajaya, diharapkan si jabang bayi adalah laki-laki, dan Kamaratih adalah perempuan.
Pembagian Tangkir Potang
Takir pontang adalah tempat makanan yang akan disajikan, yang terbuat dari daun pohon pisang dan janur dan dibentuk menyerupai kapal yang mempunyai maksud bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupan harus menata diri dengan menata pikiriran karena laju perjalanan bahtera selalu pontang panting mengikuti gelombang kehidupan.
Hidangan yang sudah di letakan pada takir pontang pun diberikan sebagai suguhan dan ucapan terima kasih dibagikan kepada para sesepuh yang menghadiri upacara.
Dodol Rujak
Di akhir acara, si ibu akan membuat rujak yang kemudian akan dijual kepada para tamu. Para tamu pun akan membelinya dengan kereweng atau uang-uangan dari bahan tanah liat. Prosesi ini pun merupakan sebuah harapan agar si anak dapat mendapat banyak rejeki untuk dirinya dan juga bagi kedua orang tua mereka.
Dengan selesainya acara mitoni atau tujuh bulanan sebelum matahari terbenam, diharapkan si anak hadir di dunia dengan penuh keselamatan, rejeki, dan pertolongan dari Yang Maha Esa. Nah, kamu yang anak Jawa boleh mempertimbangkan untuk melestarikan budaya adat yang satu ini ya, agar generasi kita mendatang menjadi generasi yang menghargai budaya.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |