Bisa dikatakan, temu pengantin merupakan acara puncak dalam prosesi perkawinan adat. Pada prosesi ini, sepasang pengantin yang sudah resmi menjadi suami istri akan bersanding di pelaminan. Temu pengantin juga melambangkan peristiwa pertemuan awal kedua pengantin hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memasuki biduk rumah tangga. Dibandingkan dengan adat Minangkabau maupun Palembang, adat perkawinan Bengkulu mungkin lebih jarang diekspos. Namun, provinsi yang berada di wilayah Sumatra ini dihuni oleh penduduk multi etnis yang kaya adat istiadat. Salah satu tradisi yang hingga kini masih dipakai adalah prosesi temu pengantin dalam upacara kemanten besanding, kadang gala, dan dan kadang selendang. Langsung saja kita simak selengkapnya! 1. Kemanten Besanding Setelah kedua mempelai dinyatakan sah sebagai sepasang suami-istri secara agama, maka prosesi adat akan dimulai dengan Kemanting Bersanding. Pada acara yang berlangsung meriah dan hangat ini pengantin pria dipayungi d...
Haul Ki Marogan kegiatan rutin diselenggarakan setiap tahunnya, untuk mengenang jasa Asy-Syeikh Kiai H Mgs Abdul Hamid yang lebih dikenal dengan Kiai Marogan. Biasanya kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian haul akbar di antaranya tabligh akbar, doa dan dzikir bersama, festival Mujawadah Syarofal Anam, tapak tilas dakwah Kiai Marogan dan ziarah akbar ke makam Ki Marogan dengan menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam menggunakan transportasi sungai dengan kapal Tongkang dari masjid Lawang Kidung ke Masjid Kiai Marogan, dan terakhir pelaksanaan puncak Haul Datuk Ki Marogan. Kegiatan utama yaitu napak tilas dari masjid Lawang Kidung ke Masjid Kiai Marogan, dan terakhir pelaksanaan puncak haul malam Sabtu khusus untuk jamaah laki-laki.
Masyarakat nusantara mengenal berbagai tradisi seputar pernikahan, mengingat pernikahan merupakan suatu hal penting dan dianggap sakral dalam siklus hidup manusia, tak terkecuali pada masyarakat Suku Ogan. Suku yang mendiami wilayah dataran tinggi Sumatera Selatan ini mengenal suatu tradisi seputar pernikahan warisan leluhur yang disebut dengan tradisi Pengadangan . Pengadangan adalah tradisi seputar pernikahan masyarakat Suku Ogan, yang dilakukan dengan cara menghalang-halangi pengantin pria dengan menggunakan selendang panjang. Untuk bisa melewati selendang tersebut, mempelai pria dan rombongannya harus memenuhi apa saja yang diminta oleh mempelai perempuan. Pengadangan , selain sebagi bentuk penghormatan, juga dilaksanakan untuk mempererat silaturahmi antar dua keluarga yang akan disatukan dalam suatu pernikahan. Dalam prosesi pengadangan , pihak mempelai laki-laki akan diiringi dengan tetabuhan rebana, sambil tidak lupa membawa berbagai bawaan yang di...
Semas, sehat mandiri agamis dan sejahtera merupakan motto bagi Kabupaten Muara Enim. Kabupaten yang kaya akan sumber daya alam berupa migas dan batubara ini berlokasi sekitar 175 km dari ibukota Sumatera Selatan, Palembang. Selain memiliki sumber daya alam yang harus dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan bersama, Muara Enim juga mempunyai kekayaan tradisi yang dipertahankan secara turun temurun. Salah satu tradisi tersebut adalah Bebehas . Bebehas merupakan tradisi yang dahulu kerap dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Kabupaten Muara Enim. Secara harfiah, Bebehas dapat dimaknai dengan menjadikan beras yang tadinya padi atau kegiatan mengumpulkan beras. Tradisi Bebehas dahulu dilakukan manakala suatu keluarga akan mengadakan hajat, seperti ingin menikahkan putra putrinya atau yang biasa disebut dengan ngantenkan . Tradisi Bebehas hanya dilakukan oleh para ibu dan remaja putri. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara...
1. Penyelidikan Terhadap Sang Gadis Calon mempelai perempuan masih harus “diselidiki” oleh utusan pihak keluarga calon laki-laki. Arti kata “selidik” bukan melambangkan kecurigaan, melainkan pendekatan yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai laki-laki dan memastikan bahwa calon mempelai perempuan belum ada yang meminang. Prosesi ini dikenal dengan nama Madik, berasal dari bahasa Jawa Kawi yang berarti mendekat atau pendekatan. 2. Memagari Sang Gadis Setelah proses Madik berhasil, maka calon mempelai perempuan “dipagari”. Proses adat ini bernama Menyenggungatau Senggung yang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya “pagar”. Prosesi ini bertujuan agar si gadis tidak diganggu lagi oleh senggung (sebangsa musang) sebagai kiasan tidak diganggu oleh laki-laki lain. Keluarga besar laki-laki mengirimkan utusan resmi kepada pihak keluarga si gadis dengan membawa tenong (keranjang antaran) atau sangkekterbuat dari...
Tradisi Bekarang Iwak adalah tradisi adat yang rutin dilaksanakan tiap tahun di sungai Lacak. Bekarang Iwak sendiri sebenarnya hampir tak berbeda dengan sedekah-sedekah adat lain yang biasa dilaksanakan oleh warga yang ada di kota Palembang. Yang membedakan di sini hanyalah bahwa setelah diadakan beberapa ritual upacara adat dan makan bersama, kemudian disusul dengan acara menangkap ikan secara bersama-sama di sungai Lacak yang melibatkan warga kelurahan Pulokerto seperti nama tradisi tersebut yaitu Bekarang = menangkap, dan Iwak = ikan. Hasil dari tangkapan ikan itu kemudian dikumpulkan dan dipilah antara yang besar dan kecil. Untuk ikan-ikan kecil diperbolehkan oleh pemangku adat untuk di bawa pulang warga yang ikut serta menangkap ikan, sementara untuk yang besar-besar diambil oleh pemangku adat untuk kemudian di jual. Uang dari penjualan ikan tersebut digunakan untuk keperluan umum warga seperti membangun masjid, jembatan dan sebagainya. ...
Sebelum lebih jauh membicarakan tentang adat Nampun Kule di daerah Muara Enim, Sumatra Selatan, terlebih dahulu harus diketahui tentang apa dan bagaimana prosesi Nampun Kule itu sendiri. Secara harafiah Nampun Kule berarti menyambung hubungan baik antara kedua belah pihak besan. Dan memang, Nampun Kule seperti juga arti harafiah dari dua kata tersebut, tujuannya adalah untuk membuat hubungan yang harmonis antara kedua belah pihak besan dari sejak anak-anak mereka akan menikah hingga nantinya menjadi sepasang suami istri. Kemudian bagaimanakah prosesi resminya? Ini dia Arsip Budaya Nusantara coba gambarkan secara singkatnya saja.. 1. Kunjungan Pertama Kunjungan pertama dalam rangkaian nampun kule ini adalah semacam silaturahmi dari orang tua pihak pria ketika sang anak menyatakan bahwa dia berniat untuk memperistri seorang perempuan. Maka dari itu kunjungan orang tua dari pihak pria ke rumah orang tua dari pihak perempuan yang ingin diperistri oleh anak lelakinya i...
Hampir semua prosesi pernikahan tradisional di nusantara selalu menarik untuk disaksikan, bukan hanya karena prosesi pernikahan ini melewati begitu banyak tahap sebelum akhirnya sang pengantin resmi jadi sepasang suami istri, tapi juga mengikuti tahap-tahap yang begitu kaya akan filosofis kehidupan sendiri itulah yang menarik. Tak terkecuali di Palembang tempat di mana pada masa lalu Kerajaan besar bernama Sriwijaya pernah berdiri ini memiliki tradisi adat pernikahan yang hingga kini masih digunakan oleh hampir seluruh warganya dengan merujuk pada keagungan serta kejayaan kerajaan besar tersebut. Dan seperti halnya pernikahan raja-raja pada umumnya, adat pernikahan di Palembang yang merujuk pada kerajaan Sriwijaya ini pun tak kalah megahnya. Kilau kemegahan itu dapat dilihat dari hampir semua ornament dalam pernikahan itu yang berwarna kuning dan merah keemasan, mulai dari busana mempelai yang dikenakan pada saat prosesi lamaran, seserahan dan pernikahan, maupun pada kursi pela...
Di provinsi Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Lahat memiliki kebudayaan kebudayaan khas daerah. Salah satunya yaitu tradisi Naik Bubungan. Bubungan adalah penaikan kayu diatas rumah yang baru dibuat dan dilaksanakan dengan hal unik. Tradisi ini digunakan untuk mengambil berkah agar rumah baru yang dibangun dapat nyaman saat dihuni. Setiap warga yang melakukan tradisi Naik Bubungan biasanya terlebih dahulu mengundang warga sekitar untuk mendoakan agar rumah yang dibangun bisa bertahan lama. Selain itu di setiap sudut rumah juga di kumandangkan azan, setelah usai mengumandangkan azan dilakukan pelemparan uang recehan, pisang, kerupuk dan lainnya. #OSKMITB2018