Terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Kompleks percandian tersebut terletak di bagian hulu Sungai Barumun. Kompleks percandian Sangkilon dibatasi tembok keliling. Di sebelah utara terdapat runtuhan gerbang masuk ke candi. Candi yang dikenal sebagai Biaro Si Sangkilon. Jarak lokasi dengan ibukota kabupaten (Sibuhuan) sekitar 9 km. Runtuhan biaro Si Sangkilon berupa beberapa gundukan tanah yang terletak di tengah areal persawahan. Sekitar 20-30 meter menuju arah utara terbentang Sungai Sangkilon (anak Sungai Barumun di daerah hulu). Pada areal kompleks yang dibatasi tembok keliling terdapat empat buah runtuhan bangunan, masing-masing sebuah bangunan induk dan tiga buah bangunan yang lebih kecil. Kompleks biaro Si Sangkilon mempunyai tembok pagar keliling yang dibuat dari bata. Runtuhan gerbang pintu masuk halaman kompleks biaro yang masih tersisa terletak di sisi utara menghadap ke arah Sungai Sangkilon....
Situs Biaro/Candi Tandihat I berada di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Secara astronomis, situs ini berada di koordinat N1.37409 E99.75404 dengan luas areal ± 3.500 m2 dan luas bangunan + 36 m2. Batas-batas situs, antara lain: sebelah Utara berbatasan dengan kebun sawit, sebelah Selatan berbatasan kebun sawit, sebelah Barat berbatasan dengan kebun sawitdan sebelah Timur berbatasan dengan kebun sawit. Situs ini telah teregistrasi sebagai Cagar Budaya dengan nomor RNCB.20111017.04.000415 dan telah mendapatkan penetapan dari kementerian dengan SK Menteri NoPM.88/PW.007/MKP/2011 dan pada saat ini dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh. Situs Biaro/Candi Tandihat I dalam kondisi terawat, memiliki fasilitas pelindungan berupa pagar situs, papan nama situs, papan larangan, meunasah dan juru pelihara. Biaro/Candi Tandihat I (Sijoreng Belanga I) terletak di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabup...
Situs Biaro/Candi Tandihat II berada di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara. Secara astronomis, situs ini berada di koordinat 1º22’42.0”N 99º45’20.7”E dengan luas areal ± 2.400 m2 dan luas bangunan + 20 m2. Batas-batas situs, antara lain: sebelah Utara berbatasan dengan jalan setapak, sebelah Selatan berbatasan kebun sawit, sebelah Barat berbatasan dengan kebun sawit dan sebelah Timur berbatasan dengan kebun sawit. Situs ini telah teregistrasi sebagai Cagar Budaya dengan nomor RNCB.20111017.04.000416 dan telah mendapatkan penetapan dari kementerian dengan SK Menteri NoPM.88/PW.007/MKP/2011 dan pada saat ini dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh. Situs Biaro/Candi Tandihat II dalam kondisi terawat, memiliki fasilitas pelindungan berupa pagar situs, papan nama situs, papan larangan, meunasah dan juru pelihara. Candi Tandihat II/Joreng Belanga II terletak di Desa Tand...
Candi Sipamutung (Biaro Sipamutung) adalah salah satu candi bercorak Buddha peninggalan Kerajaan Pannai di Kompleks Percandian Padanglawas . Secara administratif, candi ini terletak di Desa Siparau Kecamatan Barumun Tengah, Kabupaten Padanglawas, Provinsi Sumatra Utara. Sekitar 40 kilometer dari ibukota Kabupaten Padanglawas, Sibuhuan atau sekitar 70 kilometer dari Kota Padangsidimpuan dan 400 kilometer dari Medan, Ibukota Provinsi Sumatra Utara. Secara geografis, Candi Sipamutung terletak di tepi Sungai Barumun yang membelah dataran rendah Padanglawas. Bangunan ini diperkirakan berdiri pada abad 11. Candi Sipamutung dan candi lainnya di Kompleks Percandian Padanglawas mulai diteliti oleh para ilmuwan Belanda di akhir abad ke 19 Masehi dan abad ke 20 Masehi seperti Schnitger , Van Den Bosch, Franz Junghun, von Rosenberg , Kerkhoff dan van Stein Callenfels . Sebagian besar hasil penelitian mereka dipublikasikan oleh Oudheidkundig Verslag . Publikasi paling lengkap dipero...
Raja Silahisabungan memiliki dua istri. Istri pertama bernama Pinggan Matio boru Padang Batangari dan bermukim di Silalahi Nabolak, sedangkan istri kedua bernama Milingling boru Mangarerak. Dari boru Pinggan Matio, Raja Silahisabungan memiliki tujuh putra dan satu putri, sementara dari boru Milingling, Raja Silahisabungan memiliki seorang putra. Total anak keturunan dari Raja Silahisabungan yakni delapan putra dan satu putri. Anak-anak dari istri pertama : Haloho (Loho Raja) Tungkir (Tungkir Raja) Rumasondi (Sondi Raja) Dabutar (Butar Raja) Dabariba (Bariba Raja) Debang (Debang Raja) Pintubatu (Batu Raja) Siboru Deang Namora (putri satu-satunya) Anak dari sitri kedua: Tambun (Tambun Raja) Keterangan Anak-anak dari Raja Silahisabungan: Haloho Raja (Loho Raja) menikah dengan boru tulangnya Rumbani boru Padang Batangari dan bermukim di Silalahi Nabolak. Keturunannya sebagian bermigrasi ke Paropo, Tolping, Pangururan, Parbaba. Haloho memilik...
Rumah Jojong. Jojong berarti menara rumah. Rumah Jojong maksudnya adalah rumah yang menggunakan menara. Menara ini ditempatkan ditengah-tengah bubungan atap rumah yang melengkung. Sedangkan kedua ujung bubungan diberi hiasan tanduk kerbau. Sebuah mahkota ditempatkan pada bagian teratas dari menara. Jenis rumah inilah yang dinamakan rumah adat, dan yang berhak menempati rumah ini adalah raja dan keluarga dekatnya. Sebuah Rumah Adat masyarakat Pakpak memperlihatkan bagian-bagian bangunan dan hiasan luar, antara lain sebagai berikut. Tanduk Kerbau; Susuk Mpinat; Dilah Paying; Gajah Dompak; Jengger; Empat Bengbeng Hari; Melmelen Bonggar; Tarum; Nderpih; Melmelen; Pandak/Tiang Binangan; Ardan; Tabal Melmelen; dan Rancang Adapun gambaran umum dari Rumah Adat Sopo Jojong adalah antara lain sebagai berikut. Ditengah-tengah ruangan dibuat dapur, dan tiap-tiap kelompok mempunyai tungkunya sendiri. Sejajar dengan tungku di sebelah atas dibuat para-para y...
Dalam kepercayaan Batak kuno, Boraspati ni Tano yang berwujud bengkarung (kadal tanah) adalah dewa penguasa tanah dan pemberi kesuburan, sedangkan Boru Saniang Naga adalah dewi penguasa air dan danau. Bagi masyarakat Batak yang agraris, tanah dan air merupakan dua unsur yang sangat penting untuk dijaga dan dihormati. Berbagai upacara dan ritual rutin diadakan untuk menghormati kedua dewa ini, khususnya menjelang masa tanam, panen, dan bahkan saat membuka huta (pemukiman) baru. Dalam konsep pembuatan patung, Boraspati Ni Tano dalam posisi sedang memandang Boru Saniang Naga hingga wajahnya tersipu. Rambut Boru Saniang Naga menjuntai menggambarkan gelombang air dan di dekatnya ada bentuk mirip seperti gelombang air yang dilambangkan sebagai Aek Natio (air yang jernih - gelombang air danau toba seperti rambut wanita). Base / Landasan Patung Boraspati Ni Tano - Boru Saniang Naga ini berupa plat motif-motif Batak yang berbentuk segitiga (analogi rumah tradisional Batak). Sejak dahul...
Pagar ni Huta (Pangulubalang) di Desa Hutaraja, Kabupaten Samosir ini dibuat oleh keturunan dari Ompu Sipungka Batu yang bertujuan untuk menjaga kampung agar terhindar dari segala bentuk gangguan yang membahayakan warga kampung serta kejahatan yang dapat membuat kampung menjadi rusak dan tidak terkendali. Menurut sumber yang kami peroleh ketika Tim Survey Batakologi melakukan ekspedisi, Pangulubalang sendiri diartikan sebagai tumbal dari pengawal raja yang setia kepada raja dan memberikan hidupnya untuk menjaga kampung. Pada saat kunjungan Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Pagar ni Huta ini "dipercantik" dengan menambahkan oranamen patung yang berpasang-pasangan (ornamen patung di depan berjenis kelamin pria dan di belakang berjenis kelamin wanita) serta diberi pembatas agar Pagar ni Huta tetap terjaga dan tidak sembarang orang dapat menyentuh Pagar ni Huta.
Makam / Kuburan Ompung Sipungka Batu, sesuai dengan namanya, makam atau kuburan ini dipahatnya sendiri sebelum beliau meninggal dunia, hal ini menjadi sangat sakral terutama di kawasan makam yang terletak di Desa Lumban Suhisuhi Toruan (Kampung Ulos Tenun Hutaraja), Samosir.