Situs Lombang berada di Desa Lombang, Kecamatan Juntinyuat sekitar 20 km timur laut kota Indramayu. Lokasi bisa dicapai melalui jalan raya Indramayu – Cirebon lintas pantai utara. Di situs ini pernah ditemukan fragmen perahu dalam kondisi tertimbun pasir. Lokasi temuan berada di sebelah timur laut jalan raya berjarak sekitar 200 m. Secara geografis lokasi situs berada pada posisi 6°24'29" Lintang Selatan dan 108°25'28" Bujur Timur. Morfologi daerah merupakan pedataran rendah di tepi pantai Laut Jawa. Sungai yang mengalir di daerah ini yaitu Kali Gabus dan Kali Glayem. Dahulu di daerah ini mengalir Kali Genggong. Sekarang sungai tersebut tinggal berupa jejaknya dan diperkirakan lokasi penemuan perahu kuna tersebut pada aliran sungai mati tersebut. Perahu ditemukan oleh Wastirah dan Tamirah, penduduk Desa Lombang, pada sekitar bulan November 1991. Ketika itu mereka berdua menggali tanah di kebun, secara tidak sengaja menemukan perahu. Temuannya kemudian...
Situs Benteng Tanah secara administratif terletak di Kampung Pasanggrahan, Desa Ciranjang Hilir, Kecamatan Ciranjang. Situs terletak di daerah pedesaan yang bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua. Kendaraan roda empat hanya bisa sampai di pinggir jalan besar yang menghubungkan Kota Bandung – Cianjur. Lokasinya berjarak sekitar 1 km dari jalan besar dan untuk mencapainya harus melewati pemukiman dan persawahan. Secara astronomis terletak pada koordinat 6°48’24” LS dan 107°14’59” BT. Benteng tanah merupakan tinggalan manusia masa lampau yang menunjukkan daerah tersebut hunian manusia masa lampau. Lokasi dibangunnya benteng diapit dua aliran sungai, yaitu Sungai Cisokan dan Sungai Ciranjang. Pada bagian utara situs terdapat pertemuan aliran sungai Cisokan dan Ciranjang. Benteng tanah yang ada di situs ini mencapai ketinggian 7 m. Bangunan benteng tanah ini terbentang antara tepian Sungai Cisokan dan Ciranjang sepanjang sekitar 500...
Nama Situs Balong Dalem diambil dari bahasa Sunda balong yang berarti kolam dan dalem yang mengacu kepada status sosial seseorang. Situs ini dihubungkan dengan keberadaan Sultan Matangaji atau Buyut Bayu yang datang dari Kesultanan Cirebon di tempat ini. Beliau menetap hingga meninggal di tempat ini. Selama hidup beliau menyebarkan agama Islam dan setelah meninggal dimakamkan di lokasi yang dekat dengan balong tersebut. Situs ini terletak di desa babakan Mulya. Lokasi situs yang tidak jauh dari pusat Kota Kuningan ini mudah dicapai karena letaknya yang berada di tepi jalan raya beraspal yang memisahkan wilayah desa Babakan Mulya dengan desa Jalaksana di seberang timurnya. Di tempat ini pula terdapat Taman Makam Pahlawan “Samudera”. Secara astronomis terletak pada koordinat 6º55’13 LS dan 108º28’33” BT. Situs Balong Dalem berupa areal yang di dalamnya terdapat mata air, dua monolit berdampingan yang dikenal dengan batu kawin, areal ko...
Di Blok Pejambon Lor, Kelurahan Pejambon, Kecamatan Sumber berjarak sekitar 3 km sebelah timur laut Sumber, terdapat tinggalan arkeologis berupa sekumpulan arca sebanyak 27 figur dengan berbagai wujud. Dahulu kumpulan arca ini berada di bawah pohon mangga pada pekarangan rumah salah satu penduduk yang bernama Bapak Tarsidi. Salah satu arca ada yang bentuknya mirip dengan tokoh pewayangan Semar. Karena arca tersebut masyarakat memberi nama situs Watu Semar. Pada waktu ini arca-arca tersebut telah dikumpulkan di bangunan permanen (cungkup) berukuran 5,3 x 5,3 m yang didirikan oleh pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. Bangunan ini berada di tepi jalan desa tepatnya pada koordinat 060 44' 255" Lintang Selatan dan 1080 30' 154" Bujur Timur. Sekitar bangunan merupakan sawah pada pedataran rendah. Bentuk arca yang terdapat di Situs Watu Semar ini tidak proporsional. Bentuk tangan dan kaki semuanya digambarkan melekat ke badan yang ditampilkan dengan memberikan...
Sejumlah barang ditemukan di Situs Megalitik Cengkuk, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penemuan ini menguatkan dugaan Cengkuk pernah menjadi pusat kebudayaan zaman megalitik yang terus berlanjut pada zaman logam. “Sepanjang tahun 2008, secara tidak disengaja, ditemukan sejumlah benda di kawasan tersebut,” kata Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi Nung Nurhayati, Kamis (27/11). Benda-benda yang ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 2008 antara lain pipa rokok, gentong dari tanah, dan mangkuk dari porselen. Sebelumnya, di situs itu, tahun 2007 ditemukan genta dari prunggu dengan ukiran motif india, cawan tempat perhiasan, potongan patung kaki burung dari emas, dan potongan patung dewa syiwa. Benda-benda itu bukan peninggalan zaman megalitik, yang berarti kehidupan masyarakat terus berlanjut di sekitar Situs Cengkuk. Pada zaman kolonial Belanda, dikawasan tersebut ditemukan sejumlah batu...
Situs Cangkuang berada di tengah permukiman Kampung Cangkuang, Kelurahan Kuningan. Secara astronomis terletak pada koordinat 6º59’14” LS dan 108º28’52” BT. Lokasi ini relatif mudah dijangkau, karena masih tergolong di Kota Kuningan. Akan tetapi, untuk menuju ke titik lokasi situs hanya kendaraan roda dua yang bisa menjangkaunya. Tinggalan aktivitas manusia masa lampau yang terdapat di kampung ini adalah tinggalan dari tradisi megalitik pada zaman prasejarah. Tinggalan-tinggalan tersebut secara umum relatif terawat dan utuh. Data yang ada cukup penting bagi ilmu pengetahuan dan objek kunjungan Tinggalan-tinggalan tersebut tersebar di tiga lokasi yang berbeda. Di lokasi pertama terdapat tinggalan-tinggalan berupa menhir batu datar dan tatanan batu. Lokasi ini terbesar dibanding kedua lokasi lainnya. Pada Bagian ini tinggalan-tinggalan tersebut telah diberipagar keliling. Sekitar 50 meter dari lokasi pertama terdapat batu lumpang yang terleta...
Buni, terletak di Kampung Buni Pasar Emas, Desa Buni Bakti , Kecamatan Babelan. Secara geografis terletak pada UTM : X 725.518.19 Y 9.324.459.91 34 dpl / sekitar Latitude : -6.089307 Longitude : 107.022243 dan ketinggian 23 m Di atas permukaan laut. Situs Buni merupakan kawasan penemuan benda-benda arkeologi, hasil penelitian di wilayah Kampung Buni Pasar Mas dan Buni Pendayakan menunjukkan adanya temuan berupa tembikar terdiri dari macam-macam bentuk dan ukuran berupa periuk, mangkuk berkaki, kendi dan tempayan. Selain itu ditemukan adanya beliung persegi, artefak logam perunggu dan besi, gelang dari batu dan kaca, perhiasan emas, manik-manik, bandul jala dari terakota dan tulang belulang manusia. Agaknya masyarakat Buni telah mengenal tradisi penguburan langsung tanpa wadah dengan tembikar sebagai bekal kuburnya, namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tembikar-tembikar tersebut dimanfaatkan pula untuk keperluan sehari-hari. Selain itu di Kampung Buni...
Suatu bukit kecil bertingkat-tingkat di tepian kampung dinamakan oleh penduduk setempat dengan punden Majusi. Belum diketahui lebih lanjut mengapa namanya seperti itu, mungkin terdapat alasan tersendiri sehingga penduduk menyebutnya Majusi. Setelah diperhatikan secara seksama, bukit kecil tersebut ternyata berbentuk punden berundak yang berdenah seperti bulan sabit, orientasinya utara selatan, dengan bagian teras tertinggi berada di selatan. Berdasarkan sisa undakan yang masih dapat diamati, maka jumlah teras yang ada di punden Majusi adalah 7 tingkat. Pada permukaan teras ke-7 (tertinggi) terdapat bentuk-bentuk kubur Islam, ada yang baru menggunakan tegel dan ada pula yang disusun dari batu-batu bulat kecil lengkap dengan 2 nisannya. Pada bagian tengah teras ke-2, ke-3, dan ke-4 terdapat batu-batu besar berdiri, kesannya seperti menhir, namun sangat mungkin batu-batu besar tersebut berfungsi pula sebagai batu kelir (batu penghalang) di bagian depan deretan anak tangga ya...
Pada jarak sekitar 300 m ke arah barat dari punden berundak Majusi, terdapat bukit memanjang utara-selatan, sepintas seperti bukit alami. Apabila diamati secara seksama, maka pada dinding bukit sisi timur dan baratnya, terdapat teras-teras yang diperkuat dengan susunan tumpukan batu. Maka dapat diduga bahwa bukit itupun juga merupakan suatu punden berundak, yang disebut oleh A.M.Sumawijaya dengan punden berundak Surawisesa. Punden berundak tersebut jelas merupakan buatan manusia, jumlah terasnya dari yang terendah di sisi utara hingga yang tertinggi di paling selatan adalah 47 undakan (masih merupakan perhitungan yang belum pasti, dapat saja jumlah terasnya lebih dari itu), adapun rentang panjangnya sekitar 400 m, sungguh suatu punden berundak besar. Apabila ada seseorang yang berdiri di teras punden tersebut dan memandang ke arah selatan, maka ia akan langsung menatap ke salah satu bukit besar yang merupakan bagian dari Gunung Salak. Hal yang menarik adalah di permukaan ter...