Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Manuskrip Jawa Barat Cianjur
Perawatan Naskah Kuno “Paragi Nyuguh ka Dulur anu teu Nyaréat” Sebagai Upaya Pelestarian Kebudayaan
- 23 Juni 2021 - direvisi ke 2 oleh Sallyamanda pada 23 Juni 2021

Pendahuluan Saat ini dunia semakin maju dan berkembang. Globalisasi mempercepat terjadinya perubahan pada dunia. Globalisasi memberikan banyak dampak pada dunia. Menurut Barker (2004) “globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita” (Barker dalam Suneki, 2012). Salah satu dampak globalisasi adalah munculnya banyak perangkat teknologi canggih yang membantu pekerjaan manusia. Dampak lainnya, banyak budaya luar yang masuk ke Indonesia dengan mudahnya, tentunya dengan bantuan teknologi. Sayangnya saat ini kebudayaan luar tersebut perlahan-lahan mulai menggantikan eksistensi budaya asli Indonesia. Di jaman yang serba modern saat ini anak-anak sangat sedikit yang masih tertarik dengan budaya asli Indonesia.

Indonesia memiliki berbagai ragam kebudayaan, terlebih Indonesia terkenal dengan banyaknya daerah yang tentunya memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing. Mulai dari makanan, fashion, alat musik, lagu, kesenian, dll. Semua kebudayaan tersebut merupakan aset sebuah negara yang harus dilindungi dan dilestarikan agar eksistensinya tidak terkikis oleh waktu dan keadaan. Salah satu kebudayaan yang perlu dijaga dan dilestarikan adalah naskah-naskah kuno. Menurut UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2 “naskah kuno atau manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih” (Widharto, 2011). Saat ini, tidak banyak orang peduli akan keadaan dan keberadaan naskah kuno. Maka tantangannya saat ini adalah bagaimana masyarakat dapat lebih peduli dan bagaimana cara agar naskah-naskah kuno ini dapat terus dilestarikan. Karena sesuai dengan pengertiannya, naskah kuno adalah dokumen lama yang berumur 50 tahun lebih. Dengan jangka waktu yang lama kualitas kondisi fisik dokumen dapat berkurang karena beberapa hal misalnya kertas menguning, catatan memudah, hilang, robek, dll.

Pembahasan Mahasiswa Program Studi Sastra Sunda, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran sebagai anak-anak yang berhubungan erat dengan kebudayaan sunda khususnya naskah kuno berusaha untuk mencari dan mengidentifikasi beberapa naskah kuno yang ada di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Barat. Salah satu naskah yang ditemukan adalah naskah berjudul “Paragi nyuguh ka dulur anu teu nyaréat” yang berisi tentang tata cara memberikan sesajen kahuripan hirup (mulus rahayu berkah selamat, usaha, dan memperbaiki pedoman hidup). Naskah ini memiliki 3 judul dalam yaitu, paranti mandi, paranti meuleum menyan, dan asihan. Paranti mandi artinya tata cara mandi yang bertujuan untuk mensucikan badan. Kedua, paranti meuleum menyan yang artinya adalah tata cara membakar kemenyan, hal ini bertujuan agar kita mengingat saudara kita yang tidak berwujud. Ketiga, asihan Ini dilakukan supaya apa yang menjadi milik kita tetap menjadi milik kita, agar milik rezeki tidak (dicaketem) dimiliki oleh keluarga yang tidak berwujud (nyaré’at). Syarat-syarat ini diberikan dengan tujuan untuk memberi kepada keluarga kita yang tidak berwujud. Pada intinya naskah ini berisi tentang tata cara sesajen.

Naskah tersebut dikarang oleh Atin yaitu warga kampung Parabon, Desa Kanoman, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Naskah tersebut berbentuk deskripsi dengan bahasa sunda dan ditulis dengan aksara latin. Setelah itu, naskah tersebut disalin oleh anaknya yang bernama Ahmad Sobah atau yang biasa dipanggil Ece. Penyalinan naskah dilakukan pada tahun 1976 di kediaman Ahmad Sobar yaitu di Kampung Parabon, Desa Kanoman, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Naskah disalin kedalam buku tulis jenis kertas bergaris dalam negeri dengan menggunakan pulpen.

Ahmad Sobah atau yang biasa dipanggil Ece saat ini berumur 63 tahun, merupakan seorang petani dan merupakan lulusan sekolah dasar. Beliau tinggal di Kampung Kanoman RT/RW 03/06, Desa Kanoman, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Naskah tersebut disimpan begitu saja dalam lemari tua yang sebagian lemarinya sudah dimakan oleh rayap. Tujuan penyimpanan naskah tersebut adalah untuk mengetahui isi naskah tersebut dan supaya tidak terlupakan karena tidak tertalar. Naskah tersebut sesekali dibaca oleh beliau disaat ingin membacanya kembali dan tidak ada tempat khusus untuk membaca naskah tersebut. Sesuai dengan isi naskah, tujuan pembacaan naskah dilakukan karena ingin dimudahkan dalam rezeki, akur dengan balakhi, dan berkah selamat dunia dan akhirat.

Jika dihitung rentang waktu antara tahun 1976 sampai 2021 maka saat ini umur naskah tersebut saat ini adalah 45 tahun. Dalam jangka waktu yang sudah cukup lama tersebut diperlukan adanya upaya perlindungan dan perawatan dari naskah tersebut agar kandungan atau isi dari naskah tersebut dapat terus tersampaikan ke generasi selanjutnya atau dapat dilestarikan. Namun, saat ini Ahmad Sobah sebagai pemilik naskah hanya menyimpannya begitu saja dalam lemari yang bahkan sudah dimakan rayap sebagiannya. Tidak ada pemeliharaan khusus bagi tempat naskah dan juga tidak ada perawatan pada bagian naskah yang rusak.

Naskah tersebut terdiri dari 4 lembar dengan 3 halaman diberi tanda dengan angka romawi 1-3 dan 5 halaman tanpa nomor halaman. Berukuran panjang 21 cm dan lebar 16cm serta ruang tulisan berukuran panjang 17,5 cm dan lebar 13,5 cm. Naskah tersebut tidak mempunyai halaman sampul. Kondisi fisik naskah tersebut ditulis menggunakan bolpoin atau pulpen dengan menggunakan kertas bergaris berwarna putih yang saat ini sudah menguning. Naskah tersebut terdiri dari 4 lembar kertas dengan total 8 halaman. Tiga diantaranya diberi nomor halaman menggunakan angka romawi sementara 5 lainnya tidak diberi nomor halaman. Naskah tersebut ditemukan dalam sebuah buku yang juga merupakan naskah. Buku tersebut terdiri dari naskah mantra, asihan, tulisan-tulisan pribadi, dan primbon. Naskah ini ditemukan terselip di antara kertas dalam buku tersebut. Naskah tersebut ditulis menggunakan bahasa sunda dan menggunakan aksara latin, tetapi untuk naskah lain yang ada dalam buku tersebut ada pula yang ditulis menggunakan aksara pegon. Saat ini kondisi dari naskah tersebut sebagian kertas sudah robek dan terlepas dari susunannya. Menurut Ahmad Sobah, naskah tersebut nantinya akan di turunkan lagi kepada siapapun yang ingin memiliki naskah tersebut. Dengan harapan naskah tersebut akan terus ada sampai tahun-tahun mendatang.

Data-data mengenai naskah tersebut didapatkan melalui proses wawancara dengan teknik wawancara terpimpin yang dilakukan di rumah narasumber. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 April 2021 dan 15 April 2021. Wawancara dilakukan oleh salah satu anggota kelompok Aksara yaitu Ismail yang merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Sunda, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran.

Melihat kondisi naskah dan kondisi tempat penyimpanan yang sudah mulai mengalami kerusakan sebaiknya dilakukan kembali penyalinan naskah agar manfaat dari isi naskah tersebut tidak berhenti di pemilik saat ini. Selain dilakukannya penyalinan naskah dapat pula dilakukan digitalisasi naskah. Dengan bantuan teknologi, digitalisasi naskah saat ini sangat mudah untuk dilakukan. Caranya adalah dengan memfoto naskah atau men-scan naskah lalu disimpan dalam bentuk file ataupun foto. Selain itu, dapat pula dilaminating atau dilapisi pelindung. Dengan begitu naskah dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan tidak mudah rusak.

Kesimpulan Kesimpulannya, kebudayaan Indonesia dalam bentuk apapun tidak terkecuali naskah perlu dilindungi dan dilestarikan. Tidak hanya naskahnya, pemilik naskah pun sebaiknya diberikan pengetahuan agar naskah pribadi yang mereka simpan dapat bertahan lama dan dapat dilestarikan kepada anak-anak mendatang. Kita sebagai generasi muda wajib untuk ikut serta dalam upaya pelestarian kebudayaan, terlebih generasi kita lah yang lebih paham mengenai teknologi. Salah satu cara agar naskah dapat bertahan lama adalah dengan melakukan digitalisasi naskah skala kecil yaitu difoto atau di scan lalu disimpan dalam bentuk file atau foto. Selain itu dapat juga dilakukan penyalinan ulang dan juga dilaminating atau diberi pelindung. Upaya tersebut bertujuan agar isi dari naskah dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline