Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Manuskrip Jawa Barat Bogor
Pentingnya Melestarikan Manuskrip Tentang Wasiat K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan untuk Anak-Cucu dan Muslimin-Muslimah
- 21 Juni 2021 - direvisi ke 3 oleh Naluritannisa pada 23 Juni 2021

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang sangat terkenal dikarenakan memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah dengan pulau-pulau yang tersebar secara luas dari Sabang hingga Merauke. Banyaknya berbagai pulau yang dimiliki dapat dilihat dari jumlahnya saat ini yaitu ada 17.491 pulau yang terdapat di Indonesia, sehingga dengan jumlah pulau yang begitu banyak tersebut membuat berbagai keberagaman pun hadir. Sebagaimana kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia sendiri tidak hanya berkaitan dengan kekayaan sumber daya alam saja, melainkan Indonesia juga dikenal sebagai negara majemuk yang mempunyai kekayaan akan beraneka ragam kebudayaan seperti ras, suku, tradisi maupun yang lainnya. Berbicara mengenai kebudayaan, Robert H. Lowie mendefinisikannya sebagai “segala sesuatu yang diperoleh oleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adatistiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan karena kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang dapat melalui pendidikan formal atau imformal”. Sementara menurut Koentjaraningrat, kebudayaan itu merupakan “keseluruhan system gagasan , tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” (Mahdayeni et al., 2019).

Kebudayaan sangat kental dengan kehidupan manusia. Hal tersebut terdapat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Budaya, yang menjelaskan bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat. Maksud dari undang-undang tersebut adalah kebudayaan itu terbentuk dari apa yang diciptakan dalam kehidupan masyarakat, sehingga di setiap daerah di Indonesia pasti memiliki kebudayaan yang beragam. Salah satu daerah yang menyimpan nilai kebudayaan yaitu di Kota Bogor. Bentuk objek pemajuan kebudayaan yang ada di Kota Bogor tersebut adalah berupa manuskrip yang dibuat oleh tokoh masyarakat tertentu.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, alasan kami menulis essay ini adalah untuk mengetahui pentingnya melestarikan manuskrip tentang wasiat K.H. Asep Abdul Hakim Bin H. Ridwan yang ditujukan untuk anak-cucu dan muslimin-muslimah. Selain itu, kami juga ingin berbagi pengetahuan dan himbauan kepada para pembaca terkait dengan generasi muda yang memiliki peran besar dalam menjaga salah satu warisa

Berbicara mengenai manuskrip, menurut UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992 pada Bab I pasal 2 disebutkan bahwa naskah kuno atau manuskrip merupakan dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih. Sedangkan menurut Oman Fathurrahman (2011) yang dimaksud dengan manuskrip adalah semua rekaman informasi yang ditulis tangan oleh seseorang tiga sampai empat ratus tahun yang lalu. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa manuskrip itu adalah sebuah dokumen yang dibentuk baik itu secara ditulis tangan maupun diketik dan memiliki makna tertentu.

Salah satu manuskrip yang masih tersimpan dan terdapat di Kota Bogor sendiri adalah berbentuk wasiat. Dimana wasiat ini ditulis oleh K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan dan diperuntukkan untuk anak, cucu, kerabat dan muslimin-muslimah. Keberadaan manuskrip tersebut ditemukan di Kp. Cisalopa Gang Masjid Al-Falah RT/RW 09/03 Ds. Srogol Kec. Cigombong Kab. Bogor. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Kelompok Kabuyutan Ciburuy Sastra Sunda, diketahui bahwa manuskrip ini dimiliki oleh Muhammad Farhan Fahruroji yang merupakan salah satu keluarga dari K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan. Manuskrip yang disimpan oleh Muhammad Farhan Fahruroji ini berbentuk salinannya, dikarenakan manuskrip aslinya telah hilang. Adapun tulisan yang digunakan pada manuskrip tersebut yakni menggunakan huruf Pégon dan Arab serta menggunakan bahasa Sunda dan Arab. K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan menulis manuskrip ini pada tahun 1998. Berikut gambar manuskrip wasiat dari K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan.

Pada manuskrip yang ditulis oleh K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan tersebut, berisikan tentang permintaan beliau ketika wafat dimana beliau menginginkan agar keluarganya tidak berlarut dalam kesedihan, dibacakan syahadat pada saat beliau sakaratul maut, dan disholatkan oleh 40 atau 100 orang jamaah. Beliau juga menginginkan supaya anak-cucu, saudara, dan umat muslimnya selalu mendoakan dan ziarah kubur ke makam almarhum K.H. Asep pada setiap hari Jum’at dan menyadarkan tentang kehidupan akhirat. Keluarga dan saudara senantiasa mengirimkan doa selama 7 hari 7 malam setelah kepergian beliau yang diwasiatkan dalam naskah tersebut. Selain itu, beliau ingin dihadiahkan doa tahlil dari para keluarga dan saudara secara khusyuk serta ikhlas.

Tujuan K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan dalam menulis wasiat pada naskah ini adalah untuk mengingat dan mengamalkan wasiat atau pesan yang ditinggalkan oleh almarhum K.H. Asep. Hal tersebut karena apabila K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan telah berpulang ke rahmatullah, maka beliau tidak dapat berdakwah lagi kepada keluarga, saudara, dan khususnya masyarakat Desa Srogol. Meskipun beliau sudah tidak ada di dunia, tetapi ajaran untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya harus selalu dijalankan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu, wasiat ini senantiasa disebarkan kepada para tetangga agar dapat mengamalkan pesan yang ada dalam naskah wasiat tersebut.

Sebagai generasi muda, tentu kita wajib dan memiliki peranan yang penting dalam menjaga serta melestarikan manuskrip ini. Hal tersebut karena, manuskrip yang bermakna penting ini dapat menjadi sebuah pedoman bagi masyarakat baik di kehidupan sekarang maupun yang akan datang nanti. Adapun cara untuk melestarikan manuskrip wasiat K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan ini adalah dengan membuat salinannya sehingga dapat diperbanyak dan disebarkan kepada masyarakat. Agar menjaga manuskrip tersebut aman, yaitu dengan me-laminating dan menyimpannya bersama berkas-berkas penting lainnya dalam suatu lemari yang layak untuk menyimpannya. Digitalisasi manuskrip ini juga dapat dilakukan sebagai upaya untuk melakukan pelestarian manuskrip dengan lebih mudah dan efektif.

Dengan demikian, melestarikan dan menjaga manuskrip merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan terlebih khususnya pada manuskrip wasiat yang ditulis oleh K.H. Asep Abdul Hakim bin H. Ridwan. Banyak sekali pesan-pesan yang terkandung di dalam manuskrip tersebut yang dapat dijadikan sebagai pedoman kehidupan manusia dan merupakan salah satu harta kekayaan warisan budaya Indonesia. Selain itu, agar keberadaan manuskrip ini tidak hilang termakan oleh waktu. Beberapa pihak pun perlu ikut andil dalam melestarikannya, mulai dari masyarakat sekitar, para pelajar seperti mahasiswa, dan juga pemerintah. Sehingga, manuskrip ini dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang cukup lama serta sebagai upaya pemajuan kebudayaan Indonesia.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan pada pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manuskrip tentang wasiat K.H. Asep Abdul Hakim Bin H. Ridwan merupakan manuskrip yang ditulis oleh K.H. Asep Abdul Hakim Bin H. Ridwan pada tahun 1998 dengan menggunakan huruf Pégon dan Arab serta menggunakan bahasa Sunda dan Arab. Manuskrip tersebut ditujukan untuk anak-cucu dan muslimin-muslimah yang mana didalamnya berisikan tentang wasiat dan keinginan beliau ketika wafat. Selain itu, beliau juga memberikan wasiat kepada para keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT. dan selalu menjauhi larangan-Nya. Meskipun beliau sudah tidak ada di dunia, tetapi ajaran untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya harus selalu dijalankan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu, wasiat ini senantiasa disebarkan kepada para tetangga agar dapat mengamalkan pesan yang ada dalam naskah wasiat tersebut.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda wajib serta memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia yaitu manuskrip. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan manuskrip yaitu dengan membuat salinan agar dapat diperbanyak, me-laminating dan menyimpannya bersama berkas penting dalam satu lemari yang aman. Lalu, juga melakukan pendigitalisasian terhadap manuskrip supaya lebih mudah dan lebih efektif. Dengan demikian, berbagai upaya tersebut dinilai sangat penting untuk dilakukan karena manuskrip sendiri dapat dijadikan sebagai sebuah pedoman bagi masyarakat baik itu di kehidupan sekarang maupun yang akan datang nanti serta agar keberadaan manuskrip ini tetap terjaga dan tidak hilang termakan oleh waktu. Sehingga, manuskrip ini dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang cukup lama serta sebagai upaya pemajuan kebudayaan Indonesia.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya