Naskah atau manuskrip kuno merupakan salah satu warisan budaya dan harta karun semua negara di dunia. Di masa lalu, itu terkenal dengan budaya menulis yang kuat. Hasil tulisan tangan atau pengetikan menjadi dokumen yang disebut manuskrip. Daun lontar dipilih oleh nenek moyang kita sebagai media menulis sebelum kertas muncul, karena salah satu cirinya adalah cukup kuat untuk digunakan dalam waktu yang lama. Biasanya naskah terdiri dari beberapa daun yang dihubungkan dengan tali. Sebagai pelindung biasanya dilapisi dengan kayu, bambu, dan lain-lain yang disebut kropak. Ada juga Kropak yang terlihat sangat indah dengan hiasan ukiran. Naskah lontar biasanya berisi informasi tentang urusan agama atau spiritual, kedokteran, sejarah, astronomi, arsitektur, ramalan, karya sastra, dll. Ada banyak jenis bahasa dan aksara yang digunakan, antara lain: Pegon, Jawa Kuno, Bali, dan Sunda Kuno. Oleh karena itu, selama dituangkan ke dalam berbagai bentuk teks, isi naskah lontar dapat menghasilkan banyak tulisan yang bermanfaat. Menurut Undang-undang Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2 disebutkan bahwa Naskah kuno atau manuskrip adalah segala bentuk dokumen yang ditulis tangan atau diketik yang tidak dicetak atau dibuat menjadi buku cetak selama lebih dari 50 tahun. Naskah kuno ini merupakan koleksi langka, termasuk jenis koleksi yang hanya dimiliki segelintir orang. Namun, sampai sekarang kita masih bisa melihat naskah kuno ini dan merasakan keberadaannya di museum, perpustakaan, dan koleksi individu. Naskah atau manuskrip kuno merupakan koleksi langka yang ada di setiap negara di dunia, termasuk Indonesia. Setiap bangsa dapat memahami perjalanan hidup bangsanya melalui teks tertulis. Sebagai negara dengan beragam corak budaya dari Sabang hingga Meluk, Indonesia pasti memiliki catatan tentang kehidupan masyarakat, sosial budaya, adat istiadat, dan pemerintahannya. Naskah ini sangat penting dan layak disimpan. Hal ini dikarenakan naskah kuno merupakan peninggalan masa lampau, yang memuat segala sesuatu yang berhubungan dengan situasi atau kondisi yang berbeda dengan keadaan saat ini. Naskah kuno juga memuat segala macam informasi yang luar biasa dalam berbagai bidang seperti sastra, agama, hukum, sejarah, dan adat istiadat. Adanya informasi yang terkandung dalam naskah akan membantu sejarawan menemukan informasi dan memperkaya penelitian mereka tentang hal-hal yang mereka pelajari. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Manuskrip atau naskah kuno merupakan materi yang menarik untuk dibahas, Karena dari hal itu penulis tertarik untuk membahas mengenai salah satu dari naskah yang berjudul naskah Kitab Kuning yang disusun oleh Pesantren Sukamiskin. Pada tahun 2019 pertama kalinya pemilik memperoleh naskah tersebut ketika si uwa dan orang tua dari pemilik naskah sedang membersihkan gudang. Pemilik menemukan buku tersebut dan diberikanlah seutuhnya kepada si pemilik naskah yang sekarang masih memegang naskah. Naskah ini diberikan oleh uwa nya dari peninggalan almarhumah nenek Nyai Rohmah. Naskah secara umum berjudul naskah Kitab Kuning. Disusun oleh Pesantren Sukamiskin dalam bahasa Sunda dan bahasa arab, menggunakan aksara Pegon dan aksara Arab. Bentuk karangan meliputi syair dan nadom. Tarikh penyusun pada syaban 1.8.1407 Hijriah/ 2.5.1984 Masehi. Tempat penyusun di Pesantren Sukamiskin. Ukuran sampul 21,5 cm x 15,5 am halaman 21,5 x 16 cm, ruang tulisan 20,5 cm x 15,5 cm. bahan dan jenis naskah kertas putih. Tebal naskah 56 halaman. Naskah ini berisi tentang "doa panyinglar kasusah", doa khatam Al-Quran, "doa tos ngaos Quran", niat ngaos, serta BAB Puasa yang berisi tentang syarat sahnya puasa, syarat wajib puasa, rukun puasa, wajib qodho, wajib fidyah, disetai penjelasan tentang hal yang tidak membatalkan puasa dan hukum buka puasa. Bukan hanya itu, didalam naskah ini terdapat tajwid dalam membaca Quran (idgham, idhar, iklab,ikhfa, dan sebagainya). Tujuan pemilik naskah masih menyimpan naskah ini agar mengetahui isi naskah tersebut dan merawatnya dengan baik. Kondisi fisik naskah menggunakan kertas putih, namun ada bekas garis yang sudah dihapus. Sampul agak kotor dan sebagian masih terang sehingga masih bisa dibaca. Naskah ini merupakan peninggalan almarhumah nenek dari saudara Isnan. Yang berisi secara umum tentang pembahasan puasa dan tajwid. Harapannya bagi masyarakat islam tertarik untuk mempelajari islam melalui kitab kuning karena di dalamnya terdapat pengetahuan yang sangat bermanfaat terlebih dalam doa, puasa dan hukum hukum membaca Al-Quran yakni tajwid yang digunakan untuk memperlancar serta memperbaiki bacaan agar sesuai dengan hukumnya.
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , noc...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang