Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Kuno dan Prasasti
Naskah Jawa Barat Sumedang
Lestari Naskah Urang Sunda: Tauhid dan Do'a untuk Keselamatan Hidup
- 19 Juni 2021 - direvisi ke 8 oleh Annisafitrianaputri pada 19 Juni 2021

Sebagai masyarakat yang berbudaya, tentu sudah bukan hal asing bagi kita ketika mendengar kata naskah. Sudah sekian banyak naskah yang menjadi bukti betapa hebat dan cerdasnya bangsa kita ini. Karangan yang masih ditulis dengan tangan merupakan arti kata naskah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut Nabilah Lubis (1996) dalam bukunya yang berjudul Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi menjelaskan bahwa naskah merupakan segala peninggalan secara tertulis yang ditulis menggunakan tangan oleh manusia yang hidup di masa lalu, dengan bahan berupa kertas, lontar, kulit kayu, ataupun rotan. Dengan megah dan hebatnya Nusantara, tidak sedikit naskah yang ternyata pada saat ini tidak tinggal di tanahnya sendiri. Pun tidak sedikit naskah atau manuskrip yang belum diketahui dan terdata secara resmi sehingga masih dikelola oleh perseorangan sebagai bagian dari warisan keluarga.

Suku Sunda dengan segala keluhuran hasil budayanya menjadi salah satu suku yang menyimpan banyak sekali catatan penuh makna sejak dahulu. Masyarakatnya sudah lama mengemas nilai-nilai integritas dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk dari keluhuran tersebut adalah masyarakat yang terbiasa dengan kegiatan menulis. Ternyata, hal-hal yang tertuang di dalam naskah-naskah yang ada menjadi penting di masa kini sebab menjadi sumber belajar dan menjadi memori kolektif bangsa. Banyak hal yang dimuat di dalam suatu naskah, permasalahan seputar kehidupan sehari-hari, nilai-nilai keagamaan, peristiwa penting yang terjadi, do’a-do’a, puisi serta karangan, dan hal lainnya. Salah satu naskah peninggalan secara turun temurun yang saat ini masih dapat terbaca dan dipelajari adalah naskah milik keluarga Abah Karta yang akrab disapa Abah Ata.

Naskah tersebut memiliki judul Tauhid dan Do’a untuk Keselamatan hidup ditulis oleh Uyut Aman yang kemudian dilakukan proses penyalinan naskah oleh Abah Oco Natajayakusuma. Naskah ini berisi nilai-nilai ketauhidan dan beberapa do’a untuk keselamatan hidup. Keyakinan masyarakat terhadap Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan nilai-nilai agama Islam telah dituangkan dalam naskah yang ditulis oleh masyarakat Suku Sunda, salah satunya adalah naskah milik Abah Ata ini. Sejak awal dibuat hingga saat ini, naskah ini berada di Kp. Lembur Sawah RT. 02 RW.02, Desa Cijeruk, Kec. Pamulihan, Kab. Sumedang, Jawa Barat.

Naskah ini ditulis menggunakan tinta hitam organik pada zaman dahulu yang lazimnya saat ini dikenal dengan sebutan harupat. Media yang digunakan adalah kertas berwarna kecoklatan dengan sampul yang terbuat dari daluang. Daluang sendiri merupakan kertas tradisional masyarakat Jawa yang termasuk di dalamnya digunakan oleh Suku Sunda. Kertas ini terbuat dari serat pohon mulberry, pohon ini dikenal oleh Suku Sunda dengan nama pohon saeh. Disinyalir kertas daluang ini merupakan kertas dengan serat terkuat dari jenis serat lainnya dalam penggunaanya sebagai media penulisan naskah kuno serta diperkirakan telah digunakan di Nusantara sejak abad ke-14 silam (Daluang, Kertas Tradisional Yang Mewarnai Tradisi Tulis Nusantara, 2020). Ditulis dalam bentuk karangan prosa dan syair berbahasa Arab, Sunda, dan Jawa dengan menggunakan aksara (huruf) Arab, Pegon, Sunda Latin, serta Aksara Cacarakan. Dengan deskripsi jumlah halaman naskah setebal 34 halaman yang memiliki ukuran 17,5 cm x 10,5 cm, namun ukuran sampul naskah memiliki perbedaan yakni 18 cm x 11 cm. Saat ini kondisi naskah dalam keadaan baik, hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang masih terjaga, tulisan yang masih jelas dan dapat dilakukan proses transliterasi dengan mudah, serta tidak terdapat kerusakan yang berarti sehingga menghilangkan bagian yang lain.

Seperti yang telah tercantum dalam judul, naskah ini berisikan nilai tauhid serta do’a, yang lebih lanjut berisi mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat para Nabi, serta pengenalan terhadap malaikat. Terdapat perbedaan penggunaan aksara (huruf) dalam penulisan naskah ini, uniknya hanya terdapat tiga halaman saja yang memiliki perbedaan penggunaan aksara (huruf). Satu halaman ditulis dengan menggunakan aksara (huruf) Sunda Cacarakan, dan dua halaman lain ditulis menggunakan aksara (huruf) Sunda Latin.

Menurut penuturan Abah Ata, tidak semua bagian naskah dapat dibaca dan diamalkan oleh satu orang. Dalam kegiatan pembacaanya, satu orang memiliki bagian-bagian tertentu. Do’a-do’a yang terdapat di naskah ini pun dapat dibacakan ketika kita sedang berjalan, sehingga meskipun kita sedang melakukan aktivitas, kita tetap berdo’a untuk diberi keselamatan dan tetap mengingat sang pencipta. Setelah dilakukan proses transliterasi oleh mahasiswa Program Studi Sastra Sunda Universitas Padjadjaran, berikut ini hasil yang diperoleh dari dua halaman terakhir pada naskah yang ditulis dengan aksara (huruf) Sunda Latin.

Dipayungan kunu alus Dipindigan kunu suci Dipapat ku sabda Adeg-adeg Tanjung Jaya Perang ... panca tengah ... agung maha raja demanang tamala sareng hulu naga bari péré ku tanji malela remenak di Sumedang rangrang hurip langgeng lan kena ati. -“- Hekakaya isun sangiang tungal Nu nunggu dina jantung ... Arep teguh jaya hurip diri waras badan -“- Hekakaya isun Sangiang permana

Naskah milik Abah Ata ini merupakan satu dari sekian banyak naskah yang masih terjaga kelestariannya hingga kini. Utamanya, kita sebagai masyarakat Sunda harus mengenal serta melestarikan naskah-naskah yang ada. Naskah menjadi bagian terpenting dari peradaban suatu bangsa, sehingga menjadi runtutan memori kolektif bagi masyarakat dan negaranya. Institusi informasi serta kajian perpustakaan dan sains informasi berperan besar dan berkaitan erat dengan pelestarian naskah. Institusi informasi ini menjalankan upaya knowledge preservation dan heritage preservation. Hingga pada akhirnya, kumpulan informasi tersebut baik berupa naskah atau koleksi lainnya dapat lestari dan dapat didayagunakan dengan maksimal. Lestarilah budayanya, sejahteralah bangsanya.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya