Keripik tempe benguk merupakan keripik olahan yang berbahan dasar dari tanaman kara benguk (mucuna pruriens). Keripik tempe benguk merupakan olahan yang mirip dengan olahan keripik tempe kedelai. Perbedaannya,keduanya memiliki tekstur yang berbeda. Perbedaan tekstur tersebut akibat faktor perbedaan jenis bahan yang dipakai, yaitu benguk memiliki tekstur yang cenderung lebih keras dibandingkan dengan kedelai. Selain itu, dari segi rasa, keripik tempe benguk lebih pahit jika dibandingkan dengan keripik tempe kedalai. Ketika dimakan, rasa benguk akan lebih dominan dibandingkan tepungnya. Meskipun sedikit pahit dan kuat, keripik benguk ini tetap enak untuk dikonsumsi. Jadi, jangan khawatir untuk masalah rasa, karena keripik tempe benguk masih memiliki cita rasa tersendiri yang unik.
Kapan dan siapa penemu pertama kali dari keripik tempe benguk sendiri tidak diketahui secara jelas jejak sejarahnya. Untuk tempe benguk sendiri, terdapat sumber yang menyatakan kalau tempe benguk awalnya berasal dari Desa Nganggrung, Kabupaten Kulon Progo. Namun, bagaimana tempe tersebut berubah menjadi keripik tempe yang terkenal di Wonogiri mungkin dapat dilihat melalui kemunculan sentra industri di Desa Grobog, Kelurahan Wuryorejo, Desa Wonogiri. Awalnya, Joko Setyanto (38), pada tahun 2008 memiliki ide tentang mengolah tempe benguk menjadi keripik ketika melihat keripik tempe kedelai yang banyak dinikmati dan banyak diproduksi di daerah Wonogiri. Dari situ, terbesit ide untuk mengolah tempe benguk menjadi keripik tempe benguk karena berasumsi akan sama-sama laku dan disukai. Setelah dipasarkan ternyata laku. Setelah itu industri mulai berkembang dan diproduksi di rumah-rumah lain.
Keripik tempe benguk merupakan makanan yang seringkali dijumpai di daerah Wonogiri. Kalian dapat menemukan makanan ini di pasar-pasar tradisional, toko oleh-oleh, atau mungkin buatan rumahan. Untuk sentra industri dari produksi keripik tempe benguk dapat ditemukan di Desa Grobog, Kelurahan Wuryorejo, Desa Wonogiri. Di desa ini, kurang lebih terdapat 10 industri rumahan yang memproduksi keripik tempe benguk. Lokasinya juga berdekatan dengan Waduk Gajah Mungkur. Jadi, kalau mampir ke Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, jangan lupa untuk membeli keripik dengan cita rasa yang unik ini ya.
Olahan keripik tempe benguk sering ditemukan di daerah Wonogiri sebenarnya merupakan hal yang masuk akal, karena tanaman kara benguk sebagai bahan dari keripik tempe benguk sendiri tumbuh di daerah yang kering. Hal itu cocok dengan wilayah Wonogiri yang memiliki tanah tandus dan kering. Wonogiri sendiri merupakan daerah yang memiliki cuaca panas dan tanah yang tandus karena frekuensi hujan yang rendah. Tumbuhan yang sering tumbuh di sana biasanya tanaman-tanaman yang memang hidup di daerah kering atau tanaman yang bisa tumbuh di mana saja seperti singkong. Selain akibat dari faktor kesuburan tanah dan iklim, dari segi kualitas gizi, tanaman kara benguk memiliki protein yang tidak kalah dengan kedelai. Sehingga, benguk dijadikan oleh masyarakat sekitar sebagai alternatif bahan baku pembuatan keripik tempe selain yang berbahan dasar kedelai.
Untuk kalian yang penasaran rasa dari keripik tempe benguk dan ingin membuatnya sendiri, berikut tahapan yang perlu dilakukan:
Contoh dari keripik tempe benguk rumahan yang sudah jadi
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja