Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai fahombo batu adalah pada mulanya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik. Lebih jauh dari itu bila sang pemuda mampu melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dengan ketebalan 40 cm dengan sempurna maka itu artinya sang pemuda kelak akan menjadi pemuda pembela kampungnya samu’i mbanua atau la’imba hor, jika ada konflik dengan warga desa lain. Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa tradisi lompat batu ini tidak terdapat di semua wilayah Nias dan hanya terdapat pada kampung-kampung tertentu saja seperti di wilayah Teluk Dalam. Dan satu hal lagi, tradisi ini hanya boleh diikuti oleh kaum laki-laki saja, dan sama sekali tak memperbolehkan kaum perempuan untuk mencobanya mengingat lompat batu merupakan ajang ketangkasan yang nantinya bila berhasil melompat dengan sempurna yang ber...
Upacara Adat Tulude merupakan rangkaian gelar budaya masyarakat adat Sangihe dengan menampilkan tari-tarian dan musik tradisionil. Upacara ini untuk mensyukuri berkat Tuhan dan memohon pengampunan dosa sebagai bekal hidup ditahun yang baru. Dan juga sebagai wadah persatuan dan kesatuan masyarakat etnis Sangihe Talaud yang mengandung nilai keagamaan dan nilai adat istiadat yang positif. Upacara Adat Tulude ini dilaksanakan bersamaan dengan Perayaan Hari Ulang Tahun Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe pada setiap tanggal 31 Januari. Selain itu Upacara Adat Tulude juga merupakan ajang pelestarian seni dan budaya daerah yang memiliki ciri khas etnis Sangihe. Upacara Adat Tulude ditandai dengan Pemotongan Kue Adat Sangihe yaitu kue “TAMO“
Inopatea Molobongo merupakan rangkaian proses pelaksanaan upacara pemakaman dengan tata upacara yang ada. Ketika masa pemerintahan kerajaan ada perbedaan system pemakaman antara masyarakat biasa dan keluarga kerajaan. Namun ketika perubahan system pemerintahan maka dengan lambat laun ada beberpa unsure sudah dipandang tidak relevan dengan kondisi sekarang, sehingga mengalami pergeseran dalam pelaksanaannya. Bagi Masyarakat Suku Bolango Upacara Kematian dikenal dengan istilah " Inopatea Molobongo ". Secara umum istilah ini mengartikan rangkaian proses upacara pemakaman mulai dari persiapan, yakni memasang janur, membuat bangsal, menyiapkan tempat duduk dan usungan. Selanjutnya masuk pada tahap upacaranya mulai memandikan mayat oleh petugas adat/agama yang disebut Paili. Kemudian mayat akan disembahyangkan di rumah duka yang selanjutnya di Mesjid. Setelah itu di bawa ke pemakaman untuk dimakamkan. Tempat pemakaman dibagi dua yakni kuburan umum yang disiapkan oleh pemerintah...
Pinolisian artinya tempat yang dipisahkan oleh Bagundaali (Gagundaali), seorang pahlawan Mongondow, kepala dari pahlawan Bintauna yang bernama Dongitan. Bagundaali dan Dongitan saling bertemu di hulu sungai Pinolisian. Setelah keduanya bertemu di hulu sungai, serta merta oleh Bagundaali dan Dongitan dipenggal dan terbagi dua. Selanjutnya, kepala Bagundaali dibawa ke Kotobangun. Di sana dia membuat tiang bendera yang akan ditancapkan di puncak gunung Pasi. Dan sejak hari itu tempat itu disebut oleh para tetua sebagai Pinolisian karena di sana terbelah Bagundaali seorang pahlawan dari Mongondow, dan kepala dari pahlawan Bintauna. Pada masa itu ada dua bersaudara. Keduanya adalah seorang pemburu. Nama mereka adalah Hondong dan Bangiloi. Keduanya dari Sinomantompi. Ketika berburu mereka sampai di hutan di pinggir sungai. Di dorong rasa lapar, mereka menangkap seekor kera dan membaginya di pinggir sungai. Kepla kera itu juga dibelah dua oleh mereka . https://belajar.kemdikbud....
Mogindang (Mogedang) dan Korempeyan adalah pahlawan dari Mongondow. Polobowu dan Butule' (Busule) adalah pahlawan dari Gorontalo. Namun sayang, Polobowu dan Butule' dibunuh oleh Mogidang dan Korempeyan. Polobowu adlaah serang laki-laki tinggi besar dan tubuhnya sangat kuat serta gagah berani. Namun sayang, kekuatannya tidak berlangsung lama karena ia dikalahkan oleh Mogidang dan Korempeyan. Setelah ia dikalahkan kepalanya dipenggal dan dbuang ke tengah laut. Kepala dan tubuhnya saling terpisah. Sangat mengherankan karena walaupun hanya tinggal kepala, kepala itu selalu berteruak mencari tubuhnya dan tubuhnya mencari kepalanya. Begitu kepala dan tubuhnya saling ketemu, keduanya pun menyatu dan kembali seperti semua. Tetapi, dia ditangkap oleh Mogidang dan Korempeyan kembali. Begitulah selalu terjadi dan akhirnya Mogidang dan Korempeyan memutuskan untuk membakarnya dalam api. Semua tulang-tulangnya menjadi kapur dan disebarkan langsung ke dalam air. Konon katanya jika abu dari Pol...
Ada seorang putri yang menikah dengan seorang raja, Setelah menikah, putri itu hamil dan melahirkan seorang anak perempuan yang sangat cantik tetapi selalu menangis. Kalu diberi makan dia tak pernah mau bahkan diberi pakaian pun juga tidak mau. Pada suatu hari, anak itu pergi dan sampai di dekat sebuah pohon mangga. Dia melihat bahwa banyak buahnya yang sudah matang dan memutuskan untuk memanjat pohon itu. Ketika ia sudah berada di atas pihon, ia melihat ke bawah ada seekor babi yang selalu berjalan di atas ombak untuk makan buah dari pohon mangga itu. Putri raja yang melihat itu pun juga melihat jika ada cincin di bagian bawah kaki babi itu, segeralah a turun dan menarik cncin itu ketika babi itu tertidur pulas. Ketika babi itu bangun ia tidak menyadari jika cincin nya telah dicuri oleh putri, babi itu pun bangun dan pergi berjalan di atas ombak namun sayang ia tenggelam. Putri yang berhasil mengambil cicin dari babi itu pun menggunakannya dan berjalan kian-kemari di atas ombak...
Ada seorang laki-laki bernama Loloda Mokoagow. Laki-laki ini sangatlah bijaksana, kuat dan berani. Dia memerintah seluruh negeri Mongondow dan mempunyai dua orang istri yang berasal dari keturunan raja dan yang seorang lagi keturunan seorang budak. Kemudian kedua istrinya masing-masing melahirkan seorang anak laki-laki. Anak dari putri raja itu diberi nama Makalunsenge dan anak dari putri budak diberi nama Manopo. Makalunsenge sangat disayang oleh ayah dan ibunya bahkan sang Makalunsengen dan sang ayah tidak bisa dipisahkan. Setelah kedua anak itu besar, Manopo dibawa ke Minahasa tepatnya ke desa Bansik dan bersekolah di sana sehingga ia menjadi pandai. Selanjutnya, Manopo oleh Kompeni diangkat sebagai seorang raja di Manado. Dia segera kembali ke Mongondow, di antar dengan perahu dari Manado dan bendera kompeni selalu berkibar bersamanya. Setelah yaahnya mengerti bahwa Manopo, anaknya dari budak menjadi seorang raja, ia pun menjadi marah dan menenggelamkan dirinya ke sungai. Se...
Seorang pemuda Mokosambe-bulawan menikah dengan gadis Tondabu'an. Sebulan setelah masa pernikahan mereka, pemuda itu berkata kepada istrinya "Istriku, saya akan mengadakan perjalanan dengan perahu." Seteah pemuda itu berlayar, pada suatu hari raja biawak datang dengan memakai selendang di bahu karena ia ingin berzinah dengan gadis Tondabu'an. Begitu sampai di tangga paling bawah, raja biawak itu bertanya "Tang, Tang bolehkan liba naik seperti yang biasa dilakukan oleh pemuda Mokosambe-bulawan?" Begitu smapai di beranda, raja biawak sudah bertanya apakah keinginannya diterima. Gadis Tondabu'an berkata "Boleh." Selanjutnya, raja biawak itu tinggal di sana selama tujuh hari tujuh malam. Pada hari yang ketujuh, pemuda Mokosambe-bulawan datang. Dia datang sesaat sebelum raja biawak itu pergi. Sehari setelah raja biawak itu pergi, babi yang berada di bawah rumah berkata kepada pemuda itu katanya "pemuda, istrimu berzinah dengan raja biawak". Menden...
Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah Adat Karo Garista menarik perhatian karena menjadi Rumah Adat Karo satu-satunya di Kota Medan. Asal-usul Rumah Adat Garista Berdasarkan keterangan dari Marde, pengurus Rumah Adat Karo Garista, Rumah Adat Karo Garista adalah Rumah Siwaluh Jabu pertama di Kota Medan. Siwaluh Jabu berasal dari bahasa Karo yang artinya rumah yang dihuni oleh delapan keluarga. Bangunan ini dipindahkan dari dari tanah Karo, lokasi asalnya. Awalnya rumah ini dibangun pada tahun 1893 di Tanah Karo, kemudian direkonstruksi di Medan pada tahun 2018-2019. Rumah Siwaluh Jabu di Garista dulunya milik seorang mantan tentara dan sudah lama tidak berpenghuni. Akibat lamanya tidak berpenghuni, rumah tersebut menjadi tidak terurus di tempat asalnya dan akhirnya dipindahkan ke Medan untuk dijadikan tempat wisata. Daya tarik Rumah Adat Karo Garista Keunikan Rumah Adat...