Cerita ini diawali dengan kehidupan sepasang sumai istri beserta seorang anak perempuannya yang cantik. Anak itu bernama Putri Satarina. Berselang berapa lama kemudian ibu Satarina sakit, lalu meninggal dunia. Keadaan ini memaksa ayah Satarina kawin lagi untuk mengurus Putri Satarina. Perkawinan yang kedua ini lahir pula seorang anak perempuan tetapi wajahnya kurang cantik yang bernama Putri Katarina. Ketika Katarina telah dewasa, ia bersama ibunya mengakali Putri Satarina yang telah berkeluarga dengan jalan menenggelamkan ke sungai yang dalam. Alhasil putri Satarina diselamatkan oleh tujuh bidadari. Selanjutnya, Putri Satarina bersatu kembali dengan keluarganya setelah terlebih dahulu menghukum putri katarina dengan ibunya.
Dahulu kala, terdapat seorang Raja yang bernama Lasiuta, yang mempunyai tujuh orang anak. Anak yang sulung bernama Lelewuta dan yang bungsu bernama Dalo-Dalo alias Randawulaa. Randawulaa diasingkan oleh Raja Lasiuta karena sifat kecemburuan saudara-saudaranya yang mengada-ada. Ia dihanyutkan dengan sebuah rakit ke tengah lautan dan terampar di sebuah pulau yang keramat. Di pulau itu ia mendapatkan gelang ajaib kepunyaan seekor babi raksasa sehingga dapat berjalan di atas air. Dengan gelang ajaib itu pula ia memperoleh tali ajaib dan golok ajaib dari nakhoda-nakhoda kapal di tengah lautan dan menumpang ke salah satu kapal hingga ia pun terdampar lagi pada satu pulau. Di pulau itu, Randa Wulaa bertemu dengan seorang putri raja bernama Anawai Nggoletelete dijadikan sebagai tumbal keganasan elang raksasa. Selanjutnya, Randa Wulaa?a menyelamatkan Anawai Nggolete-lete dari terkaman elang raksasa dengan menggunakan tali ajaib dan golok ajaib. Anawai Nggolete-lete menghadiahkan cincin kepada...
Dahulu lahir dua orang anak yakni Wetandiabe (di Konawe di kenal Wekoila) dan Sawerigading. Mereka lahir dari hasil buah pernikahan Batara Lattu dan Wetadu. Sejak dilahirkan Sawerigading dan Wetandiabe telah diasuh secara terpisah. Pada usia dewasa saat Sawerigading bermain sepak raga bolanya menyangkut di atas loteng tempat tinggal Wetandiabe, Sawerigading sangat terkejut dengan adanya perempuan cantik di atas rumah tersebut. Maka, serta- merta Sawerigading langsung memegang tangan Wetendiabe dan bermaksud menikahinya. Akan tetapi, Wetendiabe menolaknya dan menjelaskan bila mereka saudara sekandung. Untuk itu, diberitahukanlah Sawerigading bila tunangannya masih menunggu di negeri Cina, namanya I We Tudai. Wetandiabe menyuruh Sawerigading menebang kayu Welande untuk dibuat perahu dan berfungsi sebagai perahu menuju tanah kekasihnya I We Tudai di negeri Cina. Kayu tersebut tumbang selama tujuh hari tujuh malam dengan memakai kapak emas. Telur-telur yang berada di pohon tersebut berja...
Permainan Tadi-tadi diperkiran muncul sekitar abad ke-16 di kampong Lembo Benua kecamatan Lasolo sekarang Kabuaten Konawe Utara. Menurut sumber bahwa permainan tadi-tadi ini telah ada sebelum orang mengenal permainan memanu dan Mousu di Kabupaten kendari dan Kolaka. Permainan Tadi-tadi merupakan pengulangan dari perkataan tadi, yaitu suatu istilah dalam bahasa daerah Tolaki, yang berarti taji yaitu suatu alat yang diruncing dari bambu. Bentuknya seperti mata pena. Memainkan permainan ini disebut Metadi-tadi (bertaji-tajian). Permainan ini dimainkan oleh anak-anak di pedesaan masyarakat petani yang sedang menjaga adik atau menjaga padi yang sedang dijemur. Peserta permainan 2 orang, boleh saja kelompoknya ditambah. Usia pemainnya rata-rata sekitar 7-13 tahun. Jenis kelamin pesertanya baik laki-laki maupun perempuan. Biasanya permainan ini ramai dipentaskan pada saat tiba panen hasil dipadi diladang.Dalam beradu menggunakan terung yang dipasangkan taji, kemudian diputar, sambil berputar...
Mondotambe adalah tarian penjemputan yang dilakukan pada saat penerimaan para tamu atau acara-acara yang dilaksanakan masyarakat Mekongga di Kolaka. Tarian tersebut di bawakan oleh gadis-gadis remaja sebagai tanda penerimaan yang tulus, ikhlas dan merasa gembira kepada para tamu. Jumlah penari terdiri dari 6, 8, bahkan jumlahnya bisa mencapai 12 orang , yang terpenting jumlah penari genap. Variasi tarian terdiri dari 13 gerakan yang diakhiri dengan tabur bunga atau beras dalah bahas Tolaki disebut (mekaliako owoha).
La Sirimbone adalah seorang anak laki-laki yang baik hati. Ia tinggal bersama ibunya, wa Roe. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Suatu hari, seorang pedagang kain dari Desa La Patamba datang menemui mereka. Saat melihat Wa Roe, La Patamba langsung jatuh hati. Seusai berdagang, La Patamba pergi menemui sesepuh desa untuk meminta izin menikahi Wa Roe. Dengan restu para sesepuh desa, akhirnya Wa Roe bersedia menikah dengan La Patamba. Apalagi La Patamba berjanji akan menyayangi La Sirimbone seperti anak kandungnya sendiri. Namun, setelah menikah, rupanya La Patamba mengingkari janjinya. Ia meminta Wa Roe untuk membuang anaknya itu ke hutan. Betapa hancur hati Wa Roe, tapi ia tak berani membantah permintaan suaminya. Apalagi la patamba mengancam akan membunuh La Sirimbone jika ia menolak permintaanya. Dengan berat hati terpaksa Wa Roe membuang anak satu-satunya. Sambil berurai air mata, Wa Roe berpesan, “Jaga dirimu baik-baik anaku. Ibu yakin Tuhan selalu akan melindungimu. Ib...
Alkisah, di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, hidup seorang pemuda tampan bernama Oheo. Ia tinggal sendirian di sebuah gubuk di tengah hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menanam pohon tebu di kebunnya. Oheo seorang petani yang rajin dan tekun. Setiap hari ia merawat tanaman tebunya dengan baik. Pada suatu waktu, ketika tanaman tebunya sudah siap dipanen, Oheo berjalan-jalan mengelilingi kebunnya. Alangkah terkejutnya ia ketika menyaksikan banyak ampas tebu yang berhamburan di pinggir kebunnya dekat sungai. Melihat keadaan itu, Oheo menjadi kesal dan marah. Ia pun berniat untuk menangkap pelakunya. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Oheo berangkat ke kebunnya. Sesampainya di kebun, ia segera menuju ke tepi sungai. Saat akan sampai di tepi sungai, tiba-tiba langkahnya terhenti. Tidak jauh dari tempat ia berdiri, ada tujuh bidadari cantik sedang terbang berputar-putar di atas sungai. Melihat hal itu, ia segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Dari balik pohon itu i...
Alkisah, di sebuah daerah di Sulawesi Tenggara, Indonesia, hidup seorang janda cantik bernama Wa Roe bersama seorang anak laki-laki yang masih kecil bernama La Sirimbone. Mereka tinggal di sebuah gubuk di pinggir kampung. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, Wa Roe bekerja mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar. Pada suatu hari, datang seorang pedagang kain dari negeri seberang yang bernama La Patamba. Ia menawarkan barang dagangannya dari satu rumah penduduk ke rumah penduduk lainnya. Ia memulainya dari sebuah gubuk yang terletak di paling ujung kampung itu, yang tidak lain adalah tempat tinggal Wa Roe. Alangkah terkejutnya La Patamba saat melihat penghuni gubug itu adalah seorang perempuan cantik jelita. "Aduhai, cantik sekali perempuan ini," ucapnya dalam hati dengan takjub. Dengan perasaan gugup, La Patamba menawarkan kain dagangannya kepada Wa Roe. Namun, Wa Roe tidak membeli karena tidak mempunyai uang. Setelah itu, La Patamba mohon diri untuk menawarkan dag...
Dahulu, dikisahkan tentang persahabatan yang terjalin antara kera dan ayam. Mereksa selalu tampak rukun dan damai. Tapi, kenyataanya tidaklah demikian. Setelah sekian lama bersahabat, berulah terlihat sifat busuk si kera. "Hai Ayam. sahabatku," panggil kera. " Maukah kau pergi bersamaku? Sore-sore begini enaknya kita jalan-jalan," ajak si kera. "Wah ide yang bagus. Memang kau mau mengajakku ke mana?" tanya ayam. "Aku akan mengajakmu ke hutan, tempat biasa aku bermain. Di sana tempatnya indah. Pasti kamu suka!" ujar si kera seraya membujuk. Ayam tampak tertarik dengan ajakan si kera. Tanpa rasa curiga, ia mengikuti ajakan si kera untuk berjalan-jalan di hutan. Hari semakin gelap, perut kera mulai meronta-ronta minta diisi. Saat itulah timbul niat busuk kera untuk mencelakai ayam. "Ah, untuk apa aku pusing-pusing mencari makanan. Di depanku saja sudah ada makanan yang sangat lezat," pikir kera. Dilihatnya ayam kebingungan mas...