gotong royong
9 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Murid Durhaka
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Riau

Daik Lingga merupakan Ibu Kota Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Kabupetan termuda di Indonesia yang dijuluki "Si Bungsu" ini juga disebut sebagai "Bunda Tanah Melayu." Selain itu, Daik Lingga juga merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia. Dahulu, Daik pernah menjadi pusat kerajaan Riau-Lingga hampir seratus tahun lamanya. Selama periode itu, tercatat sejumlah raja yang pernah memerintah di kerajaan itu. Menurut catatan sejarah, raja-raja yang pernah memerintah di antaranya, Sultan Ambdurrahman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad Syah (1832-1841), Sultan Muhammad Muzafar Syah (1841-1867), Sultan Badrul Alam Syah II (1857-1883), dan Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1883-1911). Menurut cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Daik Lingga bahwa kerajaan Daik Lingga masyhur pada saat tampuk kekuasaan dipegang oleh Sultan Abdurraham Muazzam Syah. Pada masa itu, daerah taklukannya amat luas. Rakyatnya hidup aman, tenteram, rajin bekerja, patu dan taat...

avatar
tresna purnama dewi
Gambar Entri
Pernikahan Adat Riau
Ritual Ritual
Riau

Setelah melalui proses yang cukup panjang , dimulai dari Merisik hingga ke Pertunangan, maka kemudian dilanjutkan dengan acara perkawinan. Dalam adat melayu Riau Prosesi Perkawinan sangat banyak kita jumpai dan bahkan berbeda-beda, Melayu Indragiri (Rengat), Kampar, Kuantan Singingi, ataupun melayu Siak, Bengkalis, upacara perkawinan ini dianggap amat sakral bahkan tidak boleh ada satupun rangkaian prosesi adat yang terlewatkan. Berikut Prosesi Adat Melayu Riau dalam perkawinan pada umumnya : Menggantung-gantung Pengantin ibarat raja dan ratu sehari, maka untuk keduanya disiapkan pelaminan yang megah bak singgasana. Acara mengantung-gantung diadakan beberapa hari sebelum perkawinan atau persandingan dilakukan. Bentuk kegiatan dalam upacara ini biasanya disesuaikan dengan adat di masing-masing daerah yang berkisar pada kegiatan menghiasi rumah atau tempat akan dilangsungkannya upacara pernikahan, memasang alat kelengkapan upacara, dan sebagainya. Yang termasuk dalam kegiata...

avatar
Oase
Gambar Entri
MAHMUD, MURID DURHAKA
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Riau

Daik Lingga merupakan Ibu Kota Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Kabupetan termuda di Indonesia yang dijuluki ‘Si Bungsu” ini juga disebut sebagai “Bunda Tanah Melayu”. Selain itu, Daik Lingga juga merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia. Dahulu, Daik pernah menjadi pusat kerajaan Riau-Lingga hampir seratus tahun lamanya. Selama periode itu, tercatat sejumlah raja yang pernah memerintah di kerajaan itu. Menurut catatan sejarah, raja-raja yang pernah memerintah di antaranya,  • Sultan Ambdurrahman Syah (1812-1832),  • Sultan Muhammad Syah (1832-1841),  • Sultan Muhammad Muzafar Syah (1841-1867),  • Sultan Badrul Alam Syah II (1857-1883), dan  • Sultan Abdurrahman Muazzam Syah (1883-1911).   Menurut cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Daik Lingga bahwa kerajaan Daik Lingga masyhur pada saa...

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Upacara Mendirikan Rumah Melayu Riau
Ritual Ritual
Riau

Bagi masyarakat Melayu rumah bukan saja sebagai tempat tinggal di mana kegiatan kehidupan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tetapi juga menjadi lambang kesempurnaan hidup. Beberapa ungkapan tradisional Melayu menyebutkan rumah sebagai “Cahaya Hidup di Bumi, Tempat Beradat Berketurunan, Tempat Berlabuh Kaum Kerabat, Tempat Singgah Dagang Lalu, Hutang Orang tua kepada Anaknya”. Langkah pertama yang dilakukan sebelum mendirikan rumah adalah melakukan musyawarah, baik antarkeluarga maupun dengan melibatkan anggota masyarakat lain. Biasanya dalam musyawarah, dijelaskan tentang segala pantangan dan larangan, serta adat dan kebiasaan yang harus dilakukan dengan tertib. Pengerjaannya ditekankan pada asas kegotong-royongan yang disebut batobo , besolang, bepiari , atau betayan . Seseorang yang mendirikan suatu bangunan tanpa mengadakan musyawarah dapat dianggap sebagai orang yang “kurang adab” atau “tak tahu adat”. Bangunan yang didirikan tanpa musya...

avatar
OSKM18_16518147_Shofura Salma
Gambar Entri
Lampu Colok Bengkalis
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Riau

Lampu colok Bengkalis merupakan tradisi tahunan berupa infrastruktur yang diadakan setiap tahunnya secara turun menurun. Lampu colok berupa infrastruktur yang memiliki motif-motif tertentu yang dirangkai melalui penyusunan lampu-lampu yang terbuat dari botol/kaleng bekas yang diisi dengan bensin ataupun solar. Tidak hanya itu, lampu colok ini juga diiringi dengan pemasangan obor yang terbuat dari bambu yang dipasang di setiap pinggir jalan. Lampu colok ini biasanya diadakan serentak tiap tahunnya pada tanggal 27 Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini diadakan pada tanggal 27 Ramadhan karena pada hari itu merupakan waktu untuk menyerahkan zakat fitrah ke masyarakat. Oleh karena itu, lampu colok memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Bengkalis. Lampu colok ini berguna sebagai sarana penerang jalan bagi warga yang ingin membayar zakat fitrah ke rumah-rumah masyarakat. Hal ini bertujuan agar warga terhindar dari bahaya-bahaya ketika menyusuri gelapnya malam gulita.&...

avatar
OSKM_16618141_Fitra Hartanto
Gambar Entri
Batobo Suku Ocu (Bangkinang)
Ritual Ritual
Riau

Batobo Batobo merupakan upacara tradisional Riau. Baboto adalah sebutan untuk aktivitas bergotong royong dalam mengerjakan sawah, ladang, dan sebagainya. Kegiatan yang biasa diilakukan oleh suku ocu (Bangkinang). Tujuan dari upacara ini selain untuk membangun kebersaaan, Bastobo dilakukan untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian akan lebih cepat selesai dan lebih mudah. Tradisi ini didirikan dalam sebuah kelompok, yang mempunyai seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap anggota. Kebanyakan kelompok melakukan kegiatan secara bergiliran untuk setiap anggota kelompok Batobo. https://www.silontong.com/2018/11/06/upacara-tradisional-riau/  

avatar
Roro
Gambar Entri
Adat Budaya Mengantar Belanja Khas RIAU
Ritual Ritual
Riau

Mengantar Belanja Kemudian, upacara tradisional di daerah Riau adalah prosesi antar belanja pada hakikatnya merupakan kedatangan utusan pihak keluarga calon pengantin laki-laki untuk menyerahkan uang belanja sebagai lambang gotong-royong dan kebersamaan untuk membantu pihak perempuan dalam melaksanakan perhelatan perkawinan kedua anak mereka yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan calon pengantin laki-laki. Uang ini merupakan uang yang diberikan secara ikhlas oleh pihak laki-laki dan diterima secara sukarela oleh pihak perempuan. Jadi tidak dibenarkan pihak laki-laki untuk mengungkit-ungkitnya di kemudian hari. https://www.silontong.com/2018/11/06/upacara-tradisional-riau/

avatar
Roro
Gambar Entri
Setatak
Permainan Tradisional Permainan Tradisional
Riau

Setatak adalah sebuah permainan anak-anak yang masih berkembang di Pekanbaru dan sekitarnya. Menurut informasi yang didapat, permainan setalak sama dengan Dore di mana bentuk dan aturan permainannya adalah sama. Permainan setatak digolongkan dengan permainan hiburan yang dilakukan saat waktu senggang oleh anak laki-laki dan perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang dengan usia 6 sampai 12 tahun. Sebelum permainan dimulai, anak-anak biasanya bergotong-royong menggaris tanah untuk membuat lapangan permainannya Kemudian setiap anak akan menyiapkan ucak atau gacuk yang dibuat dari pecahan piring kemudian diasah dan dibulatkan yang digunakan sebagai penikam.   Pada permainan setatak ada beberapa urutan permainan yang akan dilaksanakan 1. Ucak tikam pada petak 1 sampai petak 9 kemudian kembali ke petak 5 sampai petak l, loncat sebelah kaki sambil menjepit gacuk pada jari kaki. 2. Ucak diletakkan di telapak tangan dan loncat sebelah kaki untuk naik lan turun lapangan....

avatar
Aze
Gambar Entri
Lampu Colok Bengkalis
Ritual Ritual
Riau

Lampu colok merupakan sebuah tradisi masyarakat Bengkalis turun temurun. Lampu colok ini biasanya dipasang serentak tiap-tiap 27 Ramadan atau sering disebut malam 7 likur jelang hari raya Idul Fitri. Lampu colok memiliki arti tersendiri bagi warga Bengkalis. Dahulunya, lampu colok merupakan sarana penerang jalan bagi warga yang ingin membayar Fitrah tiap malam 27 Ramadan ke rumah masyarakat atau Pak Lebai. Kala itu, infrastruktur di Bengkalis tidak sepesat saat ini. Jalan-jalan masih berbentuk lorong diselimuti semak kiri kanan. Lampu coloklah penerang jalan, penghindar bahaya terhadap warga membayar zakat fitrah.   Lampu Colok, ketika itu tidak berbentuk atau terbuat dari kaleng bekas. Colok terbuat dari bambu atau buluh, namanya waktu itu disebut dengan obor. Kemajuan Tradisi Colok saat ini sudah sangat luar biasa. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya menggelar Festival Colok agar pelestarian lampu tetap terjaga.   Lampu col...

avatar
Admin Budaya